TUGAS
MIKROBIOLOGI PANGAN
Foodborne
Agent
“Toxoplasma gondii”
Disusun
oleh :
Kelompok
25
1.
Uswatun
Hasanah 22030110141003
2.
Aisyah
Nurcita Dewi 22030110141004
3.
Dayita
Asri Kanaka 22030110141007
PROGRAM
STUDI ILMU GIZI
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
SEMARANG
2012
PENDAHULUAN
Pada umumnya, suatu
peristiwa timbulnya penyakit akibat makanan dapat disebabkan oleh kontaminasi
yang ada pada makanan yang berupa agen biologi atau patogen (contohnya virus,
bakteri, parasit, prion), agen kimiawi (contohnya senyawa toksin atau logam)
atau agen fisik (contohnya pecahan kaca atau serpihan tulang. Dengan
ditemukannya lebih dari 200 penyakit yang bisa ditularkan melalui makanan,
patogen-patogen tersebut merupakan penyebab utamanya. Hampir semua patogen
pembawa yang berasal dari makanan berukuran mikroskopis, termasuk virus,
bakteri, protozoa dan parasit lainnya.
Virus berkembangbiak hanya
pada sel yang hidup. Jadi mereka tidak dapat bertahan hidup dalam waktu yang
lama di luar inangnya. Sementara itu, lebih dari 100 jenis virus enterik telah
diketahui menjadi penyebab penyakit akibat makanan. Virus patogen penyebab
penyakit akibat makanan yang paling umum yaitu Norwalk virus, Norovirus, Rotavirus, Astrovirus dan Hepatitis A.
Bakteri merupakan
mikroorganisme uniseluler yang memiliki dinding sel namun tidak memiliki
nukleus. Mereka memiliki bentuk, jenis dan properti yang bermacam-macam.
Beberapa bakteri patogen dapat membentuk spora dan resisten terhadap panas
tinggi (contohnya Clostridium botulinum,
C. perfringens, Bacillus subtillus, B. cereus). Bakteri lainnya dapat
memproduksi toksin yang membuat mereka resisten terhadap panas (contohnya Staphylococcus aureus). Kebanyakan
patogen tersebut merupakan jenis mesofilik dengan temperatur pertumbuhan
optimal yang berkisar antara 20-45oC (68-113oF). Namun
ada beberapa patogen penyebab penyakit akibat makanan tertentu (disebut
psikrotropik) yang dapat tumbuh di bawah kondisi beku atau suhu rendah yaitu
kurang dari 10oC (50oF). Yang paling banyak ditemukan
yaitu Listeria monocytogenes dan Yersinia enterocolitica. Misalnya saja Listeria monocytogenes, dapat hidup
(walaupun dengan lambat) pada suhu di atas beku (rata-rata 33-34oF).
Serotype tertentu dari Bacillus cereus,
Clostridium botulinum, Salmonella spp, E. Coli O157:H7 dan Staphylococcus aureus juga dapat hidup
di bawah kondisi beku walaupun dengan lambat. Bakteri juga ada yang tahan
terhadap kadar garam, gula atau level solid total yang tinggi, mereka dapat
tumbuh sama baiknya dengan produk makanan yang asam.
Protozoa parasit merupakan
mikroorganisme uniseluler yang tidak memiliki dinding sel yang rigid (kaku)
namun memiliki nukleus yang sistematis. Protozoa tersebut lebih besar daripada
bakteri. Seperti layaknya virus, protozoa tidak berkembangbiak di makanan,
hanya di sel inang saja. Bentuk transmisi organisme ini disebut dengan cyst. Protozoa ini dapat bekerjasama
dengan makanan dan menyebarkan penyakit melalui air, contohnya yaitu Entamoeba histolytica, Toxoplasma gondii,
Giardia lamblia, Crytosporidium parvum dan Cyclospora cayatenensis.
Parasit multiseluler
merupakan hewan yang biasanya berada di tempat pengeluaran sel inangnya. Mereka
bisa muncul di makanan dalam bentuk telur, larva atau bentuk yang belum matang.
Trichinosis merupakan patogen yang sering dilaporkan berhubungan dengan daging
babi yang dimasak tidak sempurna. Parasit lainnya yaitu nematoda atau cacing
pipih (pada ikan), cestoda atau cacing pita (pada daging sapi, daging babi atau
ikan) dan trematoda atau fluke.
Penyakit yang dibawa makanan
dapat timbul ketika patogen-patogen tersebut diasup melalui makanan dan
mempertahankan dirinya bahkan berkembangbiak di dalam sel inangnya yaitu
manusia, atau ketika patogen beracun tersebut mempertahankan dirinya pada
produk makanan dan memproduksi racun kemudian makanan tersebut dimakan oleh
manusia.
Pada umumnya, penyakit yang
dibawa makanan dibagi menjadi 2 kategori utama, yaitu infeksi melalui makanan
(foodborne infection) dan racun melalui makanan (foodborne intoxication).
# Foodborne infections
# Foodborne infections
Terjadi karena adanya pertumbuhan
patogen dalam tubuh manusia. Waktu sejak patogen tersebut masuk sampai
timbulnya gejala menjadi lebih panjang daripada foodborne intoxication. Ada 2
kategori dalam foodborne infections, yaitu :
- · Invasive infections : disebabkan oleh patogen yang menyerang jaringan dan organ tubuh. Bisa berupa virus, protozoa parasit, parasit lainnya dan bakteri invasif. Contohnya Salmonella, Areomonas, Campylobacter, Shigella, Vibrio parahaemolyticus, Yersinia dan E. coli.
- · Toxicoinfections : disebabkan bakteri infektif yang tidak hidup di alam bebas namun dapat berkembangbiak dalam usus manusia dan memproduksi toksin. Contohnya Vibrio cholerae, Bacillus cereus (tipe-diarea), C. botulinum (pada bayi), C. perfringens dan E. coli verotoksigenik (E. coli O157:H7 dan lainnya).
# Foodborne
intoxications
Disebabkan oleh toksin yang diproduksi
oleh organisme yang tumbuh dalam jumlah yang mencukupi dalam produk makanan.
Pada umumnya, gejala intoksifikasi timbul lebih cepat setelah mengkonsumsi
makanan yang terkontaminasi daripada gejala infeksi (memiliki waktu onset lebih
pendek). Bakteri yang menyebabkan intoksifikasi yaitu C. botulinum, B. cereus (tipe-emetik) dan Staphylococcus aureus. Toksin yang disebabkan oleh non bakteri
dapat menyebabkan penyakit sebagai berikut :
* Paralytic
shellfish toxin – toksin yang berasal dari kerang dan dapat menyebabkan
kelumpuhan. Disebabkan oleh konsumsi kerang dapat mengeluarkan toksin.
* Ciguatera
toxin – berasal dari ikan tropis tertentu.
* Scombroid
toxin – hasil dari produksi histamin yang berasal dari ikan.
* Fungal
toxin / mycotoxin – karsinogenik jangka panjang. Berhubungan dengan konsumsi
makanan yang terkontaminasi oleh jamur (misalnya aflatoxin yang mengkontaminasi
jagung, kacang, dll dan patulin dari apel atau buah lain yang terkontaminasi.
Patogen
masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pencernaan. Yang membedakan
organisme ini yaitu bagaimana cara mereka mempertahankan diri atau bisa atau
tidaknya mereka menyebabkan penyakit dan juga jumlah mikroorganisme (dosis
infektif) atau kuantitas toksin (dosis toksin) yang dapat menyebabkan penyakit.
Faktor utama yang mempengaruhi organisme ini dapat menyebabkan penyakit yaitu
tergantung dari sifat sel inangnya (host). Manusia dapat berisiko rendah atau
tinggi terkena penyakit ini. Orang yang berisiko rendah atau orang sehat bisa
resisten terhadap banyak penyakit akibat makanan ini. Namun bagi yang berisiko
tinggi (seperti immunocompromised, immunosuppressed, tubuh yang lemah, orang
tua, dan anak kecil) mempunyai resisten yang rendah.
Orang yang terinfeksi
patogen foodborne bisa berupa karier dan sumber infeksi bagi orang lain.
Meskipun orang yang terinfeksi tersebut tidak menunjukkan tanda dan gejala
namun dia bisa menjadi karier kronis dan bisa saja menularkan bakteri foodborne
yang infektif. Di kebanyakan kasus, gejala penyakit foodborne bisa hilang
setelah beberapa waktu, namun komplikasi (menimbulkan sequalae) dapat terjadi
pada individu tertentu yang terinfeksi. Meskipun komplikasi jarang terjadi
namun bisa menjadi parah. Contoh komplikasi kronis meliputi : arthritis reaktif,
Reiters syndrome, Guillain-Barre syndrome, ankylosing spondylitis, meningitis,
rheumatoid arthritis, septic arthritis, septicemia dan manifestasi jantung.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana spesifikasi Toxoplasma gondii?
2. Apa etiologi dari penyakit Toksoplasmosis?
3. Bagaimana cara penularan Toxoplasma gondii?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit Toksoplasmosis?
TUJUAN
1. Mengetahui daur hidup dari Toxoplasma gondii
2. Mengetahui gejala yang ditimbulkan oleh penyakit
Toksoplasmosis
3. Mengetahui cara pencegahan terhadap penyakit Toksoplasmosis
TOXOPLASMA GONDII
Toxoplasma gondii adalah parasit protozoa dalam genus Toxoplasma dengan
sifat alami dan perjalanan akut atau menahun. Toxoplasma gondii juga merupakan parasit pada manusia, kucing,
anjing, ayam, babi, marmot, kambing, ternak dan merpati, dan pada manusia menimbulkan
penyakit toxoplasmosis.
Toksoplasmosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, merupakan penyakit
parasit pada manusia dan juga pada hewan yang menghasilkan daging bagi konsumsi
manusia. Infeksi yang disebabkan oleh T. gondii
tersebar di seluruh dunia. Pada hewan berdarah panas dan mamalia lainnya
termasuk manusia sebagai hospes perantara, sedangkan kucing dan berbagai jenis
Felidae lainnya sebagai hospes definitif. Infeksi Toxoplasma tersebar luas dan sebagian besar berlangsung
asimtomatis, meskipun penyakit ini belum digolongkan sebagai penyakit parasiter
yang diutamakan pemberantasannya oleh pemerintah, tetapi beberapa penelitian
telah dilakukan di beberapa tempat untuk mengetahui derajat distribusi dan
prevalensinya.
Indonesia sebagai negara tropik merupakan tempat yang
sesuai untuk perkembangan parasit tersebut. Keadaan ini ditunjang oleh beberapa
faktor seperti sanitasi lingkungan dan banyak sumber penularan terutama kucing
dan sebangsanya (Felidae). Manusia dapat terkena infeksi parasit ini dengan
cara didapat (Aquired toxoplasmosis) maupun diperoleh semenjak dalam kandungan
(Congenital toxoplasmosis). Diperkirakan sepertiga penduduk dunia mengalami
infeksi penyakit ini.
Sebagai parasit, T. gondii ditemukan dalam segala macam
sel jaringan tubuh kecuali sel darah merah. Tetapi pada umumnya parasit ini
ditemukan dalam sel retikulo endotelial dan sistem syaraf pusat.
Kejadian
Toxoplasmosis
Toxoplasmosis merupakan
penyakit zoonosis yang secara alami dapat menyerang manusia, ternak, hewan
peliharaan lain seperti hewan liar, unggas dan lain-lain. Kejadian
toxoplasmosis telah dilaporkan dari beberapa daerah di dunia ini yang
geografiknya sangat luas. Survei terhadap kejadian ini memberi gambaran bahwa
toxoplasmosis pada suatu daerah bisa sedemikian hebatnya hingga setiap hewan
memperlihatkan gejala toxoplasmosis. Survei yang telah diadakan di Amerika
Serikat.
Toxoplasmosis
juga sering terjadi melalui jalur atau rute makanan yaitu bentuk jaringan dari parasit (kista
mikroskopis terdiri dari bradyzoites) dapat ditularkan kepada manusia oleh makanan. Manusia menjadi terinfeksi karena :
1.
Makanan setengah matang, atau daging yang
terkontaminasi (terutama daging babi, domba, dan daging rusa)
2.
Menelan makanan setengah matang, memegang daging yang terkontaminasi dan tidak mencuci tangan
dengan bersih (Toxoplasma tidak
dapat diserap melalui kulit utuh)
3.
Makan makanan yang terkontaminasi oleh pisau, peralatan, talenan, atau makanan lain yang pernah kontak dengan daging
mentah yang
terkontaminasi.
Pada manusia, penyakit
toxoplasmosis ini sering menginfeksi melalui saluran pencernaan. Biasanya
melalui perantara makanan atau minuman yang terkontaminasi dengan agen penyebab
penyakit toxoplasmosis ini, misalnya karena minum susu sapi segar atau makan
daging yang belum matang sempurna dari hewan yang terinfeksi dengan penyakit
toxoplasmosis. Penyakit ini juga sering terjadi pada sejenis ras kucing yang
berbulu lebat dan warnanya indah yang biasanya disebut dengan mink. Pada kucing ras mink penyakit toxoplasmosis sering
terjadi karena makanan yang diberikan biasanya berasal dari daging segar
(mentah) dan sisa-sisa daging dari rumah potong hewan.
SEJARAH
Toxoplasma
gondii pertama kali ditemukan oleh Nicole dan Manceaux tahun 1908
pada limfa dan hati hewan pengerat Ctenodactylus
gundi di Tunisia Afrika dan pada seekor kelinci di Brazil. Lebih lanjut
Mello pada tahun 1908 melaporkan protozoa yang sama pada anjing di Italia,
sedangkan Janku pada tahun 1923 menemukan protozoa tersebut pada penderita
korioretinitis. Lalu Wolf pada tahun 1937 telah mengisolasinya dari neonatus
dengan ensefalitis dan dinyatakan sebagai penyebab infeksi kongenital pada
anak. Walaupun perpindahan intra-uterin secara transplasental sudah diketahui,
tetapi baru pada tahun 1970 daur hidup parasit ini menjadi jelas ketika
ditemukan daur seksualnya pacta kucing.
EPIDEMIOLOGI
Toxoplasma
gondii ditemukan di seluruh dunia. Infeksi terjadi, di mana ada
kucing yang mengeluarkan ookista bersama tinjanya. Ookista ini adalah bentuk
yang infektif dan dapat menular pacta manusia atau hewan lain. Penyebaran Toxoplasma gondii sangat luas, hampir di
seluruh dunia, termasuk Indonesia baik pada manusia maupun pada hewan. Sekitar
30% dari penduduk Amerika Serikat positif terhadap pemeriksaan serologis, yang
menunjukkan pernah terinfeksi pada suatu saat dalam masa hidupnya. Kontak yang
sering terjadi dengan hewan terkontaminasi atau dagingnya, dapat dihubungkan
dengan adanya prevalensi yang lebih tinggi di antara dokter hewan, mahasiswa
kedokteran hewan, pekerja di rumah potong hewan dan orang yang menangani daging
mentah seperti juru masak.
Krista T. gondii dalam daging dapat bertahan hidup pada
suhu -4°C sampai tiga minggu. Kista tersebut akan mati jika daging dalam
keadaan beku pada suhu -15OC selama tiga hari dan pada suhu -20OC
selama dua hari. Daging dapat menjadi hangat pada semua bagian dengan suhu 65OC
selama empat sampai lima menit atau lebih maka secara keseluruhan daging tidak
mengandung kista aktif, demikian juga hasil daging siap konsumsi yang diolah dengan
garam dan nitrat.
Konsumsi daging mentah atau daging yang kurang masak
merupakan sumber infeksi pada manusia. Tercemarnya alat-alat untuk masak dan
tangan oleh bentuk infektif parasit ini pada waktu pengolahan makanan merupakan
sumber lain untuk penyebaran T. gondii.
Di Indonesia, prevalensi zat anti T.
gondii pada hewan adalah sebagai berikut: kucing 35-73%, babi 11-36%,
kambing 11-61%, anjing 75% dan pada ternak lain kurang dari 10%.
ETIOLOGI
Toxoplasma
gondii adalah parasit intraseluler pada monocyte dan sel-sel
endothelial pada berbagai organ tubuh. Toxoplasma ini biasanya berbentuk bulat
atau oval, jarang ditemukan dalam darah perifer, tetapi sering ditemukan dalam
jumlah besar pada organ-organ tubuh seperti pada jaringan hati, limpa, sumsum
tulang, otak, ginjal, urat daging, jantung dan urat daging licin lainnya.
Perkembangbiakan toxoplasma terjadi dengan membelah diri
menjadi 2, 4 dan seterusnya. Belum ada bukti yang jelas mengenai
perkembangbiakan dengan jalan schizogoni. Pada preparat ulas dan sentuh dapat
dilihat di bawah mikroskop bentuk yang oval agak panjang dengan kedua ujung
lancip, hampir menyerupai bentuk merozoit dari coccidium. Jika ditemukan di antara
sel-sel jaringan tubuh berbentuk bulat dengan ukuran 4 sampai 7 mikron. Inti
selnya terletak di bagian ujung yang berbentuk bulat. Pada preparat segar,
sporozoa ini bergerak, namun para peneliti belum ada yang berhasil
memperlihatkan flagellanya.
Toxoplasma baik dalam sel monocyte, dalam sel-sel sistem
reticulo endotelial, sel alat tubuh viceral maupun dalam sel-sel syaraf
membelah dengan cara membelah diri menjadi
2, 4 dan seterusnya. Setelah sel yang ditempatinya penuh lalu pecah
parasit-parasit akan menyebar melalui peredaran darah dan hinggap di sel-sel
baru dan demikian seterusnya.
Toxoplasma
gondii mudah mati karena suhu panas, kekeringan dan pembekuan. Toxoplasma gondii juga cepat mati karena
pembekuan darah induk semangnya dan bila induk semangnya mati, jasad ini pun akan ikut mati. Toxoplasma membentuk pseudocyte dalam
jaringan tubuh atau jaringan-jaringan tubuh hewan yang diserangnya secara
kronis. Bentuk pseudocyte ini lebih tahan dan dapat bertindak sebagai penyebar
toxoplasmosis.
MORFOLOGI
DAN KLASIFlKASI
Toxoplasma
gondii merupakan protozoa obligat intraseluler, terdapat dalam tiga
bentuk yaitu takizoit (bentuk proliferatif), kista (berisi bradizoit) dan
ookista (berisi sporozoit). Bentuk takizoit menyerupai bulan sabit dengan ujung
yang runcing dan ujung lain agak membulat. Ukuran panjang 4-8 mikron, lebar 2-4
mikron dan mempunyai selaput sel, satu inti yang terletak di tengah bulan sabit
dan beberapa organel lain seperti mitokondria dan badan golgi. [1]
Kista dibentuk di dalam sel
hospes bila takizoit yang membelah telah membentuk dinding. Ukuran kista
berbeda-beda, ada yang berukuran kecil hanya berisi beberapa bradizoit dan ada
yang berukuran 200 mikron berisi kira-kira 3000 bradizoit. Kista dalam tubuh
hospes dapat ditemukan seumur hidup terutama di otak, otot jantung, dan otot
bergaris. Kista tersebut mempunyai dinding, berisi satu sporoblas yang membelah
menjadi dua sporoblas. Pada perkembangan selanjutnya kedua sporoblas membentuk
dinding dan menjadi sporokista. Masing-masing sporokista tersebut berisi 4
sporozoit yang berukuran 8 x 2 mikron dan sebuah benda residu. [1]
Toxoplasma
gondii dalam klasifikasi termasuk kelas Sporozoasida, karena berkembang
biak secara seksual dan aseksual yang terjadi secara bergantian. Selain itu Toxoplasma gondii terdapat dalam 3
bentuk yaitu bentuk trofozoit, kista, clan Ookista. Trofozoit berbentuk oval
dengan ukuran 3-7 um, dapat menginvasi semua sel mamalia yang memiliki inti
sel. Dapat ditemukan dalam jaringan selama masa akut dari infeksi. Bila infeksi
menjadi kronis, trofozoit dalam jaringan akan membelah secara lambat dan
disebut bradizoit.
Bentuk kedua adalah kista
yang terdapat dalam jaringan dengan jumlah ribuan berukuran 10-100 um. Kista
penting untuk transmisi dan paling banyak terdapat dalam otot rangka, otot
jantung dan susunan syaraf pusat. Bentuk yang ketiga adalah bentuk Ookista yang
berukuran 10-12 um. Ookista terbentuk di sel mukosa usus kucing dan dikeluarkan
bersamaan dengan feces kucing. Dalam epitel usus kucing berlangsung siklus
aseksual atau schizogoni dan siklus seksual atau gametogeni dan sporogoni yang
menghasilkan ookista dan dikeluarkan bersama feces kucing.
Kucing yang mengandung toxoplasma gondii dalam sekali ekskresi
akan mengeluarkan jutaan ookista. Bila ookista ini tertelan oleh hospes
perantara seperti manusia, sapi, kambing atau kucing maka pada berbagai
jaringan hospes perantara akan dibentuk kelompok-kelompok trofozoit yang
membelah secara aktif. Pada hospes perantara tidak dibentuk stadium seksual
tetapi dibentuk stadium istirahat yaitu kista. Bila kucing makan tikus yang
mengandung kista maka terbentuk kembali stadium seksual di dalam usus halus
kucing tersebut.
Menurut Levine (1990)
klasifikasi parasit sebagai berikut :
Kingdom :
Animalia
Sub kingdom : Protozoa
Filum :
Apicomplexa
Kelas : Sporozoasida
Sub Kelas : Coccidiasina
Ordo : Eucoccidiorida
Sub ordo :
Eimeriorina
Famili
: Sarcocystidae
Genus :
Toxoplasma
Spesies
: Toxoplasma gondii
DAUR
HIDUP
Siklus
hidup T. gondii memiliki dua fase.
Bagian seksual dari siklus hidup hanya terjadi pada kucing, baik domestik maupun
liar (keluarga Felidae), yang membuat kucing menjadi tuan rumah utama parasit.
Tahap kedua, bagian aseksual dari siklus hidup, dapat terjadi di lain hewan
berdarah panas, termasuk kucing, tikus, manusia, dan burung. Host
dimana reproduksi aseksual terjadi disebut hospes perantara.
Hewan Pengerat adalah hospes
perantara yang khas. Dalam kedua jenis host, parasit Toxoplasma menyerang sel
dan membentuk ruang yang disebut vakuola. Di dalam vakuola khusus yang disebut
vakuola parasitophorous, bentuk parasit bradyzoites, perlahan mereplikasi parasit.
Vakuola yang berisi kista bentuk reproduksi bradyzoites terutama dalam jaringan
otot dan otak. Karena parasit berada di dalam sel, mereka aman dari sistem
kekebalan inang yang tidak menanggapi kista.
Kucing dan hewan sejenisnya merupakan hospes definitif
dari T. gondii. Di dalam usus kecil
kucing sporozoit menembus sel epitel dan tumbuh menjadi trofozoit. Inti
trofozoit membelah menjadi banyak sehingga terbentuk skizon. Skizon matang
pecah dan menghasilkan banyak merozoit (skizogoni). Daur aseksual ini
dilanjutkan dengan daur seksual. Merozoit masuk ke dalam sel epitel
danmembentuk makrogametosit dan mikrogametosit yang menjadi makrogamet dan
mikrogamet (gametogoni). Setelah terjadi pembuahan terbentuk ookista, yang akan
dikeluarkan bersama kotoran kucing. Di luar tubuh kucing, ookista tersebut akan
berkembang membentuk dua sporokista yang masing-masing berisi empat sporozoit (sporogoni).
Bila ookista tertelan oleh mamalia seperti domba, babi, sapi dan tikus serta
ayam atau burung, maka di dalam tubuh hospes perantara akan terjadi daur
aseksual yang menghasilkan takizoit. Takizoit akan membelah, kecepatan membelah
takizoit ini berkurang secara berangsur kemudian terbentuk kista yang
mengandung bradizoit. Bradizoit dalam kista biasanya ditemukan pada infeksi
menahun (infeksi laten).
Resistensi
Toxoplasma untuk antibiotik bervariasi, tetapi kista sangat sulit untuk diberantas
sepenuhnya. Di dalam vakuola, T. Gondii
itu sendiri (dengan endodyogeni) sampai pada sel yang terinfeksi parasit dan
mengisi dengan semburan, melepaskan takizoit, bentuk, dan motil secara reproduksi
aseksual parasit. Berbeda dengan bradyzoites, maka takizoit bebas biasanya
efisien dibersihkan oleh sistem kekebalan inang, meskipun beberapa dari mereka
berhasil menginfeksi sel dan bradyzoites dengan cara mempertahankan infeksi
pada jaringan kista yang tertelan oleh kucing (misalnya, dengan memberi makan
pada tikus yang terinfeksi).
Kista
bertahan hidup melalui perut kucing dan parasit menginfeksi epitel dari usus
kecil di mana mereka mengalami reproduksi seksual dan pembentukan ookista.
Ookista berasal dari feses. Hewan dan manusia yang menelan ookista (misalnya,
dengan makan sayuran yang tidak dicuci) atau terinfeksi jaringan kista dalam
daging yang dimasak secara tidak benar. Parasit memasuki makrofag pada lapisan
usus dan didistribusikan melalui aliran darah ke seluruh tubuh.
Serupa
dengan mekanisme yang digunakan di banyak virus, toksoplasma mampu
mendisregulasi siklus sel inang dengan mengadakan pembelahan sel sebelum mitosis
(perbatasan G2 / M). Disregulasi siklus sel inang disebabkan oleh sekresi peka
panas sel yang terinfeksi sehingga mengeluarkan faktor yang menghambat siklus
sel tetangga. Alasan untuk disregulasi Toxoplasma tidak diketahui, tetapi
penelitian telah menunjukkan bahwa infeksi adalah khusus untuk host sel-sel
dalam struktur sel S-fase dan host yang berinteraksi dengan Toxoplasma sehingga
tidak dapat diakses selama tahap-tahap lain dari siklus sel.
Infeksi
tahap akut toksoplasma dapat tanpa gejala, tetapi sering memberikan gejala
seperti flu pada tahap akut awal, dan dapat menjadi flu yang fatal (kasus
sangat jarang terjadi) lalu tahap akut mereda dalam beberapa hari ke bulan,
yang mengarah ke tahap laten. Infeksi laten biasanya tanpa gejala, namun dalam
kasus pasien immunocompromised (seperti mereka yang terinfeksi HIV atau
penerima transplantasi pada terapi imunosupresif), toksoplasmosis dapat
berkembang.
Manifestasi yang paling menonjol dari toksoplasmosis
pada pasien immunocompromised adalah ensefalitis toksoplasma, yang dapat
mematikan. Jika infeksi T. gondii
terjadi untuk pertama kali selama kehamilan, misalkan pada kotoran kucing yang
terinfeksi T. gondii, parasit dapat
melewati plasenta, mungkin menyebabkan hidrosefalus atau mikrosefali,
kalsifikasi intrakranial, korioretinitis dan kemungkinan bisa terjadi aborsi
spontan (keguguran) atau kematian intrauterin.
CARA
PENULARAN
Manusia dapat terinfeksi oleh T. gondii dengan berbagai cara yaitu makan daging mentah atau
kurang masak yang mengandung kista T.
gondii, ternakan atau tertelan bentuk ookista dari kotoran kucing, misalnya
bersama buah-buahan dan sayur-sayuran yang terkontaminasi. Juga mungkin
terinfeksi melalui transplantasi organ tubuh dari donor penderita
toksoplasmosis laten kepada resipien yang belum pernah terinfeksi T. gondii. Kecelakaan laboratorium dapat
terjadi melalui jarum suntik dan alat laboratoriurn lain yang terkontaminasi
oleh T. Gondii serta infeksi
kongenital yang terjadi intra uterin melalui plasenta.
Setelah terjadi infeksi T. gondii ke dalam tubuh akan terjadi proses yang terdiri dari tiga
tahap yaitu parasitemia, dimana parasit menyerang organ dan jaringan serta
memperbanyak diri dan menghancurkan sel-sel inang. Perbanyakan diri ini paling
nyata terjadi pada jaringan retikuloendotelial dan otak, di mana parasit mempunyai
afinitas paling besar. Pembentukan antibodi merupakan tahap kedua setelah
terjadinya infeksi. Tahap ketiga rnerupakan rase kronik, terbentuk kista-kista yang
menyebar di jaringan otot dan syaraf, yang sifatnya menetap tanpa menimbulkan
peradangan lokal.
GEJALA
Pada garis besarnya sesuai dengan cara penularan dan
gejala klinisnya, toksoplasmosis dapat dikelompokkan menjadi : Toksoplasmosis
akuisita (dapatan) dan Toksoplasmosis kongenital. Baik toksoplasmosis dapatan
maupun kongenital sebagian besar asimtomatis atau tanpa gejala. Keduanya dapat
bersifat akut dan kemudian menjadi kronik atau laten. Gejala yang nampak sering
tidak spesifik dan sulit dibedakan dengan penyakit lain.
Toksoplasmosis dapatan biasanya tidak diketahui karena
jarang menimbulkan gejala. Tetapi bila seorang ibu yang sedang hamil mendapat infeksi
primer, ada kemungkinan bahwa 50% akan melahirkan anak dengan toksoplasmosis
kongenital. Gejala yang dijumpai pada orang dewasa maupun anak-anak umumnya
ringan.
Gejala klinis yang paling sering dijumpai pada
toksoplasmosis dapatan adalah limfadenopati dan rasa lelah, disertai demam dan
sakit kepala. Pada infeksi akut, limfadenopati sering dijumpai pada kelenjer
getah bening daerah leher bagian belakang. Gejala tersebut di atas dapat
disertai demam, mialgia, malaise. Bentuk kelainan pada kulit akibat
toksoplasmosis berupa ruam makulopapuler yang mirip kelainan kulit, sedangkan
pada jaringan paru dapat terjadi pneumonia interstisial.
Gambaran klinis toksoplasmosis kongenital dapat
bermacam-macam. Ada yang tampak normal pada waktu lahir dan gejala klinisnya
baru timbul setelah beberapa minggu sampai beberapa tahun. Ada gambaran
eritroblastosis, hidrops fetalis dan triad klasik yang terdiri dari
hidrosefalus, korioretinitis dan perkapuran intrakranial atau tetrade sabin
yang disertai kelainan psikomotorik. Toksoplasmosis kongenital dapat
menunjukkan gejala yang sangat berat dan menimbulkan kematian penderitanya
karena parasit telah tersebar luas di berbagai organ penting dan juga pada
sistem syaraf penderita.
Gejala susunan syaraf pusat sering meninggalkan gejala
sisa, misalnya retardasi mental dan motorik. Kadang-kadang hanya ditemukan
sikatriks pada retina yang dapat kambuh pada masa anak-anak, remaja atau
dewasa. Korioretinitis karena toksoplasmosis pada remaja dan dewasa biasanya
akibat infeksi kongenital.
Akibat kerusakan pada berbagai organ, maka kelainan yang
sering terjadi bermacam-macam jenisnya. Kelainan pada bayi dan anak-anak akibat
infeksi pada ibu selama kehamilan trimester pertama, dapat berupa kerusakan
yang sangat berat sehingga terjadi abortus atau lahir mati, atau bayi
dilahirkan dengan kelainan seperti ensefalomielitis, hidrosefalus, kalsifikasi
serebral dan korioretinitis. Pada anak yang lahir prematur, gejala klinis lebih
berat dari anak yang lahir cukup bulan, dapat disertai hepatosplenomegali,
ikterus, limfadenopati, kelainan susunan syaraf pusat dan lesi mata.
MANIFESTASI KLINIS
Infeksi T. gondii
pada individu dengan imunodefisiensi menyebabkan manifestasi penyakit dari
tingkat ringan, sedang sampai berat, tergantung kepada derajat
imunodefisiensinya. Menurut Gandahusada dkk.,(1992), pada penderita
imunodefisiensi, infeksi T. gondii
menjadi nyata, misalnya pada penderita karsinoma, leukemia atau penyakit lain
yang diberi pengobatan kortikosteroid dosis tinggi atau radiasi. Gejala yang
timbul biasanya demam tinggi, disertai gejala susunan syaraf pusat karena
adanya ensefalitis difus. Gejala klinis yang berat ini mungkin disebabkan oleh
eksaserbasi akut dari infeksi yang terjadi sebelumnya atau akibat infeksi baru
yang menunjukkan gejala klinis yang dramati karena adanya imuno-defisiensi. Pada
penderita AIDS, infeksi T. gondii
sering menyebabkan ensefalitis dan kematian. Sebagian besar penderita AIDS
dengan ensefalitis akibat T. gondii
tidak menunjukkan pembentukan antibodi dalam serum.
PENCEGAHAN
Kucing merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya
toksoplasmosis, karena kucing mengeluarkan berjuta-juta ookista dalam tinjanya,
yang dapat bertahan sampai satu tahun di dalam tanah yang teduh dan lembab.
Untuk mencegah hal ini, maka terjadinya infeksi pada kucing dapat dicegah, yaitu
dengan memberi makanan yang matang sehingga kucing tidak berburu tikus atau
burung. Bila kucing diberikan monensin 200 mg/kg melalui makanannya, maka kucing
tersebut tidak akan mengeluarkan ookista bersama tinjanya, tetapi ini hanya dapat
digunakan untuk kucing peliharaan. Untuk mencegah terjadinya infeksi dengan
ookista yang berada di dalam tanah, dapat diusahakan mematikan ookista dengan
bahan kimia seperti formalin, amonia dan iodin dalam bentuk larutan serta air
panas 70oC yang disiramkan pada tinja kucing
Anak balita yang bermain di tanah atau ibu-ibu yang gemar
berkebun, juga petani sebaiknya mencuci tangan yang bersih dengan sabun sebelum
makan. Sayur mayur yang dimakan sebagai lalapan harus dicuci bersih, karena ada
kemungkinan ookista melekat pada sayuran. Makanan yang matang harus ditutup
rapat supaya tidak dihinggapi lalat atau kecoa yang dapat memindahkan ookista
dari tinja kucing ke makanan tersebut.
Kista jaringan dalam hospes perantara (kambing, sapi,
babi dan ayam) sebagai sumber infeksi dapat dimusnahkan dengan memasaknya
sampai 66°C atau mengasap dan sampai matang sebelum dimakan. Bagi ibu yang
memasak, jangan mencicipi hidangan daging yang belum matang. Setelah memegang
daging mentah (tukang jagal, penjual daging, tukang masak) sebaiknya cuci
tangan dengan sabun sampai bersih. Yang paling penting dicegah adalah
terjadinya toksoplasmosis kongenital karena anak yang lahir dapat menyebabkan cacat
dengan retardasi mental dan gangguan motorik.
KESIMPULAN
Penyakit toxoplasmosis
merupakan penyakit kosmopolitan dengan frekuensi tinggi di berbagai negara dan juga
di Indonesia karena gejala klinisnya ringan maka sering kali luput dari
pengamatan dokter. Padahal akibat yang ditimbulkan bisa memberikan beban berat
bagi masyarakat seperti abortus, lahir mati maupun cacat kongenital. Diagnosis
secara laboratoris cukup mudah yaitu dengan memeriksa antibodi kelas IgG dan
IgM terhadap Toxoplasma gondii akan
dapat diketahui status penyakit penderita. Dianjurkan untuk memeriksakan diri
secara berkala pada wanita hamil trimester pertama akan kemungkinan terinfeksi
dengan toxoplasmosis.
Toxoplasma
gondii merupakan protozoa obligat intraseluler yang dapat menyebabkan penyakit
toxoplasmosis konginetal dan toksoplasmosis akuisita. Hospes Definitif T.
gondii adalah kucing dan binatang sejenisnya (Felidae). Hospes perantaranya
adalah manusia, mamalia lainnya dan burung.
Prevalensi zat anti Toxoplasma
gondii di Indonesia pada manusia adalah 2-63%, pada kucing 35-73%, babi
11-36%, kambing 11-61%, anjing 75% dan pada ternak lain kurang dari 10%.
Prevalensi zat anti Toxoplasma gondii
terdapat pada kebiasaan makan daging kurang matang. Daging ternak dan
ayam/burung serta tanah yang tercemar tinja kucing merupakan sumber infeksi.
Dalam pencegahan infeksi Toxoplasma gondii, anjing dan kucing kesayangan tidak perlu
disingkirkan dari rumah, tetapi perlu diperhatikan bahwa tinja kucing tidak
mencemari makanan dan tangan kita. Tindakan pencegahan infeksi Toxoplasma gondii antara lain adalah :
·
* Jangan makan daging mentah atau kurang matang
·
* Mencuci tangan setelah memegang daging mentah
* Mencuci alat dapur bekas daging mentah
· *
Tidak makan sayuran mentah sebagai lalap
· *
Mencuci tangan setelah berkebun atau memegang
kucing
· *
Mencegah lalat dan kecoa menghinggapi makanan
· *
Tidak makan sayuran mentah sebagai lalap
· *
Mencuci tangan setelah berkebun atau memegang
kucing
· *
Mencegah lalat dan kecoa menghinggapi
makanan.
· * Hindari kucing, serahkan pada orang lain
untuk membersihkan kandang kucing. Kandang harus disiram dengan air mendidih
untuk membunuh kista
· * Apabila terpaksa harus membersihkan kandang
kucing, hendaknya memakai sarung tangan dan sesudahnya tangan harus dicuci
sebersih mungkin
·
* Pakai sarung tangan sewaktu berkebun dan
bersihkan tangan sesudahnya
·
* Pengawasan terus menerus penderuta dengan
status imun jelek dengan upaya pencegahan infeksi, terapi yang adekuat berupa
obat-obat anti-toxoplasma
· * Meningkatkan ketahanan tubuh dengan perbaikan
gizi melalui pemberian makanan yang seimbang, serta perbaikan “gizi” rohani
dengan doa, meditasi untuk menghilangkan stress yang dapat menurunkan imunitas
tubuh.
Toxoplasmosis mungkin bukan merupakan penyakit yang
sangat mematikan sebagaimana malaria, flu burung, demam berdarah dan beberapa
penyakit infeksi lainnya. Namun apabula tidak ditanggulangi dengan baik dapat
mengakibatkan bermacam masalah antara lain infertilitas, cacat fisik, mental
dan kematian pada manusia. Dengan meningkatnya penderita infeksi HIV, kanker
dan gizi buruk, toxoplasmosis perlu diwaspadai.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ir.
Indra Chahaya S., M.Si , 2003 , Epidemiologi “Toxoplasma gondii” . Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Dharmana,
Edi , 2007 , Toxoplasma gondii, Musuh Dalam Selimut : Semarang . Kakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
3. Blader,
Ira J. , 2009 , Communication between Toxoplasma gondii and its host: impact on
parasite growth, development, immune evasion, and virulence : Okhlahoma .
University of Okhlahoma Health Sciences Center.
4. Schmidt,
Ronald H. , 2003 , General Overview of the Causative Agents of Foodborne
Illness : Florida . University of Florida
Tidak ada komentar:
Posting Komentar