4shared

Powered By Blogger

Kamis, 10 Mei 2012


Tugas Mikrobiologi pangan
“Food Borne oleh Aspergillus fumigatus




Disusun oleh:

1.    Kristanti Novita Sari             22030110120042
2.    Karunia Agustin A              22030110120043
3.    Devi Ratna Mayasari           22030110120044



PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
 SEMARANG
2012


1.    Pendahuluan

Fungi (jamak) atau fungus (tunggal ) adalah sutu organisme eukariotik yang mempunyai ciri-ciri spesifik sebagai berikut : mempunyai inti sel,memproduksi spora,tidak mempunyai klorofil sehingga tidak dapat melakukan fotosintesis,dapat berkembang biak secara seksual maupun aseksual,beberapa mempunyai bagian-bagian tubuh berbentuk filamen dengandinding sel yang mengandung selulosa atau khitin atau keduanya1.
Fungi dapat bersifat parasit yaitu memperoleh makanan dari benda hidup atau bersifat saprofit yaitu memperoleh makanan dari benda hidup mati.Fungi yang bersifat saprofit obligat hanya dapat hidup pada benda mati,tetapi tidak dapat hidup atau melakukan infeksi pada benda hidup,fungi semacam ini sering tumbuh pada makanan dan menyebabkan kerusakan makanan.Fungi yang bersifat parasi/saprofit fakultatif dapat hidup pada bahan organik yang hidup maupun  mati,dan menyebabkan penyakit.
Fungi tergolong  Eumycota (Eumycetes) dan dapat dibedakan atas empat kelas yaitu Phycomycetes yang dapat dibedakan atas Zygomycetes dan Oomycetes; Ascomycetes;Basidiomycetes;Deuteromycetes.
Anggota dalam Oomycetes disebut fungi tingkat rendah.Beberapa diantaranya,yaitu kapang air,spesiesnya bervariasi dari yang sederhana sampai yang lebih kompleks.Kapang air melakukan reproduksi aseksual dengan membentuk zoospora yang motil,yang mempunyai satu atau dua flagela seperti pada protozoa.Zygomycetes melakukan reproduksi seksual dengan membentuk spora seksual yang disebut zigospora. Spora seksual yang diproduksi oleh Ascomycetes disebut askospora,yang terdapat di dalam suatu struktur yang disebut askus.Anggota dari kelas Basidiomycetes memproduksi spora seksual pada suatu struktur yang disebut basidium,dan sporanya disebut basidiospora.
Yang termasuk Ascomycetes salah satunya adalah kelompok Aspergillus.Kelompok ini tersebar luas di alam dan kebanyakan spesies dari kelompok ini menyebabkan kerusakan makanan,tetapi beberapa spesies bahakan digunakan dalam fermentasi makanan.Kelompok jenis ini dibedakan atas 18 grup aspergillus yang terdiri dari 100 spesies,contoh spesies yang sering dibahas biasanya aspergillus flavus,aspergillus niger,aspergillus fumigatus,dll.Pada makalah ini  akan lebih membahas tentang spesies aspergillus fumigatus.

2.    Isi
A.  Taksonomi
Superkingdom : Eukaryota
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Pezizomycotina
Class : Eurotiomycetes
Order : Eurotiales
Family : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Species : Aspergillus fumigatus
Aspergillus terdapat di alam sebagai saprofit. Hampir semua bahan dapat ditumbuhi jamur tersebut, terutama di daerah tropik dengan kelembaban yang tinggi. Sifat ini memudahkan jamur aspergillus menimbukan penyakit bila terdapat faktor presdisposisi2.
Spesies Aspergillus merupakan jamur yang umum ditemukan di materi organik seperti makanan, sayuran basi, pada sampah daun atau tumpukan kompos. Konidia biasanya terdapat di udara, baik di dalam maupun di luar ruangan dan sepanjang tahun. Aspergillus juga bisa tumbuh di daun-daun yang telah mati, gandum yang disimpan,kotoran burung, tumpukan pupuk dan tumbuhan yang membusuk lainnya. Meskipun terdapat lebih dari 100 spesies, jenis yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia ialah  Aspergillus fumigatus dan Aspergillus niger , kadang-kadang bisa juga akibat Aspergillus flavus dan Aspergillus clavatus yang semuanya menular dengan transmisi inhalasi. Aspergillus fumigatus adalah jamur yang ditemukan dimana – mana pada tanaman yang membusuk. Jamur ini dapat berkelompok kemudian memasuki jaringan kornea yang mengalami trauma atau luka bakar, luka lain, atau telinga luar (oktitis eksterna).

B.   Morfologi


Gambaran mikroskopik dari Aspergillus fumigatus memiliki tangkai – tangkai panjang (conidiophores) yang mendukung kepalan yang besar (vesicle). Di kepala ini terdapat spora yang membangkitkan sel hasil dari rantai panjang spora. A. fumigatus ini mampu tumbuh pada suhu 37°C (sama dengan temperatur tubuh). Pada rumput kering Aspergillus fumigatus dapat tumbuh pada suhu di atas 50oC.

3.    Cara berkembang biak
Aspergillus fumigatus termasuk ascomycota yang reproduksi aseksual dan seksualnya telah dapat dibedakan dengan jelas. Reproduksi aseksual dilakukan dengan membentuk tunas (budding) atau kuncup yang disebut blastospora. Tunas yang telah masak akan terlepas dari sel induknya dan tumbuh menjadi individu baru. Reproduksi seksual pada Ascomycota terjadi dengan cara membentuk Askospora. Askospara adalah spora seksual yang terbentuk di dalam askus. Askus terdapat di dalam tubuh buah yang disebut askokarp.
            Proses terbentuknya askospora adalah sebagai berikut : pada ascomycota ada 2 jenis hifa (+) dan hifa (-). Hifa (+) membentuk gametangia jantan ( anteridium ) dan hifa (-) membentuk gametangia betina ( askogonium ). Kedua jenis gametangia itu bertemu dan terjadi plasmogami (penyatuan sitoplasma ) tanpa disertai penyatuan inti. Jadi, dari peristiwa tersebut terbentuk sel dengan dua inti. Askogonium yang telah memiliki 2 inti tersebut akan menghasilkan hifa-hifa askogonium yang dikariotika ( berinti dua). Hifa dikariotika itu bercabang-cabang membentuk sel khusus yang akan menjadi askus. Di dalam askus akan terjadi peleburan dua inti, terbentuklah sel diploid (2n). Selanjutnya, inti askus membelah dua kali. Pembelahan pertama terjadi secara mitosis shingga akhirnya terbentuk delapan askosprora di dalam askus tersebut.


Gambar. Siklus hidup ascomycetes



4.    Penyakit yang disebabkan Aspergillus fumigatus
a.  Aspergilosis
                        Sejarah penemuan Aspergilosis pertama kali di laporkan oleh Virchow pada tahun 1956. Sejak itu banyak kasus yang dilaporkan dari berbagai negara, salah satunya Indonesia. Penyakit Aspergilosis merupakan penyakit saluran pernapasan dan kantong hawa unggas segala umur yang  telah tersebar di seluruh dunia, terutama negara-negara tropis yang bercuaca panas dan lembab3. Penyakit ini menyerang secara sistemik, yang berarti menyerang di dalam tubuh ternak dan dapat menyebar ke seluruh bagian tubuh. Unggas yang rentan antara lain : ayam, kalkun, itik, angsa dan berbagai jenis unggas, burung liar serta burung-burung dalam sangkar, seperti : kenari, parkit, kakak tua, nuri dan camar. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Aspergillus niger dan Aspergillus fumigatus. Wabah yang hebat terjadi pada penetasan yang bisa menimbulkan kematian dengan angka mortalitas hingga 15% pada anak ayam 2 minggu  awal pemeliharaan. Pada ayam yang masih hidup penyakit menyebabkan pertumbuhan terganggu dan terjadi asites komplek.

Etiologi
                        Aspergillus fumigatus suka tumbuh pada bahan-bahan organik yang sedang membusuk dalam kandang ayam atau mesin penetas. Bisa tumbuh pula pada litter dan pakan ayam, pada komponen tanaman gramineae (padi-padian), seperti pada batang/daun padi, tebu, jagung dan alng-alang. Aspergillus yang lain, antara lain : A. flavus, A. niger, A. nodulans dan A. terreus.
                        Kondisi aerobik, kelembaban dan suhu yang optimal di daerah tropis menyebabkan jamur akan tumbuh baik. Angin pada saat musim pancaroba bisa membawa spora jamur ke areal peternakan. Aspergilosis akan banyak terjadi di area peternakan yang dekat dengan  perkebunan tebu, ladang alang-alang, atau bahkan persawahan padi.
                        Sarang A. fumigatus yang sedang bersporulasi tampak berwarna biru kehijau-hijauan yang sering mengkontaminasi pakan ternak, litter, tempat pakan dan minum. Koloni A. flavus tampak hijau kekuningan, koloni A. niger berwarna hitam, A. nodulans berwarna hijau dan A. terreus berwarna kecoklatan.
                      Faktor-faktor predisposisi yang memudahkan serangan Aspergillus, antara lain : populasi yang terlalu padat, ventilasi jelek, cuaca buruk, stres akibat pengangkutan atau pindah ternak.   

Gejala Klinis
                       Unggas yang terserang menunjukkan tanda-tanda sulit bernapas, gasping. kecepatan pernapasan meningkat. Gejala lain yang sering muncul, antara lain : mencret, napsu makan menurun, pucat, kurus dan pertumbuhan lambat. Mata membenkak sebelah atau keduanya, jika infeksi terjadi di mata. Jamur juga bisa menyerang otak sehingga terlihat gejala-gejala syaraf, seperti kekakuan, tremor (gemetaran), kepala diletakkan pada punggung dan lumpuh.

Cara Penularan      
                        Penularan penyakit terjadi akibat menghirup sejumlah spora Aspergillus yang berasal dari pakan atau litter.Kejadian Aspergilosis di mesin penetasan merupakan indikasi tingkat sanitasi dan menejemen suatu perusahaan pembibitan. Aspergillus bisa menembus kulit telur, terutama telur yang kotor apalagi retak,  sehingga  terjadi kematian embrio saat umur16 hari inkubasi atau jika berhasil menetas, maka akan menghasilkan DOC yang lemah dengan paru-paru dan kantung udara terinfeksi Aspergillus. DOC yang demikian menderita brooderpneumonia. Tingkat kematian DOC rata-rata sebesar 5 – 10%, tingkat kematian tertinggi adalah 30%.

Kerentanan dan Kekebalan
Spesies Aspergillus ditemukan dimana-mana, dan Aspergillosis biasanya muncul sebagai infeksi sekunder dan hal ini membuktikan bahwa orang yang sehat kebal terhadap penyakit ini. Kerentanan akan meningkat dengan pemberian terapi imunosupresif dan sitotoksik dan serangan invasif terlihat terutama pada pasien dengan netropenia yang berkepanjangan. Penderita HIV/AIDS atau penderita penyakit

Tindakan penanggulangan wabah: Cara Cara Pemberantasan penyakit Aspergillosis
1.    Cara pencegahan :
Udara ruangan yang disaring dengan High Efficiency Particulate Air (HEPA) dapat menurunkan infeksi aspergillosis invasive pada penderita yang dirawat di RS terutama penderita dengan netropenia.
2.    Pengobatan spesifik :
ABPA diobati dengan corticosteroid supperession dan biasanya membutuhkan terapi yang lama. Reseksi bedah, jika memungkinkan adalah pengobatan paling tepat untuk aspergilloma. Amphoterichin B (Fungizone atau formasi lipid) IV dapat digunakan untuk infeksi jaringan bentuk invasif.
Pemberian Itraconazole bermanfaat bagi penderita yang perkembangannya lebih lambat dan untuk penderita yang mempunyai masalah kekebalan. Terapi imunosupresife harus dihentikan atau dikurangi sebisa mungkin. Kolonisasi endobronkial harus diobati sedemikian rupa untuk memperbaiki drainase bronkopulmoner.
3.    Tindakan Penanggulangan Wabah : tidak dilakukan upaya penanggulangan wabah; penyakit sifatnya sporadis. 


Perubahan Pasca Mati
            Ditemukan benjolan-benjolan atau sarang perkejuan berwarna kuning sampai abu-abu dalam Trakhea, paru-paru, kantong hawa dan tenggorokan. Sering juga ditemukan dalam perut, hati dan bagian tubuh yang lain.

Pencegahan
                        Disiplin dalam tatalaksana pemeliharaan, sanitasi mesin tetas dan mementingkan higyene merupakan upaya pencegahan yang harus diperhatikan.

Pengobatan
                        Tindakan pengobatan yang bisa dilakukan adalah pemberian Fungisidin, dapat diberikan secara aerosol, melalui penyemprotan dengan sprayer atau pemberian Thiabendazole 0,2% per oral melalui pakan.

b.         Aspergilosis Bronko Pulmoner Alergika (ABPA)
Penyakit - penyakit yang ditimbulkan oleh jamur ini adalah Aspergilosis Bronko Pulmoner Alergika. ABPA terjadi karena terdapat reaksi hipersensitivitas terhadap A. fumigates akibat pemakaian kortikosteroid terus menerus. Akibatnya akan terjadi produksi mukus yang berlebih karena kerusakan fungsi silia pada saluran pernapasan. Mukus ini berbentuk sumbatan yang mengandung spora A. fumigates dan eosinofil di lumen saluran napas. Akan terjadi presipitasi antibodi IgE dan IgG melalui reaksi hipersensitivitas tipe I menyebabkan deposit kompleks imun dan sel-sel inflamasi di mukosa bronkus3. Deposit ini nantinya akan menghasilkan nekrosis jaringan dan infiltrat eosinofil (reaksi hipersensitivitas tipe III) hingga membuat kerusakan dinding bronkus dan berakhir menjadi bronkiektasis. Tidak jarang ditemui spora pada mukus penderita aspergilosis paru.Penderita biasanya mengeluh batuk produktif dengan gumpalan mukus yang dapat membentuk kerak di bronkus., kadang menyebabkan hemoptisis. ABPA juga bisa terjadi bersamaan dengan sinusitis fungal alergik, dengan gejala sinusitis di dalamnya dengan drainase sinus yang purulen.Secara umum gejala klinis aspergilosis tidak ada yang khas, pasien ABPA mungkin akan mengalami demam, batuk berdahak, dengan mengi pada auskultasi. Pasien dengan aspergilosis invasif dan CNPA selain mengalami demam juga sering batuk berdahak. Khusus pengidap aspergilosis invasif akan mengalami takipneu dan hipoksemia berat. Penderita aspergiloma akan mengalami gejala sesuai penyakit yang mendasarinya, namun gejala yang paling sering ialah hemoptisis. Secara umum, gejala klinis dan hasil lab semua jenis aspergilosis akan sesuai dengan penyakit yang mendasarinya.

Stadium ABPA
1)      Stadium akut.
                Stadium akut, ciri khasnya ditandai dengan adanya semua tanda-tanda utama, gejala-gejala klasik dan temuan-temuan laboratoris pada saat diagnosis. 

2)      Stadium remisi.
              Stadium remisi dengan ciri khas lesi-lesi radiologik yang menjadi bersih, penurunan IgE serum total, terkendalinya gejala-gejala gangguan pernafasan dan penghentian kortikos-teroid selama lebih dari 6 bulan tidak menimbulkan rekurensi. Remisi yang lama dan menetap dapat terjadi setelah pengobatan stadium akut dengan kortikosteroid, sedangkan korti-kosteroid oral untuk pemeliharaan tidak dibutuhkan.

3)      Stadium eksaserbasi.
              Stadium eksaserbasi terjadi bila penderita-penderita menunjukkan semua karakteristik stadium akut atau bila IgE serum total penderita mengalami kenaikan dua kali lipat yang berhubungan dengan gambaran infiltrat radiologik yang baru, sedangkan penyebab infiltrat yang lain telah dikesampingkan (bakteri,'virus dan sebagainya).

4)      Stadium asma dependen-kortikosteroid.
                Stadium ini timbul bila penderita membutuhkan kortikosteroid oral terus-menerus untuk mengendalikan asma atau mencegah eksaserbasi rekuren ABPA atau keduanya. Dosis kortikosteroid oral yang diperlukan untuk mengendalikan asma tersebut biasanya tidak cukup untuk mencegah eksaserbasi ABPA. Pada keadaan ini, ABPA sukar dibedakan dengan eksaserbasi asma, ABPA yang berkembang atau keduanya.

5)      Stadium fibrotik.
                Stadium fibrotik timbul bila nampak perubahan-perubahan fibrotik yang meluas pada pemeriksaan radiologis toraks dan adanya penyakit pan.' obstruktif yang menetap yang diketahui dengan uji faal paru. Baik lesi paru maupun kelainan faal paru tidak dapat lagi berubah secara sempurna dengan pemberian prednison dosis tinggi. Pada beberapa penderita nampak adanya komponen obstruktif yang reversibel dan penderita ini sering memerlukan pemberian kortikosteroid dosis tinggi.

Gejala Klinis
                                Infeksi pada sinus maksilaris dan sinus frontalis terjadi karena jamur tersebut hidup di rongga hidung dan tumbuh masuk ke dalam sinus. Pada gambar Roentgen terlihat gumpalan dalam sinus yang merupakan suatu aspergilloma. Gejala yang ditimbulkan menyerupai sinusitis oleh sebab lain.
                                Dari paru, aspergillus dapat menyebar ke alat dalam lain melalui darah. Hal ini sering terjadi pada penderita leukimia, keganasan lain, transplantasi organ (karena penggunaan obat imunosupresif) dan pada defisiensi imun (AIDS).
                                Alat dalam yang sering terkena adalah otak, jantung, dan ginjal. Diagnosis sulit karena bahan klinis sulit didapat tanpa menimbulkan kelainan lain. Pemeriksaan serologi dapat memperkuat diagnosis kemungkinan.
                                Aspergillus dapat bersifat sebagai alergen atau patogen. Sebagai alergen,  Aspergillus menimbulkan reaksi alergi setempat dan menimbulkan gejala asma. Sebagai patogen dapat bersifat infeksi primer atau sekunder. Penyakit ini terjadi karena terdapat faktor predisposisi. Kelainan dapat bersifat setempat dan menimbulkan abses atau sebagai aspergilloma yang menempati rongga sebagai akibat tuberkulosis (kaverna) atau pembesaran rongga bronkus (bronkiektasis). Pada gambaran Roentgen Aspergilloma ini tanpak sebagai bola dirongga dan disebut fungus ball. Bila terjadi pertumbuhan jamur kedalam dinding rongga, dapat merusak dinding rongga dan pembuluh darah sehingga menimbulkan pendarahan dan memberi gejala batuk darah.
                                Dalam paru, spora jamur juga dapat menimbulkan reaksi alergi dan menimbulkan gejala asma. Bila jamur tumbuh masuk ke dalam jaringan paru, dibentuk zat anti. Keadaan ini dikenal sebagai allergic bronchopulmonary aspergilosis (ABPA)5.

Diagnosis
                                Bahan klinis yang diperlukan ialah kerokan kulit dan kuku, bahan dari daerah dengan kelainan, sputum, bilasan bronkus, darah dan lain-lain. Pada pemerikasaan langsung dengan KOH ditemukan spora dan hifa dan pada biakan akan tumbuh jamur penyebab. Untuk menekan pertumbuhan kuman ditambahkan antibiotik pada medium agar Sabouraud dekstrosa. Untuk memperkuat diagnosis dilakuna pemeriksaan serologi.Dari berbagai pemeriksaan diperoleh hasil sebagai berikut :
a.       Jumlah eosinofil meningkat
b.       Kadar antibodi IgE meningkat (kadar IgE total dan IgE khusus untuk aspergillus)
c.       Tes kulit antigen aspergillus
d.       Antibodi aspergillus positif
e.   Rontgen dada menunjukkan adanya infiltrasi dan bayangan yang mengerupai jari tangan
f.         CT scan dada menunjukkan adanya bronkiektasis sentral atau sumbatan lendir
g.       Pewarnaan dan biakan dahak untuk jamur
h.      Bronkoskopi disertai pembiakan dan biopsi transbronkial

Pengobatan
             Pengobatan yang disebabkan oleh jamur Aspergillus fumigatus adalah dengan menghilangkan jamur dan sporanya yang terdapat dalam tubuh. Penderita ABPA diobati sesuai proses penyakitnya, karena ABPA terjadi akibat proses hipersensitivitas, maka respon alergi harus dikurangi. Meskipun ABPA terjadi karena pemakaian kortikosteroid terus-menerus, namun pengobatannya juga menggunakan kortikosteroid, namun dengan oral, bukan lagi inhalasi. ABPA yang kronik memerlukan antijamur seperti itraconazole yang dapat mempercepat hilangnya infiltrat. ABPA yang bersamaan dengan sinusitis alergik fungal memerlukan tindakan operasi jika terdapat polip obstruktif. Kadang-kadang dapat juga dibilas dengan amfoterisin untuk mempercepat peyembuhan.
Amfoterisin B , Obat ini bisa bertindak sebagai fungistatik maupun fungisidal dengan mengikat sterol (misalnya ergosterol) dalam membran sel yang berujung pada kematian sel. Nama dagang : Fungizone
Vorikonazol , digunakan untuk pengobatan primer invasive aspergillosis dan pengobatan penyelamatan dari infeksi spesies Fusarium atau Scedosporium apiospermum. Nama dagang : Vfend
Itrakonazol , antifungi sintetik triazol, memiliki aktivitas yang lebih besar melawan  Aspergillus dibandingkan dengan flukonazol atau ketokonazol. Nama dagang : Sporanox, Forcanox, Fungitrazol, Furolnok, Itzol, Nufatrac, Sporacid, Unitrac
Flukonazol  merupakan inhibitor cytochrome P-450 sterol C-14 alpha-demethylation jamur yang sangat selektif. Selanjutnya kehilangan sterol normal berkorelasi dengan 14 alpha-methyl sterols pada jamur dan mungkin bertanggung jawab atas aktivitas fungistatik flukonazol.Secara in vitro flukonazol memperlihatkan aktivitas fungistatik terhadap Cryptococcus neoformans dan Candida spp. Nama Dagang : Diflucan

Cara Pencegahan
 1. Udara ruangan yang disaring dengan High Efficiency Particulate Air (HEPA) dapat menurunkan infeksi aspergillosis invasive pada penderita yang dirawat di RS terutama penderita dengan netropenia.
 2. Orang-orang dengan faktor predisposisi (asma, fibrosis kistik, dll), sebaiknya menghindari lingkungan dimana jamur aspergillus ditemukan.

 Prognosis 
                Prognosis dikaitkan dengan derajat i eversibilitas bron-kiektasis atau fibrosis paru. Bila penyakit diketahui secara dini, yakni sebelum adanya perubahan yang ireversibel maka prognosisnya baik dan biasanya hanya membutuhkan prednison dosis kecil. Sedangkan penderita-penderita dengan penyakit paru fibrotik harus lebih berhati-hati karena penyakit berkembang menjadi penyakit paru progresif dan penderita meninggal karena penyakit paru stadium akhir meskipun mendapat pengobatan


3.         Simpulan
a.       Aspergillus fumigatus merupakan kelompok phylum ascomycota yang bersifat saprofit.
b.       Aspergillus fumigatus dapat berkembang biak secara aseksual yang dilakukan dengan membentuk tunas (budding) atau kuncup yang disebut blastospora. Secara seksual pada terjadi dengan cara membentuk Askospora.
c.       Aspergillus fumigatus merupakan penyebab infeksi pada manusia yang terbanyak dimana  lebih dari 90 % menyebabkan invasif dan non invasif aspergillosis.
d.       Infeksi aspergillus pada umumnya didapat dengan cara inhalasi conidia ke paru-paru.





Daftar Pustaka

1.       Fardiaz Srikandi.1992.Mikrobiologi pangan 1.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama .
2.Marvelaos marvel.Aspergillus Fumigatus. Available From http;//www.scribd.com/doc/55778781/ASPERGILLUS-FUMIGATUS
3.     Jawetz E, Melnick & Adelberg.1996.Microbiologi Kedokteran,edisi 20,631-632,EGC.Jakarta.Available  from www.farmacia.com/rubrik/category news.asp?IDCategory=23
4.       Abbie Fairs  et all .2010.IgE Sensitization to Aspergillus fumigatus Is Associated with Reduced Lung Function in Asthma  (Received in original form January 20, 2010; accepted in final form July 15, 2010) Originally Published in Press as DOI: 10.1164/rccm.201001-0087OC on July 16, 2010 .Internet address: www.atsjournals.org
5.  Marc Dubourdeau et all. 2006.Aspergillus fumigatus Induces Innate Immune Responses in Alveolar Macrophages through the MAPK Pathway Independently of TLR2 and TLR41.The Journal of Immunology Downloaded from www.jimmunol.org on April 13, 2012
6.       Willger sven et all. 2008. Aspergillus fumigates metabolism : clues to mechanisme of in vivo fungal growth and vilurance.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar