4shared

Powered By Blogger

Kamis, 10 Mei 2012

Mikrobiologi Pangan Kelompok 27


MAKALAH MIKROBIOLOGI PANGAN
Helicobacter pylori pada Foodborne Disease





Disusun oleh:
Kelompok 27

Putu Lina P.D                                   22030110141012
Fiqhi Cahyaningrum R                     22030110141013
Ayu Kusuma                                     22030110141014



PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2012



BAB I
PENDAHULUAN



1.1         Latar Belakang
Penyakit yang diakibatkan karena mengonsumsi makanan yang kebersihannya rendah semakin banyak. Penyebab dan dampaknya pun semakin beragam. Tingkat keparahan penyakit tergantung dari jenis kontaminasinya. Semakin tinggi tingkat kontaminasinya semakin meningkat keparahan penyakit yang diakibatkannya.
Penyakit tersebut dikenal sebagai foodborne disease. Foodborne disease adalah penyakit yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan atau minuman yang tercemar.1 Penyakit akibat pangan (foodborne disease) didefinisikan juga oleh WHO (World Health Organization) sebagai penyakit yang umumnya bersifat infeksi atau racun, disebabkan oleh agent yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang dicerna. Sedangkan Sharp dan Reilly (2000) mendefinisikan secara lebih luas bahwa penyakit akibat pangan atau keracunan makanan adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi atau intoksikasi sebagai akibat mengkonsumsi makanan, minuman atau air yang telah terkontaminasi.
Makanan yang berasal baik dari hewan maupun tumbuhan dapat berperan sebagai media pembawa mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia.1 Penyebabnya dapat berasal dari biologis maupun kimiawi. Sebagian besar penyakit akibat pangan disebabkan oleh mikroba patogen seperti virus, bakteri, dan parasit.2 Penyakit bawaan makanan merupakan salah satu permasalahan kesehatan masyarakat yang paling banyak dan paling membebani yang pernah dijumpai di zaman modern ini. Penyakit tersebut menyebabkan banyak korban dan menyebabkan sejumlah besar penderitaan, khususnya di kalangan bayi, anak, lansia, dan mereka yang kekebalan tubuhnya terganggu.6
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Dalam kehidupannya manusia selalu membutuhkan makanan untuk hidup. Jika tidak memperhatikan kebersihan makanan dan lingkungan, makanan dapat merugikan bagi manusia. Makanan yang berasal baik dari hewan atau tumbuhan dapat berperan sebagai media pembawa mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia. Pada kasus foodborne disease mikroorganisme masuk bersama makanan yang kemudian dicerna dan diserap oleh tubuh manusia. Kasus foodborne desease dapat terjadi dari tingkat ringan sampai tingkat kematian.
Salah satu penyebab foodborne disease adalah bakteri. Bakteri merupakan golongan organisme prokariotik ( tidak mempunyai inti)3. Salah satu bakteri penyebab foodborne disease yaitu Helicobacter pylori. Helicobacter pylori merupakan bakteri yang ditemukan sekitar 20 tahun yang lalu.5 Helicobacter pylori adalah kuman Gram negatif, basil yang berbentuk kurva dan batang (berbentuk seperti sosis dengan posisi agak melengkung). Helicobacter pylori ditemukan tersebar di seluruh dunia. Di Santiago, Cili, konsumsi sayuran mentah yang dipupuk dengan tinja manusia ternyata merupakan faktor risiko terjadinya infeksi oleh bakteri ini.6 Di negara-negara berkembang, lebih dari 75% orang dewasa terinfeksi, infeksi sering terjadi terutama pada anak-anak dan sekitar 20-50% orang dewasa di negara-negara maju terinfeksi Helicobacter pylori.4
Helicobacter pylori sering menyebabkan infeksi gastritis4 yang bila tak segera diobati bisa mengakibatkan kanker lambung dan kanker limfe.4,5 Telah terbukti Helicobacter menyebabkan lebih dari 90% tukak usus dua belas jari dan sekitar 80%  tukak lambung.7 Oleh karena itu makalah ini membahas mengenai foodborne disease khususnya yang diakibatkan oleh Helicobacter pylori, bagaimana transmisinya, bahan pangan yang bagaimana yang dapat menjadi foodborne bakteri Helicobacter pylori, dampaknya terhadap kesehatan sampai dengan bagaimana cara mencegah foodborne disease yang disebabkan oleh Helicobacter pylori tersebut.

1.2         Rumusan Masalah
a.    Bagaimana morfologi Helicobacter pylori?
b.    Bagaiamana daur hidup Helicobacter pylori?
c.    Bagaimana transmisi Helicobacter pylori pada makanan/bahan pangan?
d.    Bagaimana dampak foodborne disease yang disebabkan oleh Helicobacter pylori?
e.    Bagaimana pencegahannya?

1.3         Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami foodborne yang disebabkan oleh bakteri Helicobacter pylori, bagaimana mekanisme kontaminasinya, dampaknya, dan pencegahannya.








BAB 2
PEMBAHASAN


Penyakit bawaan makanan (foodborne disease), biasanya bersifat toksik maupun infeksius, disebabkan oleh agens penyakit yang masuk ke dalam tubuh
melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi. Kadang-kadang penyakit ini disebut “keracunan makanan” (food poisoning) walaupun istilah ini tidak tepat. Penyakit bawaan makanan mencakup lingkup penyakit yang etiologinya bersifat kimiawi maupun biologis, termasuk penyakit kolera dan diare, sekaligus beberapa penyakit parasit.6
            Penyakit bawaan makanan dapat disebabkan oleh berbagai hal:
1.    Foodborne Infection
Disebabkan oleh mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi patogen hidup. Misalnya virus, atau bakteri.
2.    Foodborne intoxication
Disebabkan karena mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi toxin atau racun yang berasal dari mikroorganisme
3.    Foodborne toxicoinfection
Kombinasi makanan yang terinfeksi dan terkena racun.
Konsekuensi kesehatan akibat penyakit bawaan makanan bervariasi menurut patogen penyebabnya, tahapan dan lamanya pengobatan, juga dengan usia dan faktor lain yang berkaitan dengan daya tahan dan kerentanan seseorang. Orang yang terinfeksi dengan fungsi kekebalan yang baik akan sembuh dalam beberapa hari atau beberapa minggu. Namun, pada kasus lain, khususnya di kalangan kelompok masyarakat yang rentan (mis., lansia, bayi, anak kecil, ibu hamil dan orang yang mengalami malnutrisi serta gangguan kekebalan), beberapa penyakit karena foodborne diseases dapat berakibat fatal terutama jika tidak tersedia pengobatan yang memadai.
Salah satu yang dapat menyebabkan Foodborne diseases adalah karena infeksi bakteri, salah satu bakterinya adalah helicobacter pylori.        
Helycobacter pylori ditemukan oleh Marshall dan Warren pada tahun 1983.11 Helikobakter pylori adalah bakteri yang dpat berkoloni pada saluran cerna manusia dan merupakan salah satu penyebab ulkus duodenum dan gaster, atau salah satu penyebab keganasan pada lambung, seperti adenokarsinoma tipe intestinal atau mucosal associated lymphoid tissue atau ( MALT ) Limfoma. Infeksi didapatkan secara per oral dan sebagian besar ditularkan antar anggota keluarga pada saat masa kanak-kanak.9

Taksonomi Helicobacter pylori8

Kingdom     : Bacteria

Phylum       : Proteobacteria

Class          : Epsilon Proteobacteria

Order         : Campylobacterales

Family        : Helicobacteraceae

Genus        : Helicobacter

Species      : H. pylori

Morfologi
Secara morfologi bakteri heicobakter pylori mempunyai sifat :
·         Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif, non spora, berbentuk curved atau spiral, lebar 0,5-1,0 mikrogram dan panjang 3 mikrometer, mempunyai 4-6 flagella.
·         Bersifat mikroaerophilic tumbuh dengan baik pada lingkungan yang mengandung O2 5% dan CO2 5-10%. Serta dapat tahan terhadap suasana sitotoksin yaitu pH 1,5.
·         Menghasilkan beberapa enzim yang menghasilkan sitotoksik seperti, urease dalam jumlah yang berlebih, 100x lebih aktif dibandingkan yang dikeluarkan oleh bakteri proteus vulgaris dan bakteri penghasil urease lainnya. Enzim ini mengkatalisis proses hidrolisis urea yang terdapat pada mukosa lambung mengjadi Amonia dan CO2. Amonia diduga berperan sebagai mekanisme pertahana hidup helicobacter pylori dalam lingkungan asam.
·         Menghasilkan toksin VAC (Vacuolating cytotoxin cell). Racun ini dapat menyerang sel dalam vakuola, yang merupakan rongga terikat membran dalam sel, menyebabkan gastritis dan bisul parah
·         Bakteri ini khususnya resisten terhadap Trimetropim dan sensitif terhadap penisilin dan metrodinazole.10



Dinding sel bakteri gram negatif hanya terdiri atas satu lapis rangka dasar murein, dan hanya meliputi 10% dari berat kering dinding sel. Murein hanya mengandung diaminopemelat, dan tidak mengandung lisin. Di luar rangka murein tersebut terdapat sejumlah besar lipoprotein, lipopolisakarida, dan lipida
jenis lain. Senyawa-senyawa ini merupakan 80 % penyusun dinding sel. Asam teikoat tidak terdapat dalam dinding sel ini.
Dari sisi kuman H.pylori terdapat beberapa strain yang lebih virulen yang selalu ditemukan pada pasien dengan tukak peptik, gastritis kronik, maupun kanker lambung. Gen Vac A selalu dapat ditemukan pada kuman H.pylori, tapi tidak semuanya menghasilkan sikotoksin.
Media yang dapat dipakai untuk kultu terdiri dari darah dengan atau tanpa selektif antibiotika. H. Pylori dapat tumbuh dengan baik pada suhu 35-37 derajad celcius, dan memproduksi enzim katalase, cytochrome oxidase, urease, alkaline phosphatase dan glutamyl transpeptidase. Strain H. Pylori dapat dikultur dari duodenum, cairan lambung, dental plague walaupun jarang ditemukan, dan di feses.9


Sifat Bakteri H. Pylori
Helicobacter adalah nama genus kuman yang berbentuk spiral atau batang bengkok dan berflagela yang mengalami adaptasi untuk dapat hidup dalam mukus (lendir) lambung yang menutupi selaput lendir (mukosa) lambung yang bersuasana asam kuat. Kuman ini dapat bertahan hidup dalam suasana asam kuat dengan cara memproduksi enzim urease. Enzim urease akan mengubah urea yang ada dalam cairan lambung menjadi amoniak. Tubuh kuman Helicobacter selalu diliputi oleh awan amoniak ini, dan karenanya dapat bertahan terhadap asam lambung.8
Kuman ini bersifat pleomorfik artinya dapat dijumpai dalam beberapa bentuk. Dalam keadaan normal kuman ini berbentuk spiral atau batang bengkok, tetapi dalam keadaan tertentu yang kurang baik akan merubah dirinya menjadi bentuk kokoid yang merupakan bentuk pertahanan yang resisten.8

Kuman ini termasuk kuman mikroaerofilik artinya hanya tumbuh dalam suasana dimana didapatkan oksigen dalam kadar rendah. Kuman ini mati pada suasana dengan kadar oksigen normal, dan mati dalam keadaan anaerobik sempurna.8

Fisiologi dan Kondisi Pertumbuhan
Dalam kondisi pertumbuhan yang sulit H. Pylori menjadi coccoid, tetapi ada kontroversi tentang sifat dari bentuk coccoid. Beberapa peneliti menyatakan bahwa bentuk ini adalah salah satu kontaminan atau bakteri mati, tetapi yang lain menganggap hal itu menjadi bentuk aktif secara metabolik yang tidak dapat dibudidayakan in vitro.13 Beberapa cocci dapat kembali ke bentuk spiral asli mereka.13

Sumber Karbon
Glukosa tidak diperlukan untuk pertumbuhan.13 Hasil sel tidak dipengaruhi oleh adanya glukosa, piruvat, suksinat, atau sitrat, tapi kelangsungan hidup meningkat dengan adanya senyawa-senyawa tersebut.13 Lama inkubasi dengan sumber karbon meningkatkan kelangsungan hidup organisme. H. pylori tergantung pada kehadiranberbagai asam amino untuk pertumbuhan, termasuk arginin,histidin, isoleusin, leusin, metionin, fenilalanin, dan valin. Beberapa strain juga perlu alanin, serin, prolin, dan triptofan.13

pH dan aktivitas air
H. pylori dapat dibudidayakan di lingkungan dalam pH kisaran 4,5-9.13 Pada nilai pH rendah (misalnya 3,5), penambahan urea meningkatkan kelangsungan hidup.13 NaNO2 berpengaruh jika konsentrasi berkisar dari 0 mg / ml untuk 400 mg / ml, pertumbuhan tidak terjadi pada konsentrasi NaCl ≥2.5 g / l.13 Patogen ini sensitif terhadap lingkungan dengan aktivitas air rendah (Aw): pertumbuhan dihambat dengan nilai <0,98.13

suhu
H. pylori hanya tumbuh pada temperature 30-37oC, semua kondisi pertumbuhan yang normal dalam saluran pencernaan dari semua hewan berdarah panas.13 Pada suhu di bawah 30oC, H. pylori dapat bertahan di beberapa makanan, seperti buah dan sayuran segar, unggas atau ikan segar, daging segar, dan beberapa produk susu.13 H. pylori bertahan pada suhu 30oC di Media laboratorium, air, dan susu, dan pada suhu rendah.13

Penyebab Perubahan Nama Campylobacter Pylori Menjadi H. Pilori
Menurut penelitian bakteri H.pylori mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan kuman dari genus Campylobacter lainnya maka mulai tahun 1990 nama Campylobacter pylori berubah menjadi Helicobacter pylori.8 Beberapa perbedaan misalnya pada kuman genus Helicobacter didapatkan flagela yang berselaput (sheated), sedang kuman dari genus Campylobacter flagelanya tidak berselaput dan tidak memproduksi urease.

Epidemiologi 
Infeksi bakteri helicobakter pylori prevalensinya lebih tinggi pada negara berkembang 30-80% dibandung dengan negara maju diperkirakan sebesar 10%. Tinggi pada keadaan lingkungan sosial ekonomi menengah kebawah, dan pada lingkungan yang padat penduduk.9 Indonesia adalah negara berkembang dengan prevalensi infeksi Helicobacter pylori yang  tinggi, sehingga memungkinkan  infeksi  Helicobacter  pylori ini banyak menjadi fokus penelitian.
Infeksi bakteri helicobakter pylori lebih banyak menyerang anak-anak. Dan anak-anak yang mengalami infeksi awal sering kali tidak menimbulkan gejala klinis (asimptom) atau menimbulkan gangguan saluran cerna yang tidak spesifik. Sehingga diagnosis pasti dari infeksi ini berasal dari hasil biopsi.
Penegakkan diagnosis dari infeksi Helicobacter Pylori adalah dengan metode invasif dan non-invasif. Pemilihan uji diagnosis bergantung pada keberadaan alat diagnosis di pusat pelayanan kesehatan dan biaya. Metode invasif meliputi endoskopis dan biopsi yang diikuti pemeriksaan histologi, biakan, uji urease dan PCR. Sedangkan metode non-invasif meliputi serologi dan uji C-urea napas.9
Kuman H. Pylori sangat cocok hidup dalam suasana asam. Jika sekresi asam menurun, misalnya pada gastritis atrofik atau pemberian obat antisekretorik, kolonisasi H. Pylori juga akan berkurang.9
Infeksi berasal secara oral dan utamanya menular sampai semua keluarga yang memiliki balita atau bayi. Infeksi langsung biasanya menular dari cipratan muntahan, saliva, atau feses. Alur penularan yang lain karena air yang tercemar dibeberapa negara. Infeksi H. Pylori pada orang dewasa biasanya bersifat kronik dan tidat bisa disembuhkan tanpa terapi yang spesifik.5


Manifestasi klinis yang sering terjadi adalah gangguan saluran cerna seperti, mual, muntah, diare, nyeri perut dan lain-lain. Gejala seperti sakit perut, muntah-muntah, hematemesis dapat dikaitkan dengan infeksi H.pylori. Beberapa gejala klinis di luar saluran cerna yang pernah dilaporkan pada anak terinfeksi H.pylori adalah anemia defisiensi besi, pusing, dan alergi makanan.

Reservoir
Hanya manusia yang menjadi reservoir H. pylori. Kebanyakan orang yang terinfeksi tidak menampakkan gejala dan apabila tidak diberi pengobatan penyakit ini akan bertahan seumur hidup. Isolasi dari H. pylori dari daerah selain lambung seperti dari ludah dan tinja pernah dilaporkan, namun jarang.4 Kemungkinan bahwa H. pylori patogen zoonosis yang ditularkan dari hewan lain seperti dari kucing juga telah dirundingkan, tetapi organisme tidak pernah diisolasi dari hewan yang disembelih untuk konsumsi, seperti babi.13 H. pylori telah diisolasi dari beberapa primata non-manusia, seperti monyet. Namun, karena kontak antara manusia dan primata lainnya jarang terjadi, tidak mungkin bahwa hewan-hewan ltersebut memainkan peran penting dalam penularan kepada manusia.13 Hal ini kemungkinan karena ketidakmampuan untuk mengisolasi organism dari hewan tersebut karena sulitnya mendeteksi bakteri dalam bahan jaringan selain lambung.13

Transmisi Helicobacter Pylori
a.    Iatrogenik
Transmisi iatrogenic sering terjadi, di mana tabung atau endoskopi yang telah melakukan kontak dengan mukosa lambung dari satu individu digunakan untuk pasien lain.13 Infeksi yang didapat biasanya di mana Infeksi ditularkan dari pasien kepada staf anggota - juga telah dilaporkan, terutama antara endoscopists dan gastroenterologists. Namun, dalam hal kuantitatif rute iatrogenic dianggap marjinal.13

b.    Fekal-oral
Alur penularan H.pylori adalah fekal-oral atau oral-oral.13 Manusia merupakan tempat hidup primer H.pylori. Pernah dilaporkan H.pylori ditemukan pada kucing maupun di tempat lainnya seperti tinja dan air. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti hubungan antara H.pylori yang hidup di luar tubuh manusia dan terjadinya infeksi bakteri tersebut pada manusia. Beberapa keadaan diduga sebagai faktor risiko terjadinya infeksi H.pylori, yaitu kepadatan tempat tinggal, daerah endemik, dan sosial ekonomi rendah.


Berdasar gambar di atas, makanan yang tercemar helicobacter pylori bisa berasal dari saat pengolahan makanan tersebut yang menggunakan air yang sudah tercemar helicobacter pylori. Air yang tercemar biasanya berasal dari sumber air yang dekat dengan tempat pembuangan kotoran/feses yang mengakibatkan lingkungan tanah tidak bersih sehingga air tercemar helicobacter pylori dari tempat pembuangan.
Selain dari sumber air untuk pengolahan pangan, bacteri helicobacter pylori dapat mencemari makanan dengan cara lalat hinggap di makanan tersebut. Makanan yang tidak ditutup dibiarkan terbuka akan mudah dihinggapi oleh serangga terutamanya lalat. Lalat menbawa helicobacter pylori bisa pada saat lalat tersebut hingga di tempat kotor atau tempat sampah, atau hinggap langsung di kotoran manusia.

c.    Oral-oral
Rute ketiga yang mungkin adalah transmisi oral-oral. sedikit penelitian terpercaya yang mengkulturkan H. pylori dari rongga mulut, hanya sporadis isolat dari plak gigi dan air liur telah dilaporkan.13 Kemungkinan transmisi oral-oral telah diteliti seperti penggunaan sendok yang sama oleh ibu dan anak, kontak oral-oral, dan muntahan.13


Masa Inkubasi
Data yang dikumpulkan dari 2 orang sukarelawan yang menelan 106 – 109 organisme menunjukkan bahwa gejala gastritis terjadi dalam waktu 5-10 hari. Tidak ada informasi lain tentang ukuran inoculum yang dapat menyebabkan sakit atau lamanya masa inkubasi.4
Masa Penularan
Tidak diketahui. Karena infeksi bisa terjadi dalam waktu yang lama, maka orang yang terinfeksi secara potensial dapat menularkan penyakit ini seumur hidupnya. Tidak diketahui apakah pasien yang terinfeksi akut akan lebih infeksius dibandingkan dengan orang yang terinfeksi dalam jangka waktu lama. Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa penderita dengan kadar asam lambung rendah mungkin akan lebih infeksius.4
Faktor risiko untuk infeksi
H. pylori ditemukan di semua belahan dunia, meskipun prevalensi lebih tinggi di negara berkembang. Hampir semua infeksi terjadi sebelum usia 10 tahun.13 Di negara-negara industri H. pylori seroprevalensi terjadi pada anak-anak dari usia 5 tahun adalah 1-10%, sedangkan di negara berkembang lebih dari 50% umum terjadi pada anak yang dengan kelompok umur sama.13 Di negara-negara industri penurunan risiko infeksi diamati pada tiap generasi-generasi (kohort).13 Bukan merupakan infeksi musiman. Infeksi tampaknya terjadi sama umum di antara pria dan perempuan, meskipun satu penelitian menemukan risiko yang lebih tinggi pada pria dan risiko lebih tinggi pada anak laki-laki berusia 3-9 tahun.13 Pada negara industri dimana status social ekonomi tinggi, infeksi H. pylori lebih jarang terjadi dibandingkan Negara berkembang dimana status social ekonominya lebih rendah.13



Patogenesis
            Mukosa gaster terlindungi sangat baik dari infeksi bakteri, namun H. Pylori memiliki kemampuan adaptasi yang sangat baik terhadap ekologi lambung dengan serangkaian langkah unik masuk dalam mukus, berenang dan berorientasi spasial didalam mukus, melekat pada sel epitel lambung, menghindar dari respon imun dan akhirnya terjadi kolonisasi dan transmisi persisten.9,10,11
Setelah masuk gaster, bakteri H.pylori harus menghindari aktifitas bakterisidal yang terdapat dalam lumen lambung, dan masuk ke dalam lapisan mukus. Produksi urease dan motilitas dangat penting berperan pada langkah awal infeksi ini. Urease menghidrolisa urea menjadi karbondioksida dan amonia, sehingga H.pylori mampu bertahan dalam lingkungan asam. Aktifitas enzim ini diatur oleh saluran urea yang tergantung pH (pH-gated urea channel), Ure-1 yang terbuka pada pH rendah, dan akan menutup aliran urea pada keadaan netral.9,11
 
Proteksi asam lambung terhadap lapisan mukus (dikutip dari :Helicobakter pylori Epidemiology available at : http\\www.helicobacterfoundation.com)

            H.pylori dapat terikat pada sel epitel melalui berbagai komponen permukaan bakteri. Adhesi sangat baik karakteristiknya adalah BabA, suatu perotein membran luar yang terikat pada grup antigen darah.11 Setelah melekat sebagian besar strain H.pylori dapat memproduksi vacuolating cytotoxin (VacA, suatu eksotoksin). Toksin ini masuk membran sel epitel dan menyebabkan keluarnya bikarbonat dan anion organik yang diperlukan untuk nutrisi bakteri. VacA juga memiliki target pada membran mitokondria yang memnyebabkan apoptosis.9
Sebagian besar strain H.pylori mempunyai cag pathogenicity island (cag-PAI) suatu fragmen genomic yang mempunyai 29 gen. Setelah melekat pada sel epitel, cagA ini terfosforilasi dan menyebabkan terjadinya respon seluler dan produksi sitokin oleh sel epitel gaster.9,11


          
      H.pylori menyebabkan continuous gastric inflammation pada setiap individu yang terinfeksi. Respon inflamasi terdiri dari rekrutmen netrofil yang kemudian diikuti oleh sel limfosit B dan T, sel plasma, makrofag dan kemudian sel epitel rusak. Sel epitel gaster yang terinfeksi tardapat peningkatan sitokin interleukin-1beta, interleukin-2, interleukin-6, inerleukin-8 dan tumor necrosis factor. IL-8 merupakan kemokin yang poten untuk aktifitas neutrofil. Infeksi H.pylori dapat pula menyebabkan terjadinya respon humoral sistemik dan mukosa. Produksi antibodi ini tidak mengakibatkan eradikasi bakteri tetapi menyebabkan kerusakan jaringan. Pada beberapa pasien yang terinfeks H.pylori timbul respon autoantibodi terhadap H+/K+ -ATP-ase sehingga menyebabkan atrofi corpus gaster. 
Selama respon imun spesifik, subgrup sel T yang berbeda timbul. Sel-sel ini berpartisipasi dalam proteksi mukosa lambung, dan membantu membedakan antara bakteri patogen dan yang komensal. Sel T-helper immatur (Th 0) berdiferensiasi menjadi 2 subtipe fungsional. Sel Th-1 mensekresi IL-2 dan interferon gamma; dan Th-2 mensekresi IL-4, IL-5, dan IL-10. Sel Th-2 menstimlasi sel B sebagai respon terhadap patogen eksternal, sedangkan Th-1 sebagai respon terhadap intrasel.10

Kerentanan dan Kekebalan
Semua orang diperkirakan rentan terinfeksi. Walaupun bertambahnya usia dan tingkat sosial-ekonomi yang lemah merupakan dua faktor risiko terpenting untuk terkena infeksi, ada sedikit data yang tidak bisa diabaikan begitu saja tentang kerentanan atau kekebalan seseorang.3,4,5 Diperkirakan bahwa ada berbagai faktor pendukung (cofactor) penting untuk dapat terjadinya penyakit tersebut.4 Tidak timbul imunitas sesudah infeksi.4

H. Pylori Penyebab Kanker
Dengan 2 cara:
1.    Meningkatkan radikal bebas
2.    Menyebabkan mutasi dari sel host

Komplikasi lainnya:
            Infeksi bakteri H. pylori juga dapat menyebabkan defisiensi iron dan vitamin B12, idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP), dan retardasi pertumbuhan pada anak-anak.12

Cara-cara Pemberantasan
A. Upaya Pencegahan:4
1) Orang yang tinggal di lingkungan yang tidak padat penduduk dan lingkungan yang bersih akan mempunyai risiko lebih kecil untuk terkena H. pylori.
2) Lakukan disinfeksi lengkap terhadap alat-alat gastroskopi, elektroda pH dan alat-alat medis lain yang pengoperasiannya dimasukkan kedalam perut.
B. Pengawasan Penderita, Kontak dan Lingkungan Sekitar:4
1) Laporan kepada petugas kesehatan setempat: Laporan resmi tidak diperlukan
2) Isolasi: Tidak diperlukan.
3) Disinfeksi serentak: Disinfeksi dilakukan pada alat-alat medis yang dimasukkan kedalam lambung.
4) Karantina: Penderita yang terinfeksi H. pylori tidak perlu ditempatkan pada ruang karantina yang terpisah.
5) Imunisasi kontak: Tidak ada vaksin yang tersedia pada saat ini.
6) Investigasi kontak dan sumber infeksi: Tidak produktif.
7) Pengobatan spesifik: Pengobatan bagi penderita asimtomatis tetap menjadi kontroversi. Ada berbagai cara pengobatan yang tersedia saat ini untuk menghilangkan infeksi pada orang-orang yang menunjukkan gejala yang diperkirakan disebabkan oleh H. pylori. Pengobatan yang paling berhasil adalah penderita diberi kombinasi antimikroba selama 2 hingga 4 minggu. Tujuan dari pengobatan ini adalah untuk memusnahkan dan menghilangkan infeksi bukan untuk menghilangkan secara sementara. Contoh dari kombinasi obat-obatan ini adalah: a) Metronidazole dan Amoxycillin atau Tetracycline dengan senyawa bismuth seperti Pepto-Bismol®, atau b) Metronidazole dan Amoxycillin dengan inhibitor pemompa proton seperti omeprazole (Prilosec®). Angka eradikasi mencapai hingga 90% telah dilaporkan dengan menggunakan kombinasi tersebut. Jika infeksi tidak hilang, dengan pengobatan ini sebaiknya dilakukan pemeriksaan isolat untuk tes resistensi terhadap antibiotika. Ulcus dapat terjadi lagi pada penderita yang sebelumnya telah diobati namun bakteri penyebabnya belum musnah. Di negara-negara berkembang, infeksi ulang sesudah dilakukan eradikasi terhadap organisme penyebab jarang terjadi. Tidak ada data mengenai angka infeksi ulang di negara berkembang






BAB 3
KESIMPULAN


Foodborne disease adalah penyakit yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan atau minuman yang tercemar, umumnya bersifat infeksi atau racun, disebabkan oleh agent biologis maupun kimia. Sebagian besar penyakit ini disebabkan oleh mikroba patogen seperti virus, bakteri, dan parasit. Salah satu agent yang dapat menyebabkan foodborne disease adalah bakteri helicobacter pylori.
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif, non spora, berbentuk curved atau spiral, lebar 0,5-1,0 mikrometer dan panjang 3 mikrometer. Helikobakter pylori adalah bakteri yang dapat berkoloni pada saluran cerna manusia dan merupakan salah satu penyebab ulkus duodenum dan gaster, dan keganasan pada lambung, seperti adenokarsinoma tipe intestinal atau mucosal associated lymphoid tissue atau ( MALT ) Limfoma. Lebih banyak menyerang anak-anak dan asimptomatik.
Transmisi helicobacter pylori dapat dengan beberapa jalan :
·         Transmisi iatrogenic. Sering terjadi, di mana tabung atau endoskopi yang dipakai untu memeriksa mukosa lambung seorang pasien digunakan untuk pasien lain.
·         Alur fekal-oral. Manusia merupakan tempat hidup primer H.pylori. alur ini bisa berasal dari air yang tercemar karena saluran air berdekatan dengan saluran pembuangan kotoran/feses. Atau bisa karena saat seseorang buang air besar tidak mencuci tangannya dengan benar sehingga ada sisa feses yang masih menempel dijarinya, dan termakan saat orang tersebut makan menggunakan tangan.
·         Alur oral-oral. Kemungkinan transmisi oral-oral yang telah diteliti seperti penggunaan sendok yang sama antara ibu dan anak, kontak oral-oral, dan terkena muntahan.
Pencegahan infeksi helicobacter pylori dapat dimulai dengan menjaga kesehatan masing-masing individu dan tata laksana ruang penduduk agar tidak terlalu padat atau berdempetan.





DAFTAR PUSTAKA


1.    Anonim. Foodborne Disease. Diambil Dari URL: http://www.deptan.go.id/bbkptgpriok/admin/rb/foodborne.pdf
2.    Nurosiyah, Siti. 2005. Kasus Penyakit akibat Pangan dan Sistem Pelaporannya di Indonesia (jurnal). Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dari URL:http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/12804/F05snu.pdf?sequence=2
3.    H, Yulika. 2009. Pola Resistensi Bakteri (jurnal). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
4.    Chin Md MPh, James. 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Edisi 17
5.    Suerbaum M.D, Sebastian, dan Pierre Michetti M.D,. 2002. Helicobacter Pylori Infection (Review article). N Engl J Med, Vol. 347, No. 15.
Dari URL: www.nejm.org
6.    Anonim. Penyakit Bawaan Makanan: Suatu Permasalahan Kesehatan dan Ekonomi Global (BAB I). WHO. Dari URL:
7.    Anonim. 2011. Akibat Helicobacter Pylori Bersarang di Lambung(kliping). Media Indonesia. Diambil dari URL:
8.    Soemoharjo, Soewignjo. 2009. Helicobacter pylori dan Penyakit Gastroduodenal. Mataram Biomedical Research Group. Dari URL:
9.    Fardah alpha, Reza G Ranuh, dll. Kuliah : Infeksi Helicobacter Pylori Pada Anak. Available URL : www.pediatrik.com/pkb/061022022203-se2u134.pdf
10. Universitas Sumatra Utara. Tinjauan kepustakaan. Available URL : repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24519/.../Chapter%20II.pdf
12. John C. Atherton dan Martin J. Blaser. Coadaptation of Helicobacter pylori and humans: ancient history, modern implications [internet]. Volume 119, Issue 9 (September 1, 2009). J Clin Invest. 2009;119(9):2475–2487. Dari URL: http://www.jci.org/articles/view/38605
13. Yvonne T.H.P. van Duynhoven dan Rob de Jonge. Transmission of Helicobacter pylori : a role for food?. Bulletin of the World Health Organization, 2001, 79 (5). Dari URL:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar