4shared

Powered By Blogger

Rabu, 09 Mei 2012

Foodborne : Vibrio Cholerae


Tugas Mikrobiologi Pangan
Foodborne : Vibrio Cholerae

Oleh :

Azhoranezar R.           22030110120001
Rita Nuryanti              22030110120002
Sani Rachmawati        22030110120003

PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN

Food borne disease adalah penyakit yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan atau minuman yang tercemar, yang dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme atau mikroba patogen yang mengkontaminasi makanan. Selain itu, zat kimia beracun atau zat berbahaya lainnya dapat menyebabkan foodborne disease jika zat-zat tersebut terdapat dalam makanan. Makanan yang berasal baik dari hewan maupun tumbuhan dapat berperan sebagai media pembawa mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia. Mikroorganisme yang menimbulkan penyakit ini dapat berasal dari makanan asal hewan yang terinfeksi penyakit tersebut atau tanaman yang terkontaminasi. Selain itu makanan yang terkontaminasi selama pengolahan dapat berperan sebagai media penularan. 

Pangan atau makanan yang umumnya sumber infeksi dan keracunan oleh bakteri adalah pangan yang tergolong berkeasaman rendah. Salah satu bakteri penyebab infeksi pada pangan adalah Vibrio cholerae. Vibrio cholerae adalah salah satu bakteri yang masuk dalam family Vibrionaceae dan merupakan bagian dari genus Vibrio. Dosis minimum V. cholerae untuk menimbulkan infeksi cukup tinggi (106-108) dan jumlah ini dapat dengan mudah tercapai pada makanan yang mengalami perlakuan suhu-waktu (time-temperatur abuse).1

            Salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae adalah penyakit kolera. Kolera merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan diare yang pada awalnya ringan dengan tinja yang semula berbau feses dan berwarna berubah menjadi cairan putih keruh (seperti air cucian beras) berbau manos menusuk.1 Seseorang dapat terkena kolera dengan minum air atau makan makanan yang terkontaminasi dengan bakteri kolera. Penyakit ini dapat menyebar dengan cepat di daerah dengan pengobatan yang tidak memadai limbah dan air minum. Penyakit ini tidak akan menyebar langsung dari satu orang ke orang lain, karena itu, kontak biasa dengan penderita tidak risiko untuk menjadi sakit. Penularan yang cepat dari kolera terjadi melalui air yang tercemar karena sistem PAM perkotaan yang tidak baik, air permukaan yang tercemar, sistem penyimpanan air dirumah tangga yang kurang baik.2 Makanan dan minuman pada saat itu diolah dengan air yang tercemar dan di jual oleh pedagang kaki lima, bahkan es dan air minum yang dikemas pun juga tercemar oleh Vibrio cholerae.2
  


BAB II
ISI

Vibrio cholerae adalah salah satu bakteri yang masuk dalam family Vibrionaceae dan merupakan bagian dari genus Vibrio.1 Vibrio cholerae pertama kali diisolasi sebagai penyebab penyakit kolera oleh seorang ahli anatomi Italia, Fillipo Pacini pada tahun 1854.1 Akan tetapi penemuannya tersebut tidak terlalu dikenal oleh dunia. Lalu pada tahun 1884, melalui penelitian Robert Koch dunia mengenal bakteri ini.1 Vibrio cholerae banyak ditemukan pada permukaan air yang terkontaminasi dengan feces yang mengandung kuman Vibrio cholerae, oleh karena itu penularan penyakit kolera dapat melalui air, makanan, dan sanitasi yang buruk.1

Vibrio cholerae termasuk bakteri gram negative, berbentuk batang bengkok seperti koma dengan ukuran panjang 2-4 µm. Pada isolasi, Koch menamakannya “kommabacillus”.2 Akan tetapi bila biakan diperpanjang maka kuman ini bisa menjadi batang lurus yang mirip dengan bakteri enterik gram negative. Kuman ini dapat bergerak secara aktif karena mempunyai satu buah flagela polar yang halus (monotrik). Kuman ini tidak dapat membentuk spora. Pada kultur dijumpai koloni yang cembung (convex), halus dan bulat yang keruh (opaque) dan bergranul bila disinari.


Gambar 1. Vibrio cholera



Klasifikasi dari Vibrio cholerae adalah sebagai berikut :
Kingdom        : Bacteria
Phylum          : Proteobacteria
Class              : Gamma Proteobacteria
Order              : Vibrionales
Family                        : Vibrionaceae
Genus                        : Vibrio
Spesies          : Vibrio cholerae

Vibrio cholerae bersifat aerob atau anaerob fakultatif. Suhu optimum untuk pertumbuhan pada suhu 18-370C.2 Dapat tumbuh pada berbagai jenis media, termasuk media tertentu yang mengandung garam mineral dan asparagin sebagai sumber karbon dan nitrogen, salah satunya V. cholerae dapat tumbuh baik pada agar Thiosulfat-citrate-bile-sucrose (TCBS) yang menghasilkan koloni berwarna kuning dan pada media Telurite-taurocholate-gelatin-agar (TTGA).


Gambar 2. Vibrio cholerae pada media TCBS selama 18 jam pada suhu 370C menghasilkan koloni berwarna kuning karena V. cholerae meragi sukrosa.

Vibrio cholerae dapat tumbuh pada pH yang sangat tinggi yaitu 8,5-9,5 dan sangat cepat mati oleh asam.2 Pertumbuhan sanngat baik pada pH 7,0. Karenanya pembiakan pada media yang mengandung karbohidrat yang dapat difermentasi, akan cepat mati. Selain itu Vibrio cholerae dapat meragi sukrosa dan manosa tanpa menghasilkan gas, tetapi tidak meragi arabinosa. Kuman ini juga dapat meragi nitrit. Ciri khas lain yang membedakan dari bakteri gram negativ lain yang tumbuh pada agar darah adalah pada tes oksidasi hasilnya positif.

Semua Vibrio cholerae mempunyai antigen flagel H yang sama.3 Antigen flagel H ini bersifat tahan panas. Antibodi terhadapantigen flagel H tidak bersifat protektif. Pada uji aglutinasi berbentuk awan. Antigen somatik O merupakan antigen yang penting dalam pembagian grup secara serologi pada Vibrio cholerae. Antigen somatic O ini terdiri dari lipopolisakarida. Pada reaksi aglutinasi berbentuk seperti pasir. Antibodi terhadap antigen O bersifat protektif.3 Vibrio cholerae serogrup O1 memiliki tiga faktor antigen : A, B, dan C yang membagi grup O1 menjadi serotipe Ogawa, Inaba dan Hikojima. Secara skematis klasifikasi dari Vibrio cholerae dapat dilihat di bawah ini :

Vibrio cholerae serogrup O1 terbagi atas dua biotype yaitu Classical dan El Tor. Karakteristik yang membedakan biotype Classical dan El Tor dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tes atau kriteria
Classical
El Tor
Isolasi di daerah bagian Indian
Jarang
Umumnya
Isolasi pada saat ini
Sangat jarang
Umumnya
Hemolisis eritrosit
-
+
Voges-Proskauer
-
+
Sensitivitas terhadap Polomiksin B
+
-
Agglutinasi pada eritrosit ayam
-
+
Lysis oleh bacteriophage
-                      Classical
-                      FK
-                      Eltor 5

+
+
-

-
-
+


Jalur paparan Vibrio cholerae dari produksi hingga konsumsi pada udang air hangat dan proses pemasaran internasional

Pengaruh suhu dan salinitas
Vibrio cholerae elah menyebabkan epidemi kolera di beberapa bagian Amerika Latin, Afrika, dan Asia.4 Hal ini terjadi secara sporadis atau sebagai wabah yang terbatas di negara maju. Isolasi Vibrio cholerae dari lingkungan akuatik sangat sulit karena konsentrasi mikroorganisme ini sangat bervariasi. Akan tetapi, kebanyakan Vibrio spp., termasuk Vibrio cholerae, mempunyai korelasi linier dengan salinitas dan suhu air. Salinitas optimal untuk Vibrio cholerae  adalah di antara 5-25%.

Meskipun demikian, Vibrio cholerae adalah salah satu dari sedikit Vibrio spp. yang dapat bertahan pada kondisi salinitas 0% asalkan ada ion Na+.(16) Oleh karena dapat bertahan pada salinitas rendah, Vibrio cholerae mampu dengan baik beradaptasi pada lingkungan air tawar maupun air payau di daerah endemis.

Di daerah-daerah yang endemik, kasus-kasus kolera cenderung memperlihatkan suatu pola musiman (seasonal) yang nyata. Pola ini sangat erat kaitannya dengan ekologi V. cholerae di lingkungan alam di mana sel mengalami peningkatan dalam jumlah besar ketika suhu air menjadi hangat. Vibrio cholerae yang sifatnya nontoksigenik selama masa dorman atau stadium nonculturable di lingkungan atau daerah-daerah pantai dapat berubah menjadi toksigenik. Dinamika ini menjelaskan mengapa epidemi yang besar bermula pada daerah-daerah pantai.

Vibrio cholerae sudah lama dikenal sebagai suatu patogen fekal-oral dan derajat infeksi kolera paling besar di daerah-daerah dengan sanitasi buruk terlebih pada tempat-tempat yang bersuhu hangat, di air payau.4 Bukti-bukti lainnya menunjukkan bahwa banyak sampel lingkungan (air) yang diperiksa secara laboratoris tidak memberikan hasil biakan Vibrio cholerae positif karena kuman ini berada dalam stadium viable but nonculturable. Dampak dari keadaan ini adalah, jutaan orang mungkin menggunakan sumber air yang mengandung viable but nonculturable Vibrio cholera karena secara kultural dianggap aman, akan tetapi pada lingkungan yang baru, di dalam tubuh manusia, hal ini berubah menjadi viable dan ini menyebabkan terjadinya kasus-kasus primer kolera.

Pada daerah endemic, air terutama berperan dalam penularan kolera namun pada epidemic yang besar penularan juga terjadi pada makanan yang terkontaminasi oleh tinja atau muntahan dari orang yang terinfeksi atau air yang mengandung Vibrio cholerae yang dapat bertahan selama beberapa bulan di air. Penularan yang cepat dari kolera terjadi melalui air yang tercemar karena sistem PAM perkotaan yang tidak baik, air permukaan yang tercemar, sistem penyimpanan air dirumah tangga yang kurang baik.2 Makanan dan minuman pada saat itu diolah dengan air yang tercemar dan di jual oleh pedagang kaki lima, bahkan es dan air minum yang dikemaspun juga tercemar oleh vibrio cholerae.2 Biji-bijian yang dimasak dengan saus pada saat wabah itu terbukti berperan sebagai media penularan kolera.

Vibrio cholerae yang terbawa oleh makanan dapat mencemari suatu jenis makanan apabila tidak disimpan dalam lemari es dalam suhu yang tepat, selain itu dapat meningkatkan jumlah kuman berlipat ganda dalam waktu 8 – 12 jam. Sayuran dan buah-buahan yang dicuci dan dibasahi dengan air limbah yang tercemar dan tidak diolah juga menjadi media penularan. Terjadinya wabah maupun munculnya kasus sporadis sering disebabkan oleh karena mengkonsumsi seafood mentah atau setengah matang. Air yang tercemar sering berperan sebagai media penularan.

Pada daerah endemic kolera terutama merupakan penyakit pada anak tetapi juga dapat menyerang orang dewasa. Pada orang dewasa insiden pada pria lebih tinggi daripada wanita. Di daerah endemic, anak- anak dibawah usia 2 tahun sedikit yang terkena kolera berat daripada anak yang berusia lebih tua, mungkin disebabkan karena imunitas pasif yang didapatkan dari ASI.

Epidemiologi
Bertanggung jawab untuk tujuh pandemi global selama dua abad terakhir
Umumnya di India, Afrika Sub-Sahara  dan Asia Selatan. Sangat jarang terjadi di negara-negara industri.5

Patogenesis Kolera
Untuk membuat penyakit, Vibrio cholerae harus dicerna dalam makanan yang terkontaminasi atau air dan bertahan di lambung perut. Saat mencapai lumen usus halus, bakteri harus mengatasi mekanisme kliring dari usus (gerak peristaltik), menembus lapisan lendir dan menjalin kontak dengan lapisan sel epitel. Kolonisasi dari mikrovili usus dan produksi berikutnya dan pelepasan toksin kolera, menyebabkan diare. Proses yang kompleks melibatkan ekspresi diferensial gen diatur secara ketat oleh bakteri.


Seseorang dapat terkena kolera dengan minum air atau makan makanan yang terkontaminasi dengan bakteri kolera. Dalam epidemi, sumber kontaminasi biasanya adalah kotoran dari orang yang terinfeksi yang mengotori air dan / atau makanan. Penyakit ini dapat menyebar dengan cepat di daerah dengan pengobatan yang tidak memadai limbah dan air minum. Penyakit ini tidak akan menyebar langsung dari satu orang ke orang lain, karena itu, kontak biasa dengan penderita tidak risiko untuk menjadi sakit.

Patogenesis Toksin Kolera
Pada tahun 1983, dengan memberikan CT untuk relawan, Levin dkk. mampu meyakinkan bahwa toksin adalah mediator utama dari sindrom kolera.5 Efek imunomodulator langsung dari CT pada leukosit termasuk induksi CD25 dan MHC kelas II pada sel B, apoptosis sel T CD8 + dan aktivasi makrofag
dengan pelepasan IL-10.5

Mekanisme
Aktivitas biologis CT tergantung pada mengikat dari pentamer B holotoxin dengan reseptor spesifik pada sel eukariotik. Para oligomer B mengikat dengan afinitas tinggi secara eksklusif untuk GM1 ganglioside.






Gejala kolera
Ada beberapa perbedaan pada manifestasi klinis kolera baik mengenai sifat maupun berat gejala. Terdapat perbedaan antara kasus individual maupun pada gejala pada kejadian endemic. Masa inkubasi kolera berlangsung antara 16-72 jam. Gejala klinis dapat bervariasi mulai dari asimptomatik sampai gejala klinis berupa dehidrasi berat. Infeksi terbanyak bersifat diare ringan dan umumnya pasien tidak memerlukan perawatan. Manifestasi klinis yang khas ditandai dengan diare yang encer dan berlimpah tanpa didahului rasa mulas maupun tenesmus.

Dalam waktu singkat tinja yang semula berbau feses dan berwarna berubah menjadi cairan putih keruh (seperti air cucian beras) berbau manos menusuk. Cairan yang menyerupai air cucian beras ini bila diendapkan akan mengeluarkan gumpalan- gumpalan putih. Cairan inin akan berkali- kali keluar dari anus pasien dalam jumlah besar. Muntah timbul kemudian setelah diare dan berlangsung tanpa didalui mual. Kejang otot dapat menyusul. Baik dalam bentuk fibrilasi atau fasikulasi, maupun kejang klonik yang mengganggu. Teriakan atau rintihan pasien dapat disangka sebagai teriakan nyeri kolik. Kejang ini disebabkan karena berkurangnya kalsium dan klorida pada sambungan neuromuscular. Bentuk manifest klinisnya yang khas lainnya adalah dehidrasi, berlanjut dengan rejatan hipovolemik dan asidosis metabolic yang terjadi dalam waktu singkat akibat diare sekretorik dan dapat mengakibatkan kematian apabila tidak ditanggulangi.

Diagnosis kolera
Untuk menguji kolera, dokter harus mengambil sampel tinja atau usap dubur dan mengirimkannya ke laboratorium untuk mencari bakteri kolera.6

Pengobatan untuk kolera
Kolera dapat dengan mudah dan berhasil diobati dengan segera mengganti cairan dan garam yang hilang melalui diare.6 Pasien dapat diobati dengan larutan rehidrasi oral, campuran dikemas gula dan garam untuk dicampur dengan air dan diminum dalam jumlah besar. Solusi ini digunakan di seluruh dunia untuk mengobati diare. Kasus yang parah juga membutuhkan penggantian cairan intravena. Dengan rehidrasi yang cepat, kurang dari 1% pasien kolera mati. Antibiotik mempersingkat dan mengurangi keparahan penyakit, tetapi mereka tidak sepenting menerima rehidrasi.7 Orang yang mengembangkan diare berat dan muntah di negara-negara di mana
kolera terjadi harus mencari perhatian medis segera.

Cara Menghindari Kolera
Risiko untuk kolera sangat rendah untuk orang mengunjungi daerah dengan epidemi kolera. Ketika tindakan pencegahan sederhana yang diamati, tertular penyakit tersebut tidak mungkin. Semua orang (pengunjung atau penduduk) di daerah di mana kolera terjadi atau telah terjadi harus memperhatikan rekomendasi berikut:
- Minum dari air yang direbus, atau diolah secara kimia dan minuman
  berkarbonasi kemasan atau kalengan. Bila menggunakan minuman botol,
   pastikan bahwa segel belum rusak.
- Hindari penggunaan air keran dan es batu .
- Sering mencuci tangan dengan sabun dan air bersih (jika tidak ada air dan
   sabun yang tersedia, gunakan pembersih tangan berbasis alkohol).
- Gunakan air kemasan, direbus, atau diolah secara kimia untuk mencuci piring,
  sikat gigi, mencuci dan menyiapkan makanan, atau membuat es.
- Makan makanan yang dikemas atau yang baru saja dimasak dan disajikan
  panas.
- Jangan makan daging mentah dan setengah matang dan buah-buahan atau
  makanan laut dikupas dan sayuran.
- Buanglah tinja secara saniter untuk mencegah kontaminasi sumber air dan
  makanan.


Pencegahan dan pengendalian
Pencegahan dapat dilakukan dengan perbaikan sanitasi khususnya air dan makanan melalui pendidikan. Pasien yang terkena penyakit kolera seharusnya diisolasi atau dirawat intensif, ekskresinya didisinfeksi dan orang-orang yang kontak dengan pasien perlu diawasi agar tidak menular dan memeperparah keadaan pasien.7 Khemoprofilaksis dengan obat antimikrobia dapat digunakan untuk menanggulangi penyakit ini.

Bagi wisatawan yang memasuki daerah endemic kolera, sebaiknya memasak makanan sampai matang sebelum mengkonsumsinya, kepiting harus dimasak lebih kurang 10 menit, memakan buah harus dikupas kulitnya dan dicuci, memakan es harus dihindari kecuali kita tahu bahwa es terbuat dari air mendidih. Pemberian imunisasi dengan vaksin yang mengandung ekstrak lipopolisakarida dari vibrio atau suspensi pekat vibrio dapat memberikan perlindungan yang terbatas pada orang-orang yang rentan (misalnya kontak antar anggota keluarga).



BAB III
KESIMPULAN

Spesies ini dibagi menjadi serotipe berdasarkan antigen O. Kolera biasanya terkait dengan O1, tetapi serotipe O139 juga menjadi penyebab banyak kasus kolera di Asia. Ada sub kelompok O1, klasik dan El Tor. Untuk pertumbuhan suhu yang optimum yaitu 18-370C.2 Organisme ini dapat tumbuh relatif cepat dalam kondisi optimal. Tumbuh dengan atau tanpa oksigen, namun pertumbuhan optimal dalam kondisi aerobik. Sanitiser atau desinfektan seperti asam perasetat dan hipoklorit  efektif tanpa adanya protein. Senyawa amonium kuartener cukup efektif pada 50 ppm. Isoproponol yang digunakan untuk mendisinfeksi tangan cukup efektif.

Kolera yaitu penyakit yang disebebkan oleh bakteri Vibrio cholerae ditandai dengan diare yang pada awalnya ringan dengan tinja yang semula berbau feses dan berwarna berubah menjadi cairan putih keruh (seperti air cucian beras) berbau manos menusuk.1 Gejala lain termasuk tekanan darah rendah, mual, kram perut dan kadang-kadang demam. Pemulihan dalam 1-6 hari pada orang sehat normal. Biasanya dikaitkan dengan konsumsi makanan yang terkontaminasi Vibrio Cholerae. Pengobatan kolera dengan rehidrasi dan
penggantian elektrolit.  Antibiotik memperpendek durasi penyakit.




DAFTAR PUSTAKA

1          Wai SN, Mizunoe Y, Yoshida S. How Vibrio cholerae survive during
starvation. FEMS Microbiol Lett 1999; 180:123-31.

2          Xu H-S, Roberts N, Singleton FL, Atwell RW, Grimes DJ, Colwell RR.
Survival and viability of non-culturable Escherichia coli and Vibrio
cholerae in the estuarine and marine environment. Microb Ecol 1982; 8:313-23.

3          Huq A, Parveen S, Qadri F, Colwell RR. Comparison of V. cholerae O1
serotype O1 isolated from patient and aquatic environment. J Trop Med
Hyg 1993; 96:86-92. 11.

4          Islam MS, Drasar BS, Bradley DJ. Survival of toxigenic Vibrio cholerae
O1 with common duckweed, Lema minor in artificial aquatic ecosystem.
Trans R Soc trop Med Hyg 1990; 84:422-4.



7          http://www.health.state.mn.us/divs/idepc/diseases/cholera/
basics.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar