TUGAS
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
MUTU
PANGAN DAN GIZI
KELOMPOK
3
“HYGIENIC PRACTICE FOR EGGS AND EGG PRODUCTS”
ANGGOTA:
Irma
Pristina Adi 22030110120031
Renny
Widjayanti 22030110120032
Hardaning
A. M. 22030110120033
Regie
Febriyansyah 22030110120034
Adriana
Murdi H. 22030110120035
Etika
Hasna 22030110120036
PROGRAM
STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
SEMARANG
2012
1. Telur
Telur adalah zigot yang dihasilkan kebanyakan unggas atau reptil melalui fertilisasi sel telur dan berfungsi
memelihara dan menjaga embrio.
Selain berkembang biak, telur juga dapat dijadikan bahan pangan karena
mengandung zat gizi yang cukup untuk mengembangkan sel telur yang sudah dibuahi
menjadi seekor anak unggas atau reptil. Sebutir telur mengandung 6 -7 gram protein yang
merupakan asam amino esensial dan 6 gram lemak yang mudah dicerna.1
Telur dengan mutu terbaik adalah telur yang baru saja
ditelurkan karena keadaan kulit telur, besarnya ruang udara, kondisi putih dan
kuning telur masih berada dalam keadaan normal. Semakin lama waktu simpan, mutu telur semakin menurun,
karena terjadinya perubahan beberapa sifat fisik serta kimia telur. Peralihan
telur dari dalam alat reproduksi induk yang memiliki kelembaban tinggi dengan
suhu hangat ke ruangan yang lebih kering dengan suhu rendah juga dapat
menimbulkan terjadinya perubahan. Telur yang baru keluar dari ayam adalah steril, akan
tetapi segera setelah itu kulit telur dapat terkontaminasi oleh kotoran ayam (fecal matter), air cucian (bila telur
itu dicuci), penanganan dan mugkin dari bahan pengepak.2
Karena itu diperlukan
penanganan telur untuk memperlambat penurunan mutu, kerusakan dan meminimalkan
kotaminasi pada telur. Dibawah ini adalah cara menangani telur dan produk telur
sehingga dapat menghasilkan produk yang aman berdasarkan 'Code of Hygienic Practice for Eggs and Egg Products'.
2. Kualitas/mutu telur
Survei dilakukan oleh Asosiasi
Konsumen Eropa (BEUC-The European Consumer Association) tahun 2001 mengenai
parameter mutu telur yang biasanya dilihat oleh konsumen saat membeli telur.
Tidak mengejutkan, hasil survei menunjukkan bahwa bagi konsumen keamanan dan
kesegaran; nilai gizi; serta sifat sensor adalah faktor utama. Survei
dilakukan terhadap 3085 konsumen di 10 negara Eropa seperti Perancis, Jerman,
Italia, UK, Spanyol, Polandia, dan Yunani. Dari survei tersebut juga diperoleh
informasi bahwa konsumen melihat kualitas sebuah telur dari kekuatan cangkang,
konsistensi albumen, dan warna kuning telur.3
Menurut U.S. Egg Grading Manual,
penilaian kualitas telur terbagi menjadi dua bagian yakni, penilaian eksterior
(bagian luar) dan interior (bagian dalam) telur. Penilaian eksterior telur
meliputi ukuran, bentuk, dan kebersihan cangkang sedangkan penilaian interior
telur dilihat dari kondisi kantong udara, putih (albumen) dan kuning telur (egg
yolk). Di Indonesia, kualitas telur konsumsi diatur dalam Standar Nasiional
Indonesia (SNI) 01-3926-1995 dengan parameter yang sama seperti U.S Egg Grading
Manual. Penilaian eksterior dilakukan dengan cara melihat langsung kondisi
penampakan telur secara kasat mata, sedangkan penilaian interior dilakukan
dengan cara meneropong atau candling, di sortir manual satu per satu.3
Penentuan mutu
telur menurut U.S. Egg Grading Manual dan Standar Nasional Indonesi:
2.1 Kualitas AA (Mutu 1)
Kondisi telur bersih, halus, licin,
tidak retak, dan bentuknya normal. Kedalaman kantung udara tidak boleh lebih dari 3,2 mm
(SNI : < 0,5 cm). Putih telur harus bersih, kental dan stabil, dengan
konsistensi seperti gelatin, Ketika diteropong, kuning telur tidak
bergerak-gerak, berbentuk bulat, terletak deitengah telur, kuning telur dan
bersih dari bercak darah atau noda apapun. Bayangan batas-batas kuning dan
putih telur ketika di teropong tidak terlihat jelas.3
2.2 Kualitas A (Mutu 2)
Cangkang telur bersih, halus, licin, tidak retak, dan
bentuknya normal. Kedalaman rongga udara tidak boleh lebih dari 4,8 mm (SNI :
0,5-0,9 cm). Putih telur harus bersih, dan kental. Bayangan batas-batas kuning
dan putih telur ketika diteropong mulai terlihat agak jelas. Kuning telur
berbentuk bulat, posisinya di tengah, harus bersih, dan tidak ada bercak, kotoran, bintik hitam atau noda.3
2.3 Kualitas
B (Mutu 3)
Cangkang
bersih, tidak boleh retak, agak kasar, dan mungkin bentuknya abnormal. Kantung
udara lebih dari 1,6 mm (SNI : > 1 cm). Putih telur encer, sehingga
kuning telur bebas bergerak saat diteropong. Ada noda sedikit, tetapi tidak
boleh ada benda asing lainnya dan bagian kuning belum tercampur dengan putih.
Kuning telur terlihat gepeng (pipih) bentuknya, agak melebar, bintik atau noda
darah mungkin ada, tetapi diameternya tidak boleh lebih dari 3,2mm.3
3. Kerusakan pada telur
Telur
yang masih utuh dapat mengalami kerusakan, baik kerusakan fisik maupun
kerusakan yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba. Mikroba dapat masuk ke
dalam telur melalui pori-pori yang terdapat pada kulit telur, baik melalui air,
udara, maupun kotoran ayam. Telur yang telah dipecah akan mengalami kontak
langsung dengan lingkungan, sehingga lebih mudah rusak dibandingkan dengan
telur utuh.2 Tanda-tanda kerusakan yang sering terjadi pada telur
adalah sebagai berikut:
a. Perubahan fisik,
yaitu penurunan berat, pembesaran kantung udara di dalam telur, pengenceran
putih dan kuning telur.
b. Timbulnya bau
busuk karena pertumbuhan bakteri pembusuk.
c. Timbulnya
bintik-bintik berwarna karena pertumbuhan bakteri pembentuk warna, yaitu
bintik-bintik hijau, hitam, dan merah.
d. Bulukan,
disebabkan oleh pertumbuhan kapang perusak telur.
e. Pencucian telur
dengan air tidak menjamin telur menjadi lebih awet, karena jika air pencuci
yang digunakan tidak bersih dan tercemar oleh bakteri, maka akan mempercepat
terjadinya kebusukan pada telur. Oleh karena itu dianjurkan untuk mencuci telur
yang tercemar oleh kotoran ayam menggunakan air bersih yang hangat.
Telur pun dapat mengalami kerusakan karena pembekuan
tanda tanda kerusakan pada telur yang dibekukan antara lain :
a. Kulit telur
biasanya pecah
b. Struktur
putih telur pecah dan berair
c. Konsistensi
kuning telur sperti gom
d. Bilamana
ditayang dengan lilin bayangan kuning telur sangat gelap
e. Isi telur
kelihatan lepas di sekitar rongga udara dan sering kali menjadi berbuih jika
dikocok dengan keras
4. Faktor penyebab perubahan
mutu telur
4.1 Waktu
Semakin lama waktu simpan, mutu telur semakin menurun,
karena terjadinya perubahan beberapa sifat fisik serta kimia telur.
4.2 Suhu
Penyimpanan dingin dilakukan untuk
menghambat atau memperlambat pertumbuhan mikroba, termasuk juga patogen yang
mungkin mengkontaminasi isi telur. Karena Salmonella dapat tumbuh dan
berkembang biak pada suhu 10 C, untuk mengurangi risiko perkembangbiakannya maka
penyimpanan telur sebaiknya dilakukan pada suhu kurang dari 7,5 C.1
Telur yang telah disimpan di
refrigerator, tidak boleh dikeluarkan dan diletakkan di suhu ruang untuk waktu
yang lama. Gunakan telur maksimum setelah dua jam dikeluarkan dari
refrigerator. Peningkatan suhu dari suhu dingin (refrigerator) ke suhu ruang
menyebabkan kulit telur ‘berkeringat’ dan mempercepat proses pertumbuhan
mikroba.1
4.3 Kelembaban
Kelembaban
nisbi yang baik untuk menyimpan telur adalah 82-85 %. Kelembaban yang terlalu
rendah dapat menyebabkan isi telur menguap sehingga kantong udara di dalamnya
menjadi besar. Telur harus disimpan pada suhu rendah sedemikian rupa sehingga
tidak sampai menyebabkan isi telur membeku yang dapat menyebabkan telur
tersebut pecah.2
5. Penyebab kerusakan
5.1 Non mikroorganisme
Kebersihan lingkungan sangat
berpengaruh terhadap kualitas telur. Dalam produksi telur harus memperhatikan hal-hal
terkait kebersihan lingkungan, seperti sumber zat berbahaya diminimalkan dan
tidak hadir pada tingkat yang tidak dapat diterima di telur.4
Bila
memungkinkan, produsen dapat mengidentifikasi dan mengevaluasi lingkungan
sekitarnya dan penggunaan sebelumnya (indoor dan outdoor) dari peletakan telur
untuk mengidentifikasi bahaya. Potensi sumber kontaminasi dari peletakan telur
termasuk lingkungan harus segera diidentifikasi. Hal ini dapat mencakup
kontaminasi yang terkait dengan penggunaan tanah, kehadiran kontaminan,
permukaan air tercemar, potensi mikroba dan kimia bahaya dari kontaminasi oleh
tinja, dan organik limbah lainnya yang dapat diperkenalkan ke dalam peletakan
telur. Hal ini terutama relevan dalam kasus mencari makan oleh burung-burung
peliharaan.4
Potensi
kontaminasi lain yang dapat menyebabkan kerusakan telur bisa berasal dari bahan
kimia pertanian, limbah berbahaya, dll harus dipertimbangkan. Potensi
untuk pengenalan penyakit dari burung liar dan hewan juga harus
dipertimbangkan.
5.2 Aktivitas
mikroba
Jumlah mikroba
pada kulit telur sekitar 102–107 koloni/gram. Beberapa bakteri patogen yang
mungkin terdapat pada kulit telur adalah Salmonella, Campylobacter dan
Listeria. Dari berbagai jenis patogen tersebut, Salmonella merupakan patogen utama
yang mengontaminasi
telur dan produk olahan telur. 5
Salmonella bisa
ditemukan dalam saluran pencernaan hewan (termasuk unggas). Konsumsi pangan
yang mengandung sel viabel Salmonella dalam jumlah besar (105 sel) dapat
menyebabkan infeksi salmonellosis dengan gejala pusing, muntah-muntah, sakit
perut bagian bawah dan diare yang kadang didahului oleh sakit kepala dan
menggigil. Beberapa Salmonella dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius: S.
paratyphi menyebabkan paratifus dan S. typhi menyebabkan tifus. Saat ini juga
terdeteksi adanya S. typhimurium DT 104 yang resisten terhadap lima antibiotika
(ampiicillin, chloramphenicol,
streptomycin, sulfonamides, dan tetracycline).5
Telur dikeluarkan dari tubuh induk
ayam melalui saluran yang juga digunakan untuk mengeluarkan feces. Hal inilah
yang menyebabkan kulit telur bisa menjadi sumber patogen yang berasal dari
feces ayam. Selain dari feces ayam, kulit telur juga bisa terkontaminasi karena
kontak dengan lingkungan, udara, pakan dan peralatan yang kotor. Patogen yang
menempel di kulit telur ini bisa masuk kedalam isi telur melalui pori-pori
kulit, terutama jika kulit dalam kondisi lembab (basah).5
Selain
terkontaminasi karena masuknya patogen dari kulit telur, patogen didalam isi
telur juga bisa berasal dari induk ayam yang terinfeksi. Sebagai contoh,
Salmonella enteritidis adalah Salmonella penyebab salmonellosis yang ditemukan
pada isi telur segar yang kondisi kulitnya utuh (tidak retak/pecah) dan bersih.
Kontaminasinya ke dalam telur terjadi di dalam ovarium induk, sebelum isi telur
dibungkus oleh kulit pada saat produksi telur. Ayam yang menjadi pembawa S.
enteritidis seringkali terlihat sehat.5
6.
Higienitas Lingkungan Produksi
Produsen
dapat mengevaluasi lingkungan produksi dengan cara:
•
Identifikasi penggunaan sebelumn dan sekarang dari area produksi primer dan
situs yang berdampingan untuk menentukan potensi mikroba, kimia dan bahaya
fisik dan menentukan sumber pencemaran lingkungan, misalnya dengan kotoran atau
sampah organik, yang dapat diperkenalkan ke dalam peletakan telur.
- Situs / penggunaan kekhawatiran
dapat mencakup tanaman tumbuh, makan banyak, produksi ternak, situs limbah
berbahaya, situs pengolahan limbah, dan lokasi tambang ekstraksi.
• Identifikasi titik-titik akses ke situs oleh hewan peliharaan dan liar, termasuk
akses ke sumber air yang digunakan dalam produksi primer, untuk menentukan feses potensial dan lain kontaminasi tanah dan air dan kemungkinan kontaminasi telur.
• Identifikasi titik-titik akses ke situs oleh hewan peliharaan dan liar, termasuk
akses ke sumber air yang digunakan dalam produksi primer, untuk menentukan feses potensial dan lain kontaminasi tanah dan air dan kemungkinan kontaminasi telur.
-
Praktek yang ada harus ditinjau untuk menilai prevalensi dan kemungkinan
deposito tidak terkendali dari kotoran hewan bersentuhan dengan telur.
-
Sebisa mungkin, domestik dan hewan liar, termasuk burung liar serta tikus harus
dicegah dari memasuki perusahaan telur.
•
Identifikasi potensi kontaminasi dari perusahaan telur dengan membocorkan,
pencucian atau meluap situs pupuk penyimpanan dan banjir dari air permukaan
tercemar.
Jika
penggunaan sebelumnya tidak dapat diidentifikasi, atau evaluasi mengarah pada
kesimpulan bahwa bahaya ada, dimana praktis, situs harus diuji untuk kontaminan
yang memprihatinkan. Selain pemantauan, periodik dari lingkungan dan
makanan ternak, dan bijaksana pemilihan dan penggunaan pupuk dan bahan kimia
pertanian harusterjadi.4
Jika
kontaminan yang hadir pada tingkat yang dapat mengakibatkan produk telur atau
telur yang berbahaya bagi manusiatindakan kesehatan, dan korektif atau
preventif belum diambil untuk meminimalkan bahaya diidentifikasi, situs tidak
boleh digunakan sampai tindakan seperti itu telah diterapkan.4
Perawatan
harus dilakukan untuk meminimalkan akses terhadap air yang terkontaminasi atau
kontaminan lingkungan sejauh dapat dipraktekkan untuk menghindari penyakit
menular ke burung atau manusia atau kemungkinan kontaminasi telur.4
7. Produksi Telur Sehat
Ketentuan
dalam bagian ini juga relevan untuk semua produsen telur.
7.1 Flock Manajemen dan Kesehatan
Hewan
Telur
harus berasal dari ternak (baik pembibitan dan bertelur) dalam keadaan sehat
sehingga kesehatan kawanan tidak mempengaruhi keamanan dan kesesuaian telur.
Praktek
peternakan hewan yang baik harus digunakan untuk membantu menjaga kesehatan
kawanan dan ketahanan terhadap kolonisasi oleh organisme patogen. Praktek
ini harus mencakup penanganan yang tepat waktu untuk parasit, meminimalkan
stres melalui pengelolaan yang baik dari akses manusia dan kondisi lingkungan
dan penggunaan tindakan pencegahan yang tepat misalnya, obat hewan dan vaksin.
Para
Enteriditis Salmonella Risk Assessment menunjukkan, mengurangi prevalensi
Salmonella Enteritidis ternak yang terinfeksi diperkirakan mengakibatkan
penurunan risiko penyakit manusia dari konsumsi telur positif Salmonella
enteritidis.
Manajemen
Flock adalah penting dalam mengurangi risiko penyakit manusia dari konsumsi
telur. Baik praktek peternakan juga harus digunakan untuk mengurangi
kemungkinan patogen (yaitu penyakit burung) dan dengan demikian mengurangi
penggunaan obat-obatan hewan. Dimana terapi obat terjadi, penggunaannya
harus sesuai dan harus mempertimbangkan resistensi antimikroba mungkin.
Secara
khusus, langkah-langkah untuk mencegah penyakit bisa meliputi:
•
Mengevaluasi status kesehatan unggas peliharaan relatif terhadap penyakit
burung dan bila memungkinkan, kolonisasi oleh organisme patogen menular ke
manusia dan selalu mengambil tindakan untuk memastikan hanya unggas sehat yang
digunakan.
• Mengambil tindakan pencegahan, termasuk mengelola akses manusia, untuk mengurangi risiko mentransfer mikro-organisme yang dapat berdampak pada keamanan pangan, atau dari, atau antara, kambing domba.
• Menggunakan, jika diizinkan, vaksin yang tepat sebagai bagian dari program manajemen kawanan secara keseluruhan, termasuk sebagai tindakan ketika memperkenalkan burung baru.
• Secara teratur memeriksa domba-domba dan menghapus unggas yang mati dan sakit, mengisolasi unggas yang sakit, dan menyelidiki penyebab mencurigakan atau tidak dikenal penyakit atau kematian untuk mencegah kasus lebih lanjut.
• Mengambil tindakan pencegahan, termasuk mengelola akses manusia, untuk mengurangi risiko mentransfer mikro-organisme yang dapat berdampak pada keamanan pangan, atau dari, atau antara, kambing domba.
• Menggunakan, jika diizinkan, vaksin yang tepat sebagai bagian dari program manajemen kawanan secara keseluruhan, termasuk sebagai tindakan ketika memperkenalkan burung baru.
• Secara teratur memeriksa domba-domba dan menghapus unggas yang mati dan sakit, mengisolasi unggas yang sakit, dan menyelidiki penyebab mencurigakan atau tidak dikenal penyakit atau kematian untuk mencegah kasus lebih lanjut.
•
Membuang unggas yang mati dengan cara daur ulang yang mencegah penyakit dengan
kawanan peletakan baik oleh hama atau penangan.
•
Mengobati burung hanya dengan obat-obatan hewan jika diizinkan, diresepkan oleh
dokter hewan dan dengan cara yang tidak akan berdampak negatif pada keamanan
dan kesesuaian telur, termasuk mengikuti periode penarikan ditentukan oleh
produsen atau dokter hewan.
- Hanya mereka produk obat dan daya tahan tubuh obat yang telah disahkan oleh otoritas yang relevan untuk dimasukkan dalam pakan hewan harus digunakan.
- Hanya mereka produk obat dan daya tahan tubuh obat yang telah disahkan oleh otoritas yang relevan untuk dimasukkan dalam pakan hewan harus digunakan.
- Di mana burung / unggas telah
diobati dengan obat-obatan hewan yang dapat ditransfer ke telur, telur mereka
harus dibuang sampai periode pemotongan untuk obat hewan tertentu telah
dicapai. Tingkat residu Didirikan maksimum (MRLs), termasuk yang
ditetapkan oleh Codex, untuk residu obat hewan dalam telur, dapat digunakan
untuk memverifikasi tindakan tersebut.
- Para dokter hewan dan / atau produsen / lapisan pembentukan pusat pemilik / manajer atau koleksi harus mencatat produk yang digunakan, termasuk jumlah, tanggal pemberian, identitas kambing domba dan periode penarikan.
- Para dokter hewan dan / atau produsen / lapisan pembentukan pusat pemilik / manajer atau koleksi harus mencatat produk yang digunakan, termasuk jumlah, tanggal pemberian, identitas kambing domba dan periode penarikan.
-
Skema sampling yang tepat dan protokol pengujian harus digunakan untuk
memverifikasi efektivitas on-farm kontrol penggunaan obat hewan dan dalam
memenuhi MRLs didirikan.
- Obat Hewan harus disimpan secara tepat dan sesuai dengan instruksi produsen.
- Obat Hewan harus disimpan secara tepat dan sesuai dengan instruksi produsen.
•
Khusus untuk negara-negara dimana Salmonella enteritidis telah dikaitkan dengan
unggas atau telur, pemantauan untuk SE melalui pengujian feses dan penggunaan
dari suatu protokol vaksinasi dapat mengurangi risiko illness4
manusia. Jika vaksin yang digunakan, harus disetujui oleh otoritas yang berwenang. Pemantauan
untuk SE juga dapat mencakup pengujian lingkungan dari sampah, debu, ventilasi
fans dll.
• Membuang telur dari ternak yang terinfeksi masih dalam produksi yang mewakili risiko bagi kesehatan manusia atau kambing domba, dengan cara yang aman atau secara khusus mengalihkan mereka ke sebuah proses yang menjamin penghapusan bahaya.
• Apabila memungkinkan, penghancuran ternak Enteridis Salmonella positif atau penyembelihan sesuai dengan persyaratan negara.
• Memastikan pengunjung, bila perlu, kenakan pakaian yang sesuai alas kaki, pelindung dan penutup kepala untuk mengurangi risiko bahaya memperkenalkan atau menyebarkan bahaya antara kambing domba. Pengunjung gerakan harus dikontrol untuk meminimalkan kemungkinan transfer patogen dari sumber lain.
• Membuang telur dari ternak yang terinfeksi masih dalam produksi yang mewakili risiko bagi kesehatan manusia atau kambing domba, dengan cara yang aman atau secara khusus mengalihkan mereka ke sebuah proses yang menjamin penghapusan bahaya.
• Apabila memungkinkan, penghancuran ternak Enteridis Salmonella positif atau penyembelihan sesuai dengan persyaratan negara.
• Memastikan pengunjung, bila perlu, kenakan pakaian yang sesuai alas kaki, pelindung dan penutup kepala untuk mengurangi risiko bahaya memperkenalkan atau menyebarkan bahaya antara kambing domba. Pengunjung gerakan harus dikontrol untuk meminimalkan kemungkinan transfer patogen dari sumber lain.
7.2. Daerah dan Perusahaan untuk
Sistem Telur Petelur
Bertelur
daerah dan perusahaan harus, sejauh memungkinkan, dirancang, dibangun,
dipelihara dan digunakan dengan cara yang meminimalkan paparan burung
peliharaan atau telur mereka terhadap bahaya dan hama.
Tidak
benar dilindungi dan dipelihara daerah dan bangunan untuk perumahan kambing
domba dan peletakan telur, khususnya untuk kisaran gratis dan gudang sistem
produksi dapat menyebabkan kontaminasi telur.
Mempertimbangkan
kondisi iklim, sistem produksi termasuk yang digunakan untuk menyediakan pakan,
air, tempat tinggal, mengatur suhu dan predator dan mengelola interaksi antara
burung harus dirancang, dibangun, dipelihara dan digunakan sedemikian rupa
untuk meminimalkan kemungkinan transfer patogen bawaan makanan
untuk telur, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Berikut
ini harus dipertimbangkan, bila memungkinkan, dalam penilaian daerah dan
instansi digunakan untuk peletakan telur:
•
Desain internal dan tata letak dari perumahan sebaiknya tidak mempengaruhi
kesehatan burung dan harus izin sesuai dengan praktek-praktek higienis yang
baik.
•
Fasilitas yang digunakan untuk ternak rumah harus dibersihkan dan didesinfeksi
dengan cara yang mengurangi risiko transfer patogen untuk kawanan
berikutnya.Sebuah langkah untuk setiap kandang harus diikuti, di mana layak,
dengan mempertimbangkan multi-usia rumah unggas. Proses semacam itu akan
memberikan kesempatan untuk menghilangkan tikus dan serangga sebelum kawanan
berikutnya diperkenalkan.
• Rencana harus di tempat untuk mendeteksi kegagalan dalam program pembersihan dan desinfeksi dan memastikan bahwa tindakan perbaikan yang diambil.
• Rencana harus di tempat untuk mendeteksi kegagalan dalam program pembersihan dan desinfeksi dan memastikan bahwa tindakan perbaikan yang diambil.
•
Penggunaan
sampah harus dikelola untuk mengurangi risiko memperkenalkan atau menyebarkan
bahaya. Pengiriman harus dilindungi, dipelihara dan dibersihkan, bila
perlu, untuk mencegah mikroba kontaminasi air.
•
Drainase sistem dan sistem untuk menyimpan dan penghapusan kotoran harus
dirancang, dibangun dan dipelihara sehingga dapat mencegah kemungkinan
mencemari pasokan air atau telur.
Akses
ke perusahaan telur menurut spesies hewan lain (yaitu anjing, kucing, hewan
liar dan burung lainnya) yang buruk dapat mempengaruhi keselamatan telur harus
diminimalkan.
Para
bertelur perusahaan harus, sejauh mungkin, tetap bersih. Akumulasi telur
pecah, kotoran, atau bahan yang tidak pantas lainnya harus diminimalkan untuk
mengurangi kemungkinan kontak dengan telur dan untuk meminimalkan menarik hama
ke dalam pembentukan.
8. Praktek Higienitas Umum
8.1. Pengairan
Air harus dikelola dengan cara yang meminimalkan potensi untuk transmisi bahaya, langsung atau tidak langsung, ke dalam atau pada sel telur.
Air harus dikelola dengan cara yang meminimalkan potensi untuk transmisi bahaya, langsung atau tidak langsung, ke dalam atau pada sel telur.
Air
yang digunakan dalam operasi produksi primer harus sesuai untuk tujuan yang
dimaksudkan dan tidak harus memberikan kontribusi untuk pengenalan bahaya
mikrobiologi atau kimia ke dalam atau pada telur.
Air
yang tercemar dapat mencemari pakan, peralatan atau burung petelur menyebabkan
pengenalan potensi bahaya dalam atau pada telur.
Ketika
air dapat menjadi sumber kontaminasi, pengolahan air minum untuk mengurangi
atau menghilangkan patogen termasuk Salmonella harus dipertimbangkan.
Potensi
sumber kontaminasi air dari limbah kimia atau kotoran benar berhasil harus
diidentifikasi dan dikendalikan untuk tujuan praktis untuk meminimalkan
kemungkinan mencemari telur.
Keselamatan yang tepat dan kriteria kesesuaian
yang memenuhi hasil yang diharapkan harus ditetapkan untuk setiap air yang
digunakan dalam produksi telur.
Apabila memungkinkan, praktik pembelian yang
baik untuk air dapat digunakan untuk meminimalkan risiko yang terkait dengan
bahaya di dalam air dan mungkin termasuk menggunakan jaminan vendor atau
perjanjian kontrak.
Jika
memungkinkan, air harus secara teratur diuji untuk memastikan bahwa air yang
diberikan kepada burung-burung adalah kualitas yang tidak memperkenalkan bahaya
dalam atau pada sel telur.
Setiap
penggunaan kembali air harus dikenakan analisis bahaya termasuk penilaian
apakah sesuai untuk rekondisi. Pengendalian titik kritis harus
diidentifikasi, sesuai, dan batas kritis yang didirikan dan diawasi untuk
memverifikasi kepatuhan.
Air
diresirkulasi atau didaur ulang untuk digunakan kembali harus dirawat dan
dipelihara dalam kondisi seperti ini bahwa tidak ada risiko terhadap
keselamatan dan kesesuaian hasil telur dari penggunaannya.
Rekondisi
air untuk digunakan kembali dan penggunaan reklamasi, air diresirkulasi dan
didaur ulang harus dikelola sesuai dengan prinsip HACCP.
8.2. Pakan
Pakan untuk peletakan dan / atau kawanan peternakan tidak harus memperkenalkan secara langsung maupun tidak langsung, mikrobiologi atau kimia kontaminan ke dalam telur yang menghadirkan risiko kesehatan yang tidak dapat diterima ke konsumen atau mempengaruhi kesesuaian telur dan produk telur.
Pakan untuk peletakan dan / atau kawanan peternakan tidak harus memperkenalkan secara langsung maupun tidak langsung, mikrobiologi atau kimia kontaminan ke dalam telur yang menghadirkan risiko kesehatan yang tidak dapat diterima ke konsumen atau mempengaruhi kesesuaian telur dan produk telur.
Pengadaan
yang tidak tepat, pembuatan dan penanganan pakan ternak dapat menyebabkan
pengenalan patogen dan organisme pembusuk ke kawanan pembibitan dan peletakan
dan pengenalan bahaya bahan kimia, seperti residu pestisida dan kontaminan
lainnya, yang dapat mempengaruhi keselamatan dan kesesuaian telur dan
telur produk.
Produsen
harus berhati-hati bila sesuai, selama produksi, transportasi, persiapan
pengolahan, pengadaan, penyimpanan, dan pengiriman pakan untuk mengurangi
kemungkinan bahaya memperkenalkan ke dalam sistem produksi.
Untuk
meminimalkan risiko yang terkait dengan bahaya dalam feed, praktik pembelian
baik untuk bahan pakan dan pakan harus digunakan. Ini mungkin termasuk
menggunakan jaminan vendor, perjanjian kontrak dan / atau membeli batch pakan
yang memiliki analisis mikrobiologi dan kimia dan disertai dengan sertifikat
analisis.
Pakan
harus dikelola sehingga tidak menjadi berjamur atau terkontaminasi dari limbah
termasuk tinja.
Sebagai
pakan dapat menjadi sumber kontaminasi, panas atau pengolahan lainnya dari
pakan untuk mengurangi atau menghilangkan patogen termasuk Salmonella harus
dipertimbangkan.
Bila produsen telur memproses pakan mereka sendiri, informasi harus disimpan tentang komposisi, asal-usul bahan, pengolahan parameter yang relevan dan bila memungkinkan, hasil dari setiap analisis dari pakan jadi.
Bila produsen telur memproses pakan mereka sendiri, informasi harus disimpan tentang komposisi, asal-usul bahan, pengolahan parameter yang relevan dan bila memungkinkan, hasil dari setiap analisis dari pakan jadi.
Pemilik
harus mencatat informasi yang relevan tentang pakan.
8.3. Kontrol Hama
Hama
harus dikontrol menggunakan program pengendalian hama yang dirancang dengan
baik seperti yang diakui sebagai vektor untuk organisme patogen. Setiap
tindakan pengendalian hama tidak harus menghasilkan tingkat yang tidak dapat
diterima residu, seperti pestisida, dalam atau pada telur.
Hama
seperti serangga dan hewan pengerat dikenal vektor untuk pengenalan patogen
manusia dan hewan ke dalam lingkungan produksi. Aplikasi yang tidak benar
bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan hama ini dapat memperkenalkan
bahaya kimia ke dalam lingkungan produksi.
Sebuah
program pengendalian hama yang dirancang dengan baik harus digunakan, yang
mempertimbangkan berikut:
•
Sebelum pestisida atau rodentisida yang digunakan, semua upaya harus dilakukan
untuk meminimalkan keberadaan serangga, tikus dan tikus dan mengurangi atau
menghilangkan tempat-tempat yang hama pelabuhan bisa.
- Sebagai kandang / pena / lampiran / kandang (jika digunakan) menarik hama tersebut, langkah-langkah seperti desain yang tepat, pembangunan dan pemeliharaan bangunan (jika ada), prosedur pembersihan yang efektif dan penghapusan limbah feses harus digunakan untuk meminimalkan hama.
- Tikus, tikus dan burung liar tertarik pada pakan disimpan. Setiap toko pakan harus ditempatkan, dirancang, dibangun dan dijaga agar menjadi, bila memungkinkan, tidak dapat diakses untuk hama. Pakan harus disimpan dalam wadah bukti hama.
- Sebagai kandang / pena / lampiran / kandang (jika digunakan) menarik hama tersebut, langkah-langkah seperti desain yang tepat, pembangunan dan pemeliharaan bangunan (jika ada), prosedur pembersihan yang efektif dan penghapusan limbah feses harus digunakan untuk meminimalkan hama.
- Tikus, tikus dan burung liar tertarik pada pakan disimpan. Setiap toko pakan harus ditempatkan, dirancang, dibangun dan dijaga agar menjadi, bila memungkinkan, tidak dapat diakses untuk hama. Pakan harus disimpan dalam wadah bukti hama.
•
Umpan harus selalu ditempatkan di "stasiun umpan" sehingga mereka
jelas, tidak dapat diakses oleh hewan atau serangga mereka tidak dimaksudkan
untuk dan dapat diidentifikasi dan ditemukan dengan mudah untuk memeriksa.
•
Jika diperlukan untuk menggunakan langkah pengendalian hama kimia, bahan kimia
harus disetujui untuk digunakan pada tempat makanan dan digunakan sesuai dengan
instruksi dari pabriknya.
•
Setiap bahan kimia pengendalian hama harus disimpan dengan cara yang tidak akan
mencemari lingkungan petelur. Bahan kimia tersebut harus disimpan dengan
cara yang aman. Mereka tidak harus disimpan dalam area basah atau dekat
dengan toko pakan atau dapat diakses oleh burung. Adalah lebih baik untuk
menggunakan umpan padat, sedapat mungkin.
8.4. Pertanian
dan Kedokteran Hewan Kimia
Pengadaan,
transportasi, penyimpanan dan penggunaan bahan kimia pertanian dan kedokteran
hewan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan risiko
kontaminasi telur, kawanan atau peletakan telur.
•
Transportasi, penyimpanan dan penggunaan bahan kimia pertanian dan kedokteran
hewan harus sesuai dengan instruksi produsen.
•
Penyimpanan dan penggunaan bahan kimia pertanian dan kedokteran hewan tentang
Pembentukan bertelur harus dievaluasi dan dikelola, karena mereka mungkin
merupakan bahaya langsung atau tidak langsung untuk telur dan kawanan.
•
Residu kimia pertanian dan kedokteran hewan tidak boleh melebihi batas yang
ditetapkan oleh Codex Alimentarius Commission atau sesuai undang-undang
nasional.
•
Pekerja yang berlaku bahan kimia pertanian dan kedokteran hewan harus menerima
pelatihan dalam prosedur aplikasi yang tepat.
•
Bahan kimia pertanian dan kedokteran hewan harus disimpan dalam wadah asli
mereka. Label harus memiliki nama zat kimia dan petunjuk untuk aplikasi
mereka.
•
Peralatan yang digunakan untuk menerapkan atau mengelola bahan kimia pertanian
dan kedokteran hewan harus disimpan atau dibuang dengan cara yang tidak
mewakili suatu bahaya langsung atau tidak langsung untuk telur dan kawanan.
•
Kontainer pertanian dan kedokteran hewan kosong harus dibuang sesuai dengan
peraturan yang berlaku dan / atau petunjuk dari produsen dan tidak boleh
digunakan untuk tujuan lain.
•
Jika memungkinkan dan dapat dilakukan, produsen harus menyimpan catatan dari
aplikasi kimia pertanian dan hewan. Catatan harus mencakup informasi pada
tanggal aplikasi, bahan kimia yang digunakan, konsentrasi, metode dan frekuensi
aplikasi, tujuan untuk menggunakan aplikasi kimia dan di mana ia diterapkan.
9. Pengumpulan, Penanganan, Penyimpanan Dan
Pengangkutan Telur
Telur harus dikumpulkan, ditangani, disimpan dan diangkut
dalam keadaan yang dapat meminimalkan kontaminasi dan/atau kerusakan pada kulit
telur atau telur, dan memperhatikan/mempertimbangkan untuk waktu-suhu, terutama
fluktuasi suhu.
Diperlukan tindakan yang tepat dalam
pembuangaan telur yang tidak aman dan tidak cocok untuk melindungi telur lain
dari kontaminasi.
Koleksi
yang tepat, apakah menggunakan metode manual atau otomatis, penanganan,
penyimpanan dan pengangkutan telur merupakan elemen penting dari sistem kendali
yang diperlukan untuk memproduksi telur dan produk telur yang aman. Kontak
dengan peralatan yang tidak bersih dan bahan asing atau metode yang menyebabkan
kerusakan pada cangkang telur, berkonstribusi dalam menyebabkan kontaminasi
telur.
Apakah metode manual atau otomatis yang akan digunakan
untuk mengumpulkan telur, produsen harus meminimalkan waktu antara bertelur dan
penanganan lebih lanjut atau pengolahan. Yang penting, waktu antara peletakan
telur dan suhu penyimpanan terkontrol harus diminimalkan.
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan, menangani,
menyimpan dan transportasi telur harus dapat
meminimalkan kerusakan pada cangkang, dan menghindari kontaminasi dan
praktek harus mencerminkan hal berikut:
•
Retak dan/atau telur yang kotor harus
dikecualikan dari perdagangan telur.
•
Retak dan/atau kotor telur harus diolah atau
dikemas sebagaimana mestinya, sesegera mungkin setelah pengumpulan (lihat
Bagian 5.1).
•
Praktek-praktek higienis, yang
memperhitungkan waktu dan faktor suhu, harus digunakan untuk melindungi
terjadinya kelembaban pada permukaan telur untuk meminimalkan pertumbuhan
mikroba.
•
Telur yang rusak dan / atau kotor harus
dipisahkan dari telur yang bersih dan utuh.
•
Telur
yang rusak dan telur inkubator tidak boleh dikonsumsi manusia dan harus dibuang
dengan cara yang aman.
9.1 Peralatan untuk mengumpulkan telur
Peralatan untuk mengumpulkan telur harus terbuat dari
bahan yang tidak beracun dan dirancang, dibangun, dipasang, dirawat dan
digunakan sedemikian rupa untuk memenuhi standar kebersihan.
Hal ini penting untuk mencegah kerusakan pada kulit telur
yang disebabkan alat pengumpul telur, kerusakan tersebut dapat menyebabkan
kontaminasi dan akibatnya mempengaruhi keamanan dan kesesuaian telur dan produk
telur. Penting juga bahwa peralatan tersebut dipelihara dengan standar
kebersihan yang memadai untuk mencegah kontaminasi dari telur.
Peralatan mengumpulkan telur dan wadah harus dibersihkan
dan didesinfeksi secara teratur, atau diganti jika diperlukan, dengan frekuensi
yang cukup untuk meminimalkan atau mencegah kontaminasi telur.
Wadah sekali pakai sebaiknya tidak digunakan
kembali.Peralatan untuk mengumpulkan telur harus dipelihara dalam kondisi kerja
yang tepat dan hal ini harus diverifikasi secara berkala.
9.2 Pengepakan dan penyimpanan
Pengemasan telur dan peralatan kemasan harus dirancang,
dibangun, dipelihara dan digunakan dengan cara yang dapat meminimalkan
kerusakan pada kulit telur dan menghindari pengenalan kontaminan dalam atau
pada telur.
Dimanapun telur disimpan, harus dengan cara yang
meminimalkan kerusakan cangkang dan menghindari pengenalan kontaminan, atau
pertumbuhan mikroorganisme yang ada dalam atau pada telur, memberikan
pertimbangan ke waktu dan kondisi temperatur.
Setiap
kemasan telur, penyimpanan atau peralatan yang terkait tidak mentransfer substansi
pada telur yang akan mempengaruhi resiko kesehatan bagi konsumen.
Peralatan yang digunakan harus tahan korosi dan mudah
dibersihkan dan disinfeksi atau jika perlu dapat dibongkar dan dipasang
kembali.
Suhu penyimpanan, waktu dan kelembaban tidak harus
memiliki efek yang merugikan pada keamanan dan kesesuaian telur. Waktu dan
kondisi suhu dan kelembaban untuk penyimpanan telur di peternakan harus
ditetapkan dengan mempertimbangkan kondisi higienis dari telur, bahaya yang
kemungkinan akan dapat terjadi, penggunaan akhir telur, dan lama penyimpanan
yang direncanakan.
9.3 Transportasi, Prosedur Pengiriman
dan Peralatan
Setiap kali telur diangkut, harus dengan cara yang dapat
meminimalkan kerusakan pada telur atau cangkang telur dan menghindari
pengenalan kontaminan dalam atau pada telur.
Personil dan akses kendaraan harus memadai untuk
penanganan telur higienis, seperti kontaminasi yang tidak diperkenalkan ke
pertanian dan dengan demikian dalam atau pada telur.
Truk, lori atau kendaraan lain atau peralatan, yang
membawa telur, harus dibersihkan pada frekuensi yang diperlukan untuk mencegah
kontaminasi antara peternakan atau tempat telur.
Kondisi waktu dan suhu untuk pengangkutan dan pengiriman
telur dari produsen harus ditetapkan dengan mempertimbangkan kondisi higienis
dari telur, bahaya yang kemungkinan akan dapat terjadi, penggunaan akhir telur,
dan durasi penyimpanan yang direncanakan .
Kondisi ini dapat ditentukan dalam
undang-undang, dalam kode praktek, atau oleh prosesor penerima telur
bekerjasama dengan produsen telur dan transporter dan otoritas yang relevan.
Prosedur pengiriman harus memadai untuk penanganan telur
yang higienis.
10.
Pembersihan, Pemeliharaan Dan Higienitas Personil Pada Produksi Utama
10.1 Pembersihan dan pemeliharaan
Program pembersihan dan disinfeksi harus di tempat, dan
keberhasilan mereka harus diverifikasi secara berkala; program pemantauan
lingkungan dilaksanakan di mana memungkinkan dan dapat dilakukan.
Program-program ini harus mencakup prosedur pembersihan
rutin ketika burung ada di rumah unggas. Pembersihan penuh dan program
disinfeksi harus diterapkan ketika rumah unggas kosong.
Pembersihkan rumah unggas harus mencakup prosedur
pembersihan dan / atau sanitasi kotak sarang / kandang, rumah unggas, membuang
sampah terkontaminasi, bahan sarang dan kotoran dari unggas yang sakit dan,
bila perlu pembuangan, aman telur dari ternak yang terinfeksi dan mati atau
sakit burung.
Pembentukan bertelur harus aman bagi kembalinya stok
baru.
10.2
Kebersihan personil, kesehatan, dan fasilitas sanitasi
10.2.1 Personil Higiene
Persyaratan Kebersihan dan kesehatan harus diikuti untuk
memastikan bahwa personil yang kontak ke dalam dengan telur tidak mungkin
mencemari telur.
Persyaratan Kebersihan dan kesehatan harus diikuti untuk
memastikan bahwa personil yang kontak langsung dengan unggas, tidak mungkin
mentransmisikan penyakit antar burung.
Petugas harus memahami dan mengikuti langkah-langkah
pencegahan khusus yang berhubungan dengan penanganan burung dan / atau telur,
sehingga mencegah menyebarnya bahaya dari satu ke yang lain, dari fasilitas
lain atau dari kontaminasi silang burung dari personil.
Petugas harus diperintahkan secara memadai dan / atau
dilatih untuk menangani telur dan unggas peliharaan untuk memastikan penggunaan
praktek-praktek higienis yang baik yang akan meminimalkan risiko kontaminasi
telur atau kambing domba.
10.2.2 Status Kesehatan
Petugas harus berada dalam kesehatan yang baik dan tidak
membawa penyakit atau sakit yang cenderung mempengaruhi kesehatan kawanan atau
keamanan dan kesesuaian telur.
Orang yang diduga, menderita, atau menjadi pembawa
penyakit atau penyakit mungkin menular ke burung atau telur seharusnya tidak
diperbolehkan untuk memasuki fasilitas burung atau koleksi telur atau area
penanganan, jika ada kemungkinan mereka mencemari burung atau telur. Setiap
orang yang terkena dampak harus segera melaporkan penyakit atau gejala penyakit
kepada manajemen.
10.2.3 Kebersihan Pribadi
Personil yang memiliki kontak langsung dengan telur harus
menjaga kebersihan pribadi dengan ketat dan, bila sesuai, memakai penutup
pakaian pelindung yang sesuai, alas kaki dan kepala yang tidak mungkin untuk
mengkontaminasi daerah bertelur.
Petugas harus mencuci tangan mereka sebelum mulai bekerja
yang melibatkan penanganan telur, setiap kali mereka kembali untuk menangani
daerah setelah istirahat, segera setelah menggunakan toilet, dan setelah
memegang sesuatu yang mungkin mencemari telur.
10.2.4 Fasilitas Sanitary
Fasilitas harus tersedia untuk memastikan kebersihan
pribadi dapat dipertahankan.
Fasilitas
harus:
•
Terletak di dekat ke mana pun telur atau
unggas peliharaan akan ditangani;
•
Dibangun untuk memfasilitasi penghapusan
higienis limbah dan menghindari kontaminasi dari fasilitas, peralatan, bahan
baku dan lingkungan sekitarnya;
•
Memiliki sarana yang memadai untuk higienis
mencuci dan mengeringkan tangan dan desinfeksi alas kaki, dan
•
Dipertahankan dalam kondisi sanitasi dan
perbaikan baik setiap saat.
11.
Dokumentasi Dan Menjaga Rekor
Dokumentasi harus disimpan, karena yang diperlukan dan
bila memungkinkan, untuk memverifikasi efektivitas sistem kontrol. Dokumentasi
prosedur dapat meningkatkan kredibilitas dan efektivitas sistem keamanan
makanan kontrol.
Sehubungan dengan keamanan pangan, catatan harus disimpan
pada:
•
Pencegahan dan pengendalian penyakit burung
dengan dampak pada kesehatan masyarakat;
•
Identifikasi dan gerakan burung dan telur;
•
Penggunaan bahan kimia pertanian dan
pengendalian hama;
•
Alam dan sumber pakan, bahan pakan dan air;
•
Penggunaan obat-obatan hewan / obat-obatan;
•
Hasil pengujian di mana pengujian dilakukan;
•
Status Kesehatan personil;
•
Pembersihan dan disinfeksi, dan
•
Lacak / penelusuran produk dan ingat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Syamsir, Elvira.
“Keamanan
Mikrobiologi Telur” http://kulinologi.biz/index1.php?view&id=904 (diakses tanggal 1
Mei 2012).
2. Hartoko. “Komposisi dan Gizi Telur” http://hartoko.wordpress.com/gizi/pengetahuan-bahan-pangan-hewani/telur/ (diakses tanggal 1 Mei 2012)
3. Yunita. “Menentukan Mutu Telur” http://www.kulinologi.co.id/index1.php?view&id=900 (diakses tanggal 4 Mei 2012)
4. Code Of Hygienic
Practice For Eggs And Egg Products. CAC/RCP. 1976; 1:22.
5. Food and Environtmental Hygine Department. 2004.
“Salmonella in Egg and Egg Product”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar