Tugas Mikrobiologi pangan
“Food Borne oleh Aspergillus fumigatus”
Disusun
oleh:
1. Kristanti
Novita Sari 22030110120042
2. Karunia
Agustin A 22030110120043
3. Devi
Ratna Mayasari 22030110120044
PROGRAM
STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
SEMARANG
2012
1.
Pendahuluan
Fungi
(jamak) atau fungus (tunggal ) adalah sutu organisme eukariotik yang mempunyai
ciri-ciri spesifik sebagai berikut : mempunyai inti sel,memproduksi spora,tidak
mempunyai klorofil sehingga tidak dapat melakukan fotosintesis,dapat berkembang
biak secara seksual maupun aseksual,beberapa mempunyai bagian-bagian tubuh
berbentuk filamen dengandinding sel yang mengandung selulosa atau khitin atau
keduanya1.
Fungi
dapat bersifat parasit yaitu memperoleh makanan dari benda hidup atau bersifat
saprofit yaitu memperoleh makanan dari benda hidup mati.Fungi yang bersifat
saprofit obligat hanya dapat hidup pada benda mati,tetapi tidak dapat hidup
atau melakukan infeksi pada benda hidup,fungi semacam ini sering tumbuh pada
makanan dan menyebabkan kerusakan makanan.Fungi yang bersifat parasi/saprofit
fakultatif dapat hidup pada bahan organik yang hidup maupun mati,dan menyebabkan penyakit.
Fungi
tergolong Eumycota (Eumycetes) dan dapat
dibedakan atas empat kelas yaitu Phycomycetes yang dapat dibedakan atas
Zygomycetes dan Oomycetes; Ascomycetes;Basidiomycetes;Deuteromycetes.
Anggota
dalam Oomycetes disebut fungi tingkat rendah.Beberapa diantaranya,yaitu kapang
air,spesiesnya bervariasi dari yang sederhana sampai yang lebih kompleks.Kapang
air melakukan reproduksi aseksual dengan membentuk zoospora yang motil,yang
mempunyai satu atau dua flagela seperti pada protozoa.Zygomycetes melakukan
reproduksi seksual dengan membentuk spora seksual yang disebut zigospora. Spora
seksual yang diproduksi oleh Ascomycetes disebut askospora,yang terdapat di
dalam suatu struktur yang disebut askus.Anggota dari kelas Basidiomycetes
memproduksi spora seksual pada suatu struktur yang disebut basidium,dan
sporanya disebut basidiospora.
Yang termasuk
Ascomycetes salah satunya adalah kelompok Aspergillus.Kelompok
ini tersebar luas di alam dan
kebanyakan spesies dari kelompok ini menyebabkan kerusakan makanan,tetapi
beberapa spesies bahakan digunakan dalam fermentasi makanan.Kelompok jenis ini
dibedakan atas 18 grup aspergillus
yang terdiri dari 100 spesies,contoh spesies yang sering dibahas biasanya aspergillus flavus,aspergillus
niger,aspergillus fumigatus,dll.Pada makalah ini akan lebih membahas tentang spesies aspergillus fumigatus.
2.
Isi
A. Taksonomi
Superkingdom : Eukaryota
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Pezizomycotina
Class : Eurotiomycetes
Order : Eurotiales
Family : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Species :
Aspergillus fumigatus
Aspergillus terdapat di alam sebagai saprofit. Hampir semua bahan dapat
ditumbuhi jamur tersebut, terutama di daerah tropik dengan kelembaban yang
tinggi. Sifat ini memudahkan jamur aspergillus menimbukan penyakit bila
terdapat faktor presdisposisi2.
Spesies Aspergillus
merupakan jamur yang umum ditemukan di
materi organik seperti makanan, sayuran basi, pada sampah daun atau
tumpukan kompos. Konidia biasanya
terdapat di udara, baik di dalam maupun di luar ruangan dan sepanjang tahun. Aspergillus juga bisa tumbuh di daun-daun yang
telah mati, gandum yang disimpan,kotoran burung, tumpukan pupuk dan tumbuhan
yang membusuk lainnya. Meskipun terdapat lebih dari 100 spesies, jenis yang
dapat menimbulkan penyakit pada manusia ialah Aspergillus
fumigatus dan Aspergillus niger ,
kadang-kadang bisa juga akibat Aspergillus flavus dan Aspergillus
clavatus yang semuanya menular dengan
transmisi inhalasi. Aspergillus fumigatus adalah jamur yang ditemukan dimana – mana pada tanaman yang membusuk.
Jamur ini dapat berkelompok kemudian memasuki jaringan kornea yang mengalami
trauma atau luka bakar, luka lain, atau telinga luar (oktitis eksterna).
B. Morfologi
Gambaran mikroskopik dari Aspergillus fumigatus memiliki
tangkai – tangkai panjang (conidiophores) yang mendukung kepalan yang besar
(vesicle). Di kepala ini terdapat spora yang membangkitkan sel hasil dari
rantai panjang spora. A. fumigatus ini mampu tumbuh pada suhu 37°C (sama dengan
temperatur tubuh). Pada rumput kering Aspergillus
fumigatus dapat tumbuh pada suhu di atas 50oC.
3.
Cara
berkembang biak
Aspergillus fumigatus termasuk
ascomycota yang reproduksi aseksual dan seksualnya telah dapat dibedakan dengan
jelas. Reproduksi aseksual dilakukan dengan membentuk tunas (budding) atau
kuncup yang disebut blastospora. Tunas yang telah masak akan terlepas dari sel
induknya dan tumbuh menjadi individu baru. Reproduksi seksual pada Ascomycota
terjadi dengan cara membentuk Askospora. Askospara adalah spora seksual yang
terbentuk di dalam askus. Askus terdapat di dalam tubuh buah yang disebut
askokarp.
Proses
terbentuknya askospora adalah sebagai berikut : pada ascomycota ada 2 jenis
hifa (+) dan hifa (-). Hifa (+) membentuk gametangia jantan ( anteridium ) dan
hifa (-) membentuk gametangia betina ( askogonium ). Kedua jenis gametangia itu
bertemu dan terjadi plasmogami (penyatuan sitoplasma ) tanpa disertai penyatuan
inti. Jadi, dari peristiwa tersebut terbentuk sel dengan dua inti. Askogonium
yang telah memiliki 2 inti tersebut akan menghasilkan hifa-hifa askogonium yang
dikariotika ( berinti dua). Hifa dikariotika itu bercabang-cabang membentuk sel
khusus yang akan menjadi askus. Di dalam askus akan terjadi peleburan dua inti,
terbentuklah sel diploid (2n). Selanjutnya, inti askus membelah dua kali.
Pembelahan pertama terjadi secara mitosis shingga akhirnya terbentuk delapan
askosprora di dalam askus tersebut.
Gambar. Siklus hidup ascomycetes
4.
Penyakit
yang disebabkan Aspergillus fumigatus
a. Aspergilosis
Sejarah
penemuan Aspergilosis pertama kali di laporkan oleh Virchow pada tahun 1956.
Sejak itu banyak kasus yang dilaporkan dari berbagai negara, salah satunya
Indonesia. Penyakit
Aspergilosis merupakan penyakit saluran pernapasan dan kantong hawa unggas
segala umur yang telah tersebar di
seluruh dunia, terutama negara-negara tropis yang bercuaca panas dan lembab3.
Penyakit ini menyerang secara sistemik, yang berarti menyerang di dalam tubuh
ternak dan dapat menyebar ke seluruh bagian tubuh. Unggas yang rentan antara
lain : ayam, kalkun, itik, angsa dan berbagai jenis unggas, burung liar serta
burung-burung dalam sangkar, seperti : kenari, parkit, kakak tua, nuri dan
camar. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Aspergillus niger dan Aspergillus
fumigatus. Wabah yang hebat terjadi pada penetasan yang bisa menimbulkan
kematian dengan angka mortalitas hingga 15% pada anak ayam 2 minggu awal pemeliharaan. Pada ayam yang masih hidup
penyakit menyebabkan pertumbuhan terganggu dan terjadi asites komplek.
Etiologi
Aspergillus fumigatus suka tumbuh pada bahan-bahan
organik yang sedang membusuk dalam kandang ayam atau mesin penetas. Bisa tumbuh
pula pada litter dan pakan ayam, pada komponen tanaman gramineae
(padi-padian), seperti pada batang/daun padi, tebu, jagung dan alng-alang. Aspergillus
yang lain, antara lain : A. flavus, A. niger, A. nodulans dan A. terreus.
Kondisi aerobik,
kelembaban dan suhu yang optimal di daerah tropis menyebabkan jamur akan tumbuh
baik. Angin pada saat musim pancaroba bisa membawa spora
jamur ke areal peternakan. Aspergilosis akan banyak terjadi di area
peternakan yang dekat dengan perkebunan
tebu, ladang alang-alang, atau bahkan persawahan padi.
Sarang A.
fumigatus yang sedang bersporulasi tampak berwarna biru kehijau-hijauan
yang sering mengkontaminasi pakan ternak, litter, tempat pakan dan minum.
Koloni A. flavus tampak hijau kekuningan, koloni A. niger
berwarna hitam, A. nodulans berwarna hijau dan A. terreus
berwarna kecoklatan.
Faktor-faktor predisposisi yang
memudahkan serangan Aspergillus, antara lain : populasi yang terlalu padat,
ventilasi jelek, cuaca buruk, stres akibat pengangkutan atau pindah
ternak.
Gejala Klinis
Unggas yang
terserang menunjukkan tanda-tanda sulit bernapas, gasping. kecepatan pernapasan
meningkat. Gejala lain yang sering muncul, antara lain : mencret, napsu makan
menurun, pucat, kurus dan pertumbuhan lambat. Mata membenkak sebelah atau
keduanya, jika infeksi terjadi di mata. Jamur juga bisa menyerang otak sehingga
terlihat gejala-gejala syaraf, seperti kekakuan, tremor (gemetaran), kepala
diletakkan pada punggung dan lumpuh.
Cara
Penularan
Penularan penyakit
terjadi akibat menghirup sejumlah spora Aspergillus yang berasal dari
pakan atau litter.Kejadian Aspergilosis
di mesin penetasan merupakan indikasi tingkat sanitasi dan menejemen suatu
perusahaan pembibitan. Aspergillus bisa menembus kulit telur, terutama
telur yang kotor apalagi retak,
sehingga terjadi kematian embrio
saat umur16 hari inkubasi atau jika berhasil menetas, maka akan menghasilkan
DOC yang lemah dengan paru-paru dan kantung udara terinfeksi Aspergillus.
DOC yang
demikian menderita brooderpneumonia. Tingkat kematian DOC rata-rata
sebesar 5 – 10%, tingkat kematian tertinggi adalah 30%.
Kerentanan dan Kekebalan
Spesies Aspergillus
ditemukan dimana-mana, dan Aspergillosis biasanya muncul sebagai infeksi
sekunder dan hal ini membuktikan bahwa orang yang sehat kebal terhadap penyakit
ini. Kerentanan akan meningkat dengan pemberian terapi imunosupresif dan
sitotoksik dan serangan invasif terlihat terutama pada pasien dengan netropenia
yang berkepanjangan. Penderita HIV/AIDS atau penderita penyakit
Tindakan penanggulangan wabah: Cara Cara Pemberantasan penyakit Aspergillosis
1.
Cara
pencegahan :
Udara ruangan yang disaring
dengan High Efficiency Particulate Air (HEPA) dapat menurunkan infeksi
aspergillosis invasive pada penderita yang dirawat di RS terutama penderita
dengan netropenia.
2.
Pengobatan
spesifik :
ABPA diobati dengan
corticosteroid supperession dan biasanya membutuhkan terapi yang lama. Reseksi
bedah, jika memungkinkan adalah pengobatan paling tepat untuk aspergilloma.
Amphoterichin B (Fungizone atau formasi lipid) IV dapat digunakan untuk infeksi
jaringan bentuk invasif.
Pemberian Itraconazole
bermanfaat bagi penderita yang perkembangannya lebih lambat dan untuk penderita
yang mempunyai masalah kekebalan. Terapi imunosupresife harus dihentikan atau
dikurangi sebisa mungkin. Kolonisasi endobronkial harus diobati sedemikian rupa
untuk memperbaiki drainase bronkopulmoner.
3.
Tindakan
Penanggulangan Wabah : tidak dilakukan upaya penanggulangan wabah; penyakit
sifatnya sporadis.
Perubahan Pasca
Mati
Ditemukan
benjolan-benjolan atau sarang perkejuan berwarna kuning sampai abu-abu dalam
Trakhea, paru-paru, kantong hawa dan tenggorokan. Sering juga ditemukan dalam
perut, hati dan bagian tubuh yang lain.
Pencegahan
Disiplin dalam
tatalaksana pemeliharaan, sanitasi mesin tetas dan mementingkan higyene
merupakan upaya pencegahan yang harus diperhatikan.
Pengobatan
Tindakan
pengobatan yang bisa dilakukan adalah pemberian Fungisidin, dapat diberikan
secara aerosol, melalui penyemprotan dengan sprayer atau pemberian
Thiabendazole 0,2% per oral melalui pakan.
b.
Aspergilosis
Bronko Pulmoner Alergika (ABPA)
Penyakit - penyakit yang ditimbulkan oleh jamur ini adalah Aspergilosis
Bronko Pulmoner Alergika. ABPA terjadi karena terdapat reaksi hipersensitivitas
terhadap A. fumigates akibat pemakaian kortikosteroid terus menerus. Akibatnya
akan terjadi produksi mukus yang berlebih karena kerusakan fungsi silia pada
saluran pernapasan. Mukus ini berbentuk sumbatan yang mengandung spora A. fumigates dan eosinofil di lumen saluran napas. Akan
terjadi presipitasi antibodi IgE dan IgG melalui reaksi hipersensitivitas tipe
I menyebabkan deposit kompleks imun dan sel-sel inflamasi di mukosa bronkus3.
Deposit ini nantinya akan menghasilkan nekrosis jaringan dan infiltrat
eosinofil (reaksi hipersensitivitas tipe III) hingga membuat kerusakan dinding
bronkus dan berakhir menjadi bronkiektasis. Tidak jarang ditemui spora pada
mukus penderita aspergilosis paru.Penderita biasanya mengeluh batuk produktif
dengan gumpalan mukus yang dapat membentuk kerak di bronkus., kadang
menyebabkan hemoptisis. ABPA juga bisa terjadi bersamaan dengan sinusitis
fungal alergik, dengan gejala sinusitis di dalamnya dengan drainase sinus yang
purulen.Secara umum gejala klinis aspergilosis tidak ada yang khas, pasien ABPA
mungkin akan mengalami demam, batuk berdahak, dengan mengi pada auskultasi.
Pasien dengan aspergilosis invasif dan CNPA selain mengalami demam juga sering
batuk berdahak. Khusus pengidap aspergilosis invasif akan mengalami
takipneu dan hipoksemia berat. Penderita aspergiloma akan mengalami gejala
sesuai penyakit yang mendasarinya, namun gejala yang paling sering ialah
hemoptisis. Secara umum, gejala klinis dan hasil lab semua jenis aspergilosis
akan sesuai dengan penyakit yang mendasarinya.
Stadium ABPA
1)
Stadium akut.
Stadium akut,
ciri khasnya ditandai dengan adanya semua tanda-tanda utama, gejala-gejala
klasik dan temuan-temuan laboratoris pada saat diagnosis.
2)
Stadium remisi.
Stadium remisi dengan ciri khas
lesi-lesi radiologik yang menjadi bersih, penurunan IgE serum total,
terkendalinya gejala-gejala gangguan pernafasan dan penghentian kortikos-teroid
selama lebih dari 6 bulan tidak menimbulkan rekurensi. Remisi yang lama dan
menetap dapat terjadi setelah pengobatan stadium akut dengan kortikosteroid,
sedangkan korti-kosteroid oral untuk pemeliharaan tidak dibutuhkan.
3)
Stadium eksaserbasi.
Stadium eksaserbasi terjadi bila
penderita-penderita menunjukkan semua karakteristik stadium akut atau bila IgE
serum total penderita mengalami kenaikan dua kali lipat yang berhubungan
dengan gambaran infiltrat radiologik yang baru, sedangkan penyebab infiltrat
yang lain telah dikesampingkan (bakteri,'virus dan sebagainya).
4)
Stadium asma
dependen-kortikosteroid.
Stadium ini timbul bila
penderita membutuhkan kortikosteroid oral terus-menerus untuk mengendalikan
asma atau mencegah eksaserbasi rekuren ABPA atau keduanya. Dosis kortikosteroid
oral yang diperlukan untuk mengendalikan asma tersebut biasanya tidak cukup
untuk mencegah eksaserbasi ABPA. Pada keadaan ini, ABPA sukar dibedakan dengan
eksaserbasi asma, ABPA yang berkembang atau keduanya.
5)
Stadium fibrotik.
Stadium fibrotik timbul bila
nampak perubahan-perubahan fibrotik yang meluas pada pemeriksaan radiologis
toraks dan adanya penyakit pan.' obstruktif yang menetap yang diketahui dengan
uji faal paru. Baik lesi paru maupun kelainan faal paru tidak dapat lagi
berubah secara sempurna dengan pemberian prednison dosis tinggi. Pada beberapa
penderita nampak adanya komponen obstruktif yang reversibel dan penderita ini
sering memerlukan pemberian kortikosteroid dosis tinggi.
Gejala Klinis
Infeksi pada
sinus maksilaris dan sinus frontalis terjadi karena jamur tersebut hidup di
rongga hidung dan tumbuh masuk ke dalam sinus. Pada gambar Roentgen terlihat
gumpalan dalam sinus yang merupakan suatu aspergilloma. Gejala yang ditimbulkan
menyerupai sinusitis oleh sebab lain.
Dari paru,
aspergillus dapat menyebar ke alat dalam lain melalui darah. Hal ini sering
terjadi pada penderita leukimia, keganasan lain, transplantasi organ (karena
penggunaan obat imunosupresif) dan pada defisiensi imun (AIDS).
Alat dalam yang
sering terkena adalah otak, jantung, dan ginjal. Diagnosis sulit karena bahan
klinis sulit didapat tanpa menimbulkan kelainan lain. Pemeriksaan serologi
dapat memperkuat diagnosis kemungkinan.
Aspergillus
dapat bersifat sebagai alergen atau patogen. Sebagai alergen, Aspergillus menimbulkan reaksi alergi
setempat dan menimbulkan gejala asma. Sebagai patogen dapat bersifat infeksi
primer atau sekunder. Penyakit ini terjadi karena terdapat faktor predisposisi.
Kelainan dapat bersifat setempat dan menimbulkan abses atau sebagai
aspergilloma yang menempati rongga sebagai akibat tuberkulosis (kaverna) atau
pembesaran rongga bronkus (bronkiektasis). Pada gambaran Roentgen Aspergilloma
ini tanpak sebagai bola dirongga dan disebut fungus ball. Bila terjadi
pertumbuhan jamur kedalam dinding rongga, dapat merusak dinding rongga dan
pembuluh darah sehingga menimbulkan pendarahan dan memberi gejala batuk darah.
Dalam
paru, spora jamur juga dapat menimbulkan reaksi alergi dan menimbulkan gejala
asma. Bila jamur tumbuh masuk ke dalam jaringan paru, dibentuk zat anti.
Keadaan ini dikenal sebagai allergic bronchopulmonary aspergilosis (ABPA)5.
Diagnosis
Bahan
klinis yang diperlukan ialah kerokan kulit dan kuku, bahan dari daerah dengan
kelainan, sputum, bilasan bronkus, darah dan lain-lain. Pada pemerikasaan
langsung dengan KOH ditemukan spora dan hifa dan pada biakan akan tumbuh jamur
penyebab. Untuk menekan pertumbuhan kuman ditambahkan antibiotik pada medium
agar Sabouraud dekstrosa. Untuk memperkuat diagnosis dilakuna pemeriksaan
serologi.Dari berbagai pemeriksaan diperoleh hasil sebagai berikut :
a.
Jumlah eosinofil meningkat
b.
Kadar antibodi IgE meningkat (kadar IgE total dan IgE
khusus untuk aspergillus)
c.
Tes kulit antigen aspergillus
d.
Antibodi aspergillus positif
e. Rontgen dada menunjukkan adanya infiltrasi dan
bayangan yang mengerupai jari tangan
f.
CT scan dada menunjukkan adanya bronkiektasis sentral
atau sumbatan lendir
g.
Pewarnaan dan biakan dahak untuk jamur
h.
Bronkoskopi disertai pembiakan dan biopsi transbronkial
Pengobatan
Pengobatan
yang disebabkan oleh jamur Aspergillus fumigatus adalah dengan menghilangkan
jamur dan sporanya yang terdapat dalam tubuh. Penderita ABPA diobati sesuai
proses penyakitnya, karena ABPA terjadi akibat proses hipersensitivitas, maka
respon alergi harus dikurangi. Meskipun ABPA terjadi karena pemakaian
kortikosteroid terus-menerus, namun pengobatannya juga menggunakan
kortikosteroid, namun dengan oral, bukan lagi inhalasi. ABPA yang kronik
memerlukan antijamur seperti itraconazole yang dapat mempercepat hilangnya infiltrat.
ABPA yang bersamaan dengan sinusitis alergik fungal memerlukan tindakan operasi
jika terdapat polip obstruktif. Kadang-kadang dapat juga dibilas dengan
amfoterisin untuk mempercepat peyembuhan.
Amfoterisin B , Obat ini bisa bertindak sebagai fungistatik maupun
fungisidal dengan mengikat sterol (misalnya ergosterol) dalam membran sel yang
berujung pada kematian sel. Nama dagang : Fungizone
Vorikonazol , digunakan untuk pengobatan primer invasive
aspergillosis dan pengobatan penyelamatan dari infeksi spesies Fusarium atau
Scedosporium apiospermum. Nama dagang : Vfend
Itrakonazol , antifungi sintetik triazol, memiliki aktivitas yang
lebih besar melawan Aspergillus dibandingkan dengan flukonazol atau
ketokonazol. Nama dagang : Sporanox, Forcanox, Fungitrazol, Furolnok, Itzol,
Nufatrac, Sporacid, Unitrac
Flukonazol merupakan inhibitor cytochrome P-450 sterol
C-14 alpha-demethylation jamur yang sangat selektif. Selanjutnya kehilangan
sterol normal berkorelasi dengan 14 alpha-methyl sterols pada jamur dan
mungkin bertanggung jawab atas aktivitas fungistatik flukonazol.Secara in vitro
flukonazol memperlihatkan aktivitas fungistatik terhadap Cryptococcus
neoformans dan Candida spp. Nama Dagang : Diflucan
Cara
Pencegahan
1. Udara ruangan yang disaring
dengan High Efficiency Particulate Air (HEPA) dapat menurunkan infeksi
aspergillosis invasive pada penderita yang dirawat di RS terutama penderita
dengan netropenia.
2. Orang-orang dengan faktor
predisposisi (asma, fibrosis kistik, dll), sebaiknya menghindari lingkungan
dimana jamur aspergillus ditemukan.
Prognosis
Prognosis dikaitkan dengan
derajat i eversibilitas bron-kiektasis atau fibrosis paru. Bila penyakit
diketahui secara dini, yakni sebelum adanya perubahan yang ireversibel maka
prognosisnya baik dan biasanya hanya membutuhkan prednison dosis kecil.
Sedangkan penderita-penderita dengan penyakit paru fibrotik harus lebih
berhati-hati karena penyakit berkembang menjadi penyakit paru progresif dan
penderita meninggal karena penyakit paru stadium akhir meskipun mendapat
pengobatan
3.
Simpulan
a.
Aspergillus fumigatus merupakan kelompok phylum
ascomycota yang bersifat saprofit.
b.
Aspergillus fumigatus dapat berkembang biak secara aseksual yang dilakukan dengan
membentuk tunas (budding) atau kuncup yang disebut blastospora. Secara seksual
pada terjadi dengan cara membentuk Askospora.
c.
Aspergillus fumigatus merupakan penyebab infeksi pada
manusia yang terbanyak dimana lebih dari
90 % menyebabkan invasif dan non invasif aspergillosis.
d.
Infeksi aspergillus pada umumnya didapat dengan cara
inhalasi conidia ke paru-paru.
Daftar
Pustaka
1.
Fardiaz
Srikandi.1992.Mikrobiologi pangan 1.Jakarta:Gramedia
Pustaka Utama .
2.Marvelaos
marvel.Aspergillus Fumigatus. Available From
http;//www.scribd.com/doc/55778781/ASPERGILLUS-FUMIGATUS
3. Jawetz E,
Melnick & Adelberg.1996.Microbiologi Kedokteran,edisi
20,631-632,EGC.Jakarta.Available from www.farmacia.com/rubrik/category news.asp?IDCategory=23
4.
Abbie Fairs et all .2010.IgE Sensitization to Aspergillus fumigatus Is
Associated with Reduced Lung Function in Asthma
(Received in original form January 20, 2010; accepted in final form July
15, 2010) Originally Published in Press as DOI: 10.1164/rccm.201001-0087OC on
July 16, 2010 .Internet address: www.atsjournals.org
5. Marc
Dubourdeau et all. 2006.Aspergillus
fumigatus Induces Innate Immune Responses in Alveolar Macrophages through the MAPK
Pathway Independently of TLR2 and TLR41.The
Journal of Immunology Downloaded from www.jimmunol.org on April 13,
2012
6.
Willger sven et all. 2008. Aspergillus fumigates
metabolism : clues to mechanisme of in vivo fungal growth and vilurance.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar