TUGAS
MIKROBIOLOGI PANGAN
FOODBORNE
AGENT
Listeria monocytogenes
Disusun
oleh :
Siti Santiaji P 22030110120050
Yuhud Tri Hapsari 22030110120051
Maria Annisa P 22030110120052
PROGRAM
STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
DIPINEGORO
SEMARANG
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Secara umum, penyakit yang
ditransmisikan melalui makanan dapat disebabkan oleh kontaminasi makan dengan
agen biologis atau pathogen, misalnya virus, bakteri, parasit, prion, agen
kimia, atau agen fisik.
Bakteri adalah mikroorganisme bersel
satu dengan dinding sel. Beberapa bakteri mampu membentuk spora, sehingga
sangat tahan terhadap panas. Lainnya mampu menghasilkan racun tahan panas.
Bakteri patogen mesofilik biasanya dapat tumbuh optimal pada suhu 20-45 °C. Ada
beberapa mikroba yang perlu diwaspadai pada industri pangan, khususnya bakteri
patogen penyebab keracunan makanan seperti Clostridium botulinum, C.
perfringens, kelompok Salmonella
dan lain-lain. Namun pengawasan terhadap L.
monocytogenes tampaknya masih kurang. L. monocytogenes merupakan
mikroba potensial yang dapat dan seringkali mengkontaminasi makanan siap saji.7
L. monocytogenes
merupakan bakteri yang paling baik transmisinya dan menyebabkan keracunan. Merupakan
jenis bakteri pathogen phsycotropic yaitu bakteri ini akan tetap tumbuh
meskipun hanya pada suhu beberapa di atas titik beku.
Genus
L. monocytogenes memiliki enam spesies yaitu L. monocytogenes monocytogenes,
L. innocua, L. seeligeri, L. welshimeri,
L. ivanovii dan L. grayi, dimana dari keenam spesies
tersebut, diketahui hanya L. monocytogenes yang bersifat pathogen terhadap manusia apabila mencemari makanan
atau minuman yang dikonsumsi oleh individu tersebut. Oleh karena itu, kontrol dan monitor
pertumbuhan mikroba, terutama L. monocytogenes, sangat penting
untuk dapat mencegah dan menurunkan populasi yang terpapar dalam jumlah rendah,
dimana hanya dalam jumlah yang rendah saja bakteri ini dapat berkembangbiak secara
cepat apabila kondisi lingkungan memadai.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana gambaran umum Listeria monnocytogenes?
2. Penyakit apa yang disebabkan oleh L. monocytogenes dan bagaimana
patogenesisnya?
3. Bagaimana cara kontaminasi Listeria monocytogenes?
4. Apa media kultur untuk deteksi L. monocytogenes di makanan?
5. Bagaimana cara mencegah kontaminasi L. monocytogenes?
1.3 TUJUAN
1.
Mengetahui
apa itu L. monocytogenes.
2.
Mengetahui
penyakit apa yang disebabkan oleh L.
monocytogenes.
3.
Mengetahui
bagaimana kontaminasi serta cara pencegahan kontaminasi L. monocytogenes.
1.4 MANFAAT
Memberi
informasi kepada masyarakat tentang bakteri L.
monocytogenes, di mana habiatat bakteri tersebut serta penyakit yang
disebabkan oleh bakteri tersebut.
BAB II
ISI
Taksonomi
Kingdom : Bakteria
Divisi : Firmicutes
Kelas
: Basilli
Ordo : Bacillales
Famili : L. monocytogenesseae
Genus
: Listeria
Spesies : L. monocytogenes
Karakteristik
umum
L. monocytogenes merupakan bakteri gram positif yang
berbentuk batang. Karakteristik mikroskopis L.
monocytogenes yaitu kecil dan kadang-kadang tersusun dalam bentuk rantai
pendek. Alat geraknya berupa flagella. Flagella
diproduksi pada suhu ruang tetapi tidak pada suhu tubuh (37 ° C). Berikut beberapa contoh gambar dari L. monocytogenes,
Gambar 1. L. monocytogenes
Gambar 2. Pengamatan di bawah
mikroskop elektron
Gambar 3. L. monocytogenes (Gram-staining)
L. monocytogenes adalah bakteri yang
hidup dalam tanah sebagai saprofit tetapi mampu bertransisi menjadi patogen
setelah masuk proses pencernaan manusia atau hewan yang rentan. Bakteri ini
telah ditemukan pada setidaknya 37 spesies mamalia, baik hewan piaraan maupun
hewan liar, serta pada setidaknya 17 spesies burung, dan mungkin pada beberapa
spesies ikan dan kerang. 5 L.
monocytogenes dapat tumbuh pada hewan liar, burung,
serangga, air tanah dan limbah, dan vegetasi. Karena dapat ditemukan di tanah
dan vegetasi, L. monocytogenes dapat
dengan mudah bertransmisi ke kawanan hewan. Bakteria ini sering terisolasi
dalam hewan ternak, domba, unggas, bahkan pada produk susu, buah, dan sayur. L. monocytogenes ditemukan pada area
penggembalaan, penyimpanan air, dan silage
(pakan ternak yang dibuat dari
daun-daunan hijau yang diawetkan dengan fermentasi), dan sumber-sumber alami
lainnya.1
Ia dapat pula tumbuh di dalam usus manusia, binatang, dan burung dalam jangka
waktu yang lama tanpa menyebabkan infeksi dan telah ditemukan sebanyak 5% pada
manusia sehat.
Aktivitas
hemolitik pada agar darah telah digunakan sebagai penanda untuk membedakan
antar spesies L. monocytogenes
monocytogenes dengan spesies L. monocytogenes yang lain. Karakteristik
biokimia lebih lanjut mungkin diperlukan untuk membedakan antar spesies.
3
Bakteri ini merupakan agen
listeriosis yaitu infeksi serius yang disebabkan oleh kontaminasi L.
monocytogenes pada makanan. Listeriosis telah diakui sebagai masalah kesehatan yang penting di Amerika Serikat. Namun
ia sering diabaikan sebagai penyebab munculnya penyakit karena kapasitas
pertumbuhan yang unik. Pertama, karena L.
monocytogenes sulit dibedakan dari kontaminan sehingga sering diabaikan.
Kedua, sebagian besar bakteria tidak dapat tumbuh dengan baik pada suhu dibawah
4°C. Namun L. monocytogenes dapat
tumbuh pada suhu dibawah beku (-7°C) sampai suhu tubuh dan tumbuh dengan baik
pada suhu -18°C sampai 10°C, rentang suhu yang biasa digunakan untuk
pendinginan.1
Listeriosis pada manusia belum
banyak diketahui, karena rata-rata pada orang dewasa yang sehat infeksi
biasanya tanpa gejala, atau paling sering menyebabkan influenza yang ringan
atau demam ringan. Pada individu sehat, penyakit yang disebabkan oleh L. monocytogenes biasanya terbatas pada
gastroenteritis. Akan tetapi, L. monocytogenes
dapat pula menyebabkan penyakit yang parah, seperti infeksi pada kehamilan,
dari yang dapat menyebabkan kelahiran prematur atau keguguran, dan meningitis
pada bayi yang baru lahir.
Dua
manifestasi klinis utama yang sering ditemui yaitu sepsis dan meningitis.
Meningitis sering diperparah dengan adanya ensefalitis, sebuah patologi yang
tidak lazim pada infeksi bakteri. Septisemia dan meningitis
muncul pada orang dewasa, yang sistem imunnya lemah, seperti orang-orang yang
menderita kanker dan leukimia atau pasien transplantasi. Janin, bayi yang baru
lahir, dan wanita hamil biasanya lebih rentan terhadap L. monocytogenes. Penyakit
ini memiliki angka kematian lebih dari 25%.3 Seseorang
dapat terjangkit L. monocytogenes
hingga dua bulan setelah mengkonsumsi produk yang terkontaminasi, dan L. monocytogenes dapat bertahan hidup
selama berminggu-minggu meskipun berada di ruangan bertemperatur rendah, pH
di bawah 6, dengan oksigen rendah, dan pada suhu turun sampai 1 ° C.5
Dosis
infektif L. monocytogenes tidak diketahui, tetapi diyakini
bervariasi menurut strain dan kerentanan korban. Dari kasus yang disebabkan
oleh susu mentah atau susu yang proses pasteurisasinya kurang benar, diduga
kurang dari 1000 organisme dapat menyebabkan penyakit pada orang-orang yang
rentan.5
Pergerakan L. monocytogenes seperti dalam kasus Vibrio cholera dimana gerakan, penempelan, dan penetrasi pada
mukosa usus merupakan penentu terjadinya infeksi, ini dianggap sebagai situasi
di mana L. monocytogenes yang masuk melalui makanan mencari jalan untuk melekat
pada mukosa usus. Diduga bakteri menggunakan flagella untuk melawan gerakan
peristaltik usus dan untuk menembus mukosa usus.3
Struktur sel
dan metabolisme
Listeria
monocytogenes tidak membentuk spora atau cabang dan motil melalui
flagela peritrichous pada suhu kamar (20 º-25 º). Listeria monocytogenes
adalah patogen intraseluler virulensi berhubungan dengan kemampuan bakteri
untuk bergerak ke dalam sel inang dengan polimerisasi aktin sel inang di salah
satu ujung bakteri, yang membantu mereka mendorong melalui sitoplasma.
Motilitas flagellar digunakan lebih untuk penyebaran bakteri di luar lingkungan
host.
Epidemiologi
Pada tahun 1981 di Kanada terjadi
wabah yang melibatkan 100 orang. Tiga puluh empat dari infeksi terjadi pada
wanita hamil, 9 bayi lahir mati, 23 bayi yang lahir terinfeksi, dan 2 kelahiran
hidup sehat. Di antara 77 orang dewasa non hamil
menunjukkan perkembangan penyakit yang jelas dan hampir 30% meninggal. Sumber
wabah tersebut adalah dari kubis yang dihsilkan oleh produsen lokal.3
Salah
satu wabah paling serius dari listeriosis yang dipublikasikan terjadi di
California pada tahun 1985 yang dilaporkan pada 25 juni 1985. Berdasarkan
laporan tersebut antara 1 januari dan 14 Juni 1985 terdapat 86 kasus infeksi
yang disebabkan oleh L. monocytogenes
di Los Angeles dan County Orange, California. Lima puluh delapan kasus
diantaranya merupakan pasangan ibu dan bayi. Dua puluh sembilan diantaranya meninggal, terdiri dari 8 kematian
bayi, 13 bayi lahir mati, dan 8 kematian non-neonatal. Terjadinya peningkatan
listeriosis ini pertama kali dicatat di Los Angeles County-University of
Southern California Medical Center. Analisis di los angeles kasus menunjukkan
bahwa 63% terdapat pada pasangan ibu dan bayi. Sebagian besar dari perempuan
(70%) sebelumnya mengalami demam ketika masuk rumah sakit. 42 pasien neonatal
mulai sakit pada waktu 24 jam setelah kelahiran.3
Jumlah kasus di Inggris dan Wales
antara tahun 1987 sampai 1988 cukup tinggi, yaitu 259-291 kasus per tahun.
Jumlahnya menurun menjadi 102-130 kasus per tahun antara tahun 1990 sampai
1994. Baru baru ini makanan siap saji yang terkontaminasi dan produk unggas berkaitan
dengan transmisi penyakit, termasuk wabah listeriosis dalam skala besar karena
konsumsi hot dog terkontaminasi yang
menyerang 101 individu dengan tingkat kematian sebanyak 21%.1
Di Jepang wabah listeriosis pertama
kali dilaporkan berasal dari keju yang terkontaminasi.Karena keju yang
terkontaminasi mengandung L.
monocytogenes sebanyak 107/g, konsumen yang telah mengonsumsi
keju yang dibuat oleh pabrik penghasil keju kontaminan diteliti secara
retrospektif dan terbukti terkena infeksi. Ketika diadakan kuisioner menyeluruh
di tingkat nasional, tercatat bahwa setiap tahun terdapat 83 kasus listeriosis,
yang ekuivalen dengan 0,65 per satu juta penduduk Jepang. Jepang memiliki pola makan yang unik, terdiri
dari sejumlah besar makanan lautmentah siap saji, seperti sashimi dan sushi.
Pada beberapa studi mengenai kontaminasi L.
monocytogenes di makanan tersebut mengungkapkan bahwa ikan tuna cincang dan
produk ikan Roe memiliki tingkat kontaminasi yang tinggi (14,3% pada ikan tuna
cincang dan 11,4% pada produk ikan Roe).2
Kontaminasi
Kontaminasi makanan oleh L. monocytogenes di
Indonesia belum banyak dilaporkan walaupun penelitian mengenai bakteri ini sudah
dilakukan. L.
monocytogenes dapat berkembang biak pada suhu rendah, sehingga dapat
terjadi penyebaran dan menyebabkan keracunan pada makanan. Bakteri tersebut
dapat tumbuh dan terakumulasi pada makanan yang terkontaminasi dan disimpan
dalam lemari pendingin. Jadi biasanya listeriosis dikaitkan dengan konsumsi
makanan yang telah disimpan di lemari
pendingin dalam jangka waktu yang lama.1
Gambar 4. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup Listeria
monocytogenes dalam makanan tertentu pada suhu beku (-20 o C)
dan suhu pendingin (4 ° C) selama 12 minggu. Diadaptasi dari Baron
Medical Microbiology , Bakteri
Patogen Miscellaneous.
Makanan
yang terkontaminasi dipercaya menjadi jalur utama infeksi. Berbagai jenis
makanan yang terlibat dalam transmisi meliputi daging, produk susu, ikan,
kerang-kerangan, dan produk sayuran, seperti brokoli, wortel, seledri, bunga kol, ketimun, tomat, salad
dan selainnya. Dengan menggunakan metode laboratoris, jenis makanan
dibawah ini mengandung organisme tersebut
meskipun dalam jumlah sedikit: ikan mentah, kerang-kerangan dan produk
ikan, daging mentah, produk unggas, termasuk hot dog dan pastei, sayuran mentah dan diproses, keju lembut yang
matang, es krim, makanan beku, salad, termasuk susu mentah dan yang tidak
dipasteurisasi dengan baik.1
Makanan
hasil pengolahan pabrik merupakan sumber L.
monocytogenes yang paling sering ditemui, termasuk makanan laut siap saji. Ikan
tuna cincang dan produk ikan Roe lebih banyak membutuhkan pengolahan daripada
produk makanan laut lainnya, maka kemungkinan timbul kontaminasi silang lebih
besar pada jenis makanan tersebut. Faktanya, tingkat kontaminasi pada ikan tuna cincang dan produk ikan roe di
Jepang relatif lebih tinggi dibandingkan Amerika Serikat dan Eropa untuk produk
lainnya seperti produk susu, sayur mayur, makanan laut yang diasap, dan produk
daging.2
Perhatian
yang besar telah diberikan pada kemampuan L.
monocytogenes yang dapat bertahan di pabrik pengolahan makanan. Tempat yang
dapat menahan tekanan lingkungan yang biasanya berfungsi untuk membatasi
pertumbuhan bakteri, seperti logam, garam yang tinggi, fluktuasi pH, dan temperatur
yang rendah.
L. monocytogenes tidak dapat
berkembang pada makanan yang memiliki jumlah bakteri tinggi, misalnya pada
daging yang diketahui proses penyiapan daging sapi tidak memperhatikan aspek
sanitasi dan higiene sehingga bakteri yang terdapat dalam daging sapi sangat
banyak.8
Patogenesis
Sebagai
patogen, L. monocytogenes menginfeksi
berbagai spesies inang dan sel inang. L.
monocytogenes diduga ikut tertelan bersama makanan mentah
yang terkontaminasi. L. monocytogenes
memasuki host melalui usus halus. Sebuah invasi disekresikan oleh bakteri patogen
yang memungkinkan L. monocytogenes untuk
menembus sel inang pada lapisan epitel.3 Setelah
masuk ke dalam aliran darah, sebagian besar bakteri berakhir di hati dan limpa. Hati merupakan organ pertama yang menjadi target setelah
translokasi di usus. Setelah bakteria melintasi penghalang usus via getah
bening dan darah, Listeria monocytogenes
mereplikasi hepatosit dan limpa. Lalu, bakteria lewat penyebaran dapat mencapai
otak dan plasenta. Penyakit ini merupakan properti asli Listeria monocytogenes yang dapat menembus tiga penghalang, yaitu
penghalang usus, penghalang di darah-otak, dan penghalang maternal-janin. Hal
ini juga berkaitan dengan kapasitas Listeria
monocytogenes yang dapat bertahan dari serangan intraseluler ketika
fagositosis oleh makrofag dan dapat menginvasi berbagai jenis sel yang bersifat
non patogenik.9
Di dalam hati, L. monocytogenes berkembang biak sampai
infeksi dikendalikan oleh respon imun yang diperantarai sel. Pada individu
normal, paparan terus menerus dari L.
monocytogenes berkontribusi menghasilkan sel T memori anti L. monocytogenes.3 Biasanya sistem kekebalan tubuh akan menghilangkan infeksi sebelum
menyebar. Namun, jika sistem kekebalan tubuh terganggu maka sistem dapat
terganggu sehingga timbul penyakit.
Selama infeksi, Listeria dapat
dideteksi di dalam darah, baik bakteria berada di ekstraseluler maupun bergerak bebas di kompartemen, semuanya harus
diteliti secara seksama. Pada jaringan yang terinfeksi, Listeria sebagian besar
berada di dalam intraseluler. Internalisasi sebagai akibat dari aposisi yang
tepat pada membran plasma di sekeliling bakteri yang muncul. Mekanisme ini dikenal
dengan nama “zipper mechanism” yang melibatkan interaksi ligan permukaan
bakteri dengan reseptor selulernya. Mekanisme ini berbeda dengan “trigger
mechanism” dimana bakteria seperti Salmonella atau Shigella yang masuk secara
langsung kedalam sitosol pada efektor sel yang terinfeksi untuk menghasilkan
makropinositor.9
Meskipun begitu, penting untuk
diperhatikan bahwa bila melihat dari jenis selnya, kedua mekanisme tersebut
tidak jauh berbeda dan ada gambaran tentang bagaimana masuknya Listeria ke
dalam sel yang menunjukkan perekrutan aktin dan pengacakan membran, dan hal itu
tidak diperkirakan akan dilakukan oleh bakteri zipper.9
Setelah masuk ke dalam sel, bakteria
berada di dalam vakuola selama 30 menit.Ketika mencapai sitosol mereka
berkembangbiak dan mulai merekrut aktin dan mempolimerisasi molekul,
menciptakan jaringan dari filamen bercabang yang dapat dilihat melalui
mikroskop elektron. Proses polimerisasi pada salah satu kutub bakteria
menghasilkan energi untuk menggerakkan bakteria yang bergerak di sitoplasma
dengan kecepatan 10 μm per menit. Ketika berada di membran plasma, bakteria
mendorong membran dan menyebabkan terbentuknya protrusion yang dapat menginvasi
sel-sel di sekitarnya, dan menghasilkan dua membran vakuola yang terlepas agar
dapat membuat siklus replikasi baru untuk mengambil alih sel terinfeksi
lainnya.9
L. monocytogenes
tidak hanya menyerang ekstraeluler tetapi juga intraseluler dalam makrofag
setelah fagositosis atau masuk ke dalam sel parenkim. L. monocytogenes dan
L. ivanovil merupakan parasit
intraseluler fakultatif yang dapat bertahan hidup di dalam makrofag untuk
menginvasi berbagai sel non-fagotik normal, seperti sel epitelial, hepatosit,
dan sel endotelial. Akan tetapi, pada pasien immunocompromised dan lemah,
proliferasi L. monocytogenes di hati
dapat menyebabkan bakterimia ringan yang berkepanjangan, lalu mengarah pada
target organ selanjutnya (otak dan uterus). 1
Pembungkus dinding sel (envelope) pada bakteri gram positif
menunjukkan permukaan organella tidak hanya berfungsi sebagai unsur
sitoskeletal, tetapi juga meningkatkan interaksi antara bakteria dan lingkungan
sekitarnya. Dinding sel peptidoglikan yang bersifat kovalen dan non kovalen
terhubung dengan asam teikoat, polisakarida, dan protein. Kumpulan
molekul-molekul ini menyediakan strain spesifik bagi envelope yang bertanggung jawab atas keracunan yang disebabkan oleh
bakteri, interaksi dengan sistem imun host, dan perkembangan gejala penyakit
atau keberhasilan dalam memunculkan infeksi.1
Gejala listeriolisis termasuk septicemia (infeksi pada aliran darah), meningitis (radang selaput otak), atau meningoencephalitis (radang pada otak dan selaputnya), encephalitis
(radang otak), dan infeksi pada kandungan atau leher rahim pada wanita
hamil, yang dapat berakibat keguguran spontan (trimester kedua/ketiga) atau
bayi lahir dalam keadaan meninggal. Kondisi di atas biasanya diawali dengan
gejala-gejala seperti influenza, antara lain demam berkepanjangan. Dilaporkan
bahwa gejala-gejala pada saluran pencernaan seperti mual, muntah, dan diare
dapat merupakan bentuk awal dari listeriosis yang lebih parah, namun mungkin
juga hanya gejala itu yang terjadi.5
Media kultur untuk deteksi L. monocytogenes di makanan
Saat ini metode terbaru yang dapat
digunakan untuk menganalisa cemaran bakteri L. monocytogenes pada
bahan yang berasal dari hewan adalah metode berdasarkan ISO 11290 dan FDA / BAM
(2003). Metode tersebut dapat memberikan hasil dalam 2 – 3 hari. Lebih
cepat daripada metode sebelumnya yang memberikan hasil setelah 5 hari bahkan
lebih. Pada metode tersebut media yang disarankan untuk identifikasi L.monocytogenes adalah
media Chromocult L. monocytogenes
Agar (ALOA) No. Katalog 100427.0500. Menurut FDA/BAM (2003),
pertumbuhan L. monocytogens pada media differensial selektif L. monocytogenes yang mengandung
esculine (OXFORD dan PALCAM) akan tampak berwarna hitam dengan halo yang
berwarna hitam juga (lihat Gambar 4 dan
Gambar 5). Beberapa bakteri jenis lainnya juga dapat membentuk
pertumbuhan yang serupa dengan L. monocytogenes, hanya saja lebih lambat waktu
pertumbuhannya (lebih dari 2 hari). Koloni tipikal yang tumbuh pada media
OXFORD atau PALCAM dilanjutkan dengan purifikasi pada media TSA + Yeast
Extract. 6
Gambar 5. Media PALCAM Agar (L.
monocytogenes monocytogenes ATCC 19118 dan L.
monocytogenes innocua ATCC 33090)
Gambar
6. OXFORD Agar (L. monocytogenes
monocytogenes ATCC 19118 dan L. monocytogenes innocua ATCC 33090)
Purifikasi tersebut diwajibkan
apabila menggunakan metode konvensional. Sebab, suspected colony yang
diperoleh dari media selektif konvensional besar kemungkinannya terkontaminasi
dengan bakteri kompetitor L. monocytogenes. Selain itu, pada media Oxford Agar
ataupun PALCAM Agar, L. monocytogenes akan tampak mirip
dengan L. innocua. Oleh karena itu, penggunaan media
Chromogenic (differential selective)-ALOA untuk mengidentifikasi L. monocytogenes sangat disarankan. Pada
media ALOA, bakteri kompetitor L.
monocytogenes akan lebih terhambat pertumbuhannya. Selain itu, pada media
ALOA, koloni L.monocytogenes akan tampak berwarna hijau turquoise
dan terdapat presipitasi disekeliling koloni (halo). Koloni L.
innocua akan tampak berwarana hijau turquoise tanpa terdapat
presipitasi di sekeliling koloni (lihat
Gambar 6). Dengan menggunakan media Chromocult L. monocytogenes
Agar, tingkat ketelitian dan kepercayaan terhadap analisa produk akan semakin
tinggi. Selain itu, purifikasi lanjutan untuk suspected colony
tidak diwajibkan. Purifkasi dilakukan hanya untuk memperoleh hasil koloni
yang tumbuh lebih presisi. Media ALOA memberikan hasil analisa yang lebih
akurat dan terpercaya dengan waktu analisa yang relatif singkat.
Gambar 6. Media Chomocult L.
monocytogenes Agar
No. Kat 100427.0500
Pemeriksaan bakteri L. monocytogenes pada produk
yang berasal dari hewan sangat dianjurkan untuk dilakukan oleh produsen makanan
dan minuman. Diharapakan dengan dilakukannya analisa tersebut dapat
dicegah kemungkinan terjadinya kontaminasi L.
monocytogenes pada produk yang akan dikonsumsi oleh konsumen. Sebab,
walaupun jumlahnya kecil, akibat yang ditimbulkan oleh L. monocytogenes sangat berbahaya bagi manusia.
Pengobatan
Jika didiagnosis cukup dini
pengobatan antibiotik untuk ibu hamil atau individu yang immunocompromised dapat mencegah konsekuensi serius dari penyakit.
Antibiotik efektif terhadap spesies Listeria termasuk ampisilin,
vankomisin, siprofloksasin, linezolid dan azitromisin.
Pencegahan
Pencegahan secara total mungkin
tidak dapat dilakukan, namun makanan yang dimasak, dipanaskan dan disimpan
dengan benar umumnya aman dikonsumsi karena bakteri ini terbunuh pada
temperatur 75°C. Resiko paling besar adalah kontaminasi silang, yakni apabila
makanan yang sudah dimasak bersentuhan dengan bahan mentah atau peralatan
(misalnya alas pemotong) yang terkontaminasi.5
Berikut ini beberapa cara pencegahan
yang dapat dilakukan di lingkungan industri,
Pengemasan dan Penyimpanan
·
Palet
yang masuk ke dalam ruangan pengemasan harus bersih dan kering. Karena
permukaan yang basah adalah media yang mudah bagi transfer dan kontaminasi
mikroba.
- Material yang dikemas, harus
dipalet dan ditutup.
- Unit pendingin harus memiliki
alat pengatur kelembaban untuk mencegah area penyimpanan menjadi lembab.
Peralatan
·
Semua
peralatan pada area produksi dapat menjadi media yang bisa menghantarkan
mikroba ke dalam pangan. Oleh karena itu perlu dilakukan monitoring yang
meliputi :
§ Kerangka peralatan
§ Saluran air.
§ Dinding, terutama retakan-retakan
yang mempertahankan kelembaban.
§ Atap atau langit-langit.
§ Kondensator.
§ Blancher.
§ Kebersihan alat-alat.
§ Pemeliharaan alat-alat.
Persyaratan
peralatan :
- Seluruh peralatan harus
didesain agar mudah dibersihkan dan diperbaiki.
- Alat-alat yang telah digunakan
harus dicuci langsung dan disanitasi.
- Peliharaan peralatan untuk
meminimalisir kerusakan, karena perbaikan peralatan akan menyediakan
kesempatan bagi penghantaran kontaminasi bakteri.
- Pendingin dan ruangan lainnya
tidak seharusnya dibersihkan saat produk makanan siap saji.
Sanitasi
Permukaan
yang akan disanitasi harus dibersihkan terlebih dahulu. Mensanitasi permukaan
yang kotor adalah sia-sia. Standar sanitasi adalah sebagai berikut :
- Dry clean (pembersihan kering)
- Pre rinse equipment (pembilasan
awal peralatan)
- Visually inspect equipment (pemeriksaan
visual peralatan)
- Rinse equipment (pembilasan
peralatan)
- Clean floors (pembersihan
lantai)
- Sanitasi peralatan dan lantai
- Conduct post sanitation
verification (Verifikasi sanitasi akhir)
- Clean and Put away supllies
- Foam & Scrub equipment
- Visually inspection equipment
- Dry floor (pengeringan lantai)
Higienitas
Pegawai
Pegawai
merupakan media transfer bagi kontaminan yang sering terjadi. Oleh karena itu,
standar di bawah ini harus diikuti :
·
Sarung
tangan bersih, penutup kepala, masker pakaian dan alas kaki harus bersih.
Berikan kode warna item ini untuk membedakan area produksi.
·
Pastikanlah
bahwa pegawai paham dan mengerti bahwa atribut yang dikenakan adalah untuk
melindungi produk dari kontaminasi dan bukannya untuk melindungi pegawai dari
kotor.
·
Apabila
pegawai menyentuh permukaan yang tidak bersih, maka harus dicuci dan sarung
tangan mereka diganti.
·
Jika
memungkinkan, tugaskan orang khusus untuk memunguti material yang jatuh ke
lantai, membersihkannya, dan lain lain.
·
Produk
yang jatuh ke lantai jangan dicampur dengan produk lain, terutama produk siap yang
dikemas.
·
Sebelum
masuk ke ruangan proses, sepatu harus diganti dengan sepatu pabrik dan harus
memasukkan ke dalam footbaths sebelum menapakkan kaki ke lantai.7
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Listeria
monocytogenes merupakan salah satu bakteri gram positif yang merupakan agen
foodborne penyebab listeriosis, yaitu infeksi serius yang disebabkan
oleh kontaminasi L. monocytogenes
pada makanan. Penyakit ini memiliki angka kematian lebih dari 25%. Potensial
keracunan yang berbeda pada tiap isolasi L. monocytogenes monocytogenes
merupakan faktor penting lainnya dalam resiko Listeriosis.Dari 13 serotip yang
diketahui, tiga diantaranya (½a, ½b, dan 4b) bertanggung jawab terhadap lebih
dari 90% kasus listeriosis pada manusia.
Bakteri
ini terdapat di berbagai jenis makanan yang terlibat dalam
transmisi meliputi daging, produk susu, ikan, kerang-kerangan, dan produk
sayuran. Dengan menggunakan metode laboratoris, jenis makanan dibawah ini
mengandung organisme tersebut meskipun
dalam jumlah sedikit: ikan mentah, kerang-kerangan dan produk ikan, daging
mentah, produk unggas, termasuk hot dog dan pastei, sayuran mentah dan
diproses, keju lembut yang matang, es krim, makanan beku, salad, termasuk
selada kol, susu mentah dan yang tidak dipasteurisasi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vidya
Rusmawamy, Vincent Mary Cresence, Jayan S. Rejita, Mohandas Usha Lekshmi, K. S. Darshana, Suryaprasad Priya Prasad, Helan
Mary Vijila. 2007. Listeria — Review of Epidemiology and Pathogenesis. Jurnal
Microbiology Immunol Infect 40:4-13
2. Satoko
Miya, Hajime Takahashi, Tatsuya Ishikawa, Tateo Fujii, and Bon Kimura. 2010.
Risk of Listeria monocytogenes Contamination of Raw Ready-To-Eat Seafood
Products Available at Retail Outlets in Japan. Department of Food Science
and Technology, Faculty of Marine Science, Tokyo University of Marine Science
and Technology, Tokyo 108-8477, Japan : Applied and Environmental Microbiology,
May 2010, p. 3383–3386
3. Kenneth Todar, PhD. Listeria monocytogenes. Tersedia
di : Todar’s online textbook of
bacteriology http://textbookofbacteriology.net/Listeria.html
4. Listeria
monocytogenes — from saprophyte to intracellular pathogen
5.
Listeria monocytogenes. Netherlands : Wageningen University, tersedia di http://www.cfsan.fda.gov/~mow/intro.html
6.
Media Kultur untuk Deteksi
Listeria monocytogenes di Makanan tersedia di http://www.merckmillipore.co.id/chemicals/media-kultur-untuk-deteksi-listeria-monocytogenes-pada-makanan/c_YQCb.s1OwpkAAAEn2aYB3ZSN
8. Inriana Pasak Tandisole, Hario Puntodewo, Handayani
Tjitro. 2010. Deteksi Bakteri Listeria monocytogenes pada Daging Sapi di Beberapa Pasar Tradisional di Surabaya. Surabaya:
Universitas Airlangga
9. Cossart,
P. and Toledo-Arana, A., Listeriamonocytogenes, a unique model in infection
biology: an Overview, Elsevier Microbes and Infection 2008;10: 1031-1050
Tidak ada komentar:
Posting Komentar