MAKALAH MIKROBIOLOGI PANGAN
FOODBORNE AGENT
“Shigella
dysenteriae”
Kelompok 17 :
Muthia Nada Syadza 22030110120060
Surya Saputra 22030110110061
Feni Andari 22030110120062
PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Selama ini, kasus keracunan makanan (foodborne
disease) merupakan penyebab utama masalah
kesehatan masyarakat. Foodborne
disease terjadi
akibat mengonsumsi makanan yang terkontaminasi
oleh mikroorganisme
patogen. Untuk mengatasi masalah foodborne
disease dan
membunuh bakteri patogen penyebab foodborne disease, masyarakat pada umumnya
menggunakan antibiotik. Akan tetapi,
antibiotik memberikan efek yang merugikan seperti resistensi bakteri patogen
dan terbunuhnya seluruh koloni mikroba di dalam usus baik yang menguntungkan
maupun yang merugikan. 3
Penyakit
akibat bakteri merupakan penyakit yang sudah sering dijumpai di berbagai
negara-negara berkembang terutama di Indonesia. Penyakit ini juga bisa disebut
penyakit
merakyat karena menyerang hampir seluruh lapisan masyarakat. Diantara
penyakit infeksi yang disebabkan berbagai bakteri, yang masih menjadi perhatian yaitu infeksi bakteri Shigella dysentriae. Shigella dysenteriae merupakan intestinal patogen
yang menyebabkan penyakit disentri basiler. Bakteri ini menyebabkan
disentri yang berat dan invasive. Manifestasi klinis yang ditimbulkannya
dapat berupa diare sedang sampai banyak,yang disertai panasdanmual,dengansifatwater(diare dengan komposisi feses didominan cairan/air) ataupun diareberdarah. Selama ini
digunakan antibiotik untuk mengobati “bloody
diarrhea” (diare disertai darah) dengan tujuan memperpendek masa
sakit, menurunkan morbiditas, dan mengurangi durasi perubahan
siklus hidupnya.
B.
Rumusan masalah
1.
Bagaimana organisme dan karakteristik Shigella dysentriae ?
2.
Bagaimana pathogenesis dan gejala klinis Shigella
dysentriae ?
3.
Bagaimana isolasi dan identifikasi Shigella
dysentriae ?
4.
Bagaimana hubungan Shigella
dysentriae
dengan makanan ?
5.
Bagaimana pencegahan penyakit disentri yang
disebabkan oleh Shigella dysentriae ?
C.
Tujuan
1.
Dapat mengetahui organisme dan karakteristik Shigella
dysentriae
2.
Dapat mengetahui pathogenesis dan gejala
klinis Shigella dysentriae
3. Dapat
mengetahui isolasi dan identifikasi Shigella
dysentriae
4. Dapat
mengetahui hubungan Shigella dysentriae
dengan makanan
5. Dapat
mengetahui pencegahan penyakit disentri
yang deisebabkan oleh Shigella dysentriae
BAB II
PEMBAHASAN
Genus
Shigella ditemukan sebagai penyebab
bacillary disentri oleh ahli mikrobiologi Jepang, Kiyoshi Shiga pada 1898. Shigella adalah penyakit
yang ditularkan melalui makanan atau air. Organisme Shigella menyebabkan
disentri basiler dan menghasilkan respons inflamasi pada kolon melalui
enterotoksin dan invasi bakteri.1
Bakteri Shigella dysenteriae dapat
menyebabkan penyakit disentri basilar. Disentri basilar adalah infeksi usus
besar oleh bakteri patogen genus Shigella. Shigella dysenteriae merupakan
penyebab penyakit yang paling ganas dan menimbulkan epidemi hebat di daerah
tropis dan subtropis (Soedarto,1996). Pengobatan infeksi dapat digunakan dengan
antibiotik yang telah diresepkan secara luas seperti pada saat sekarang ini
(Gould and Brooker, 2003).
Shigellosis
adalah infeksi enterik invasif akut yang disebabkan oleh bakteri yang masuk
kedalam genus Shigella, secara klinis
ditunjukkan dengan diare yang sering berdarah. Shigellosis banyak menjadi endemik di banyak negara berkembang dan
juga menjadi epidemi yang menyebabkan cukup morbiditas dan kematian.1
Di antara empat jenis shigella,
Shigella dysenteriae
tipe 1 ( sd1 ) merupakan yang penting karena dapat menyebabkan penyakit yang
paling parah dan dapat menjadi epidemi di daerah besar. Kendala utama untuk
mengontrol Shigellosis
adalah cepat menyebarnya Shigella
dari orang ke orang dan perlawanan
antimikrobial yang berkembang cepat.1
Makanan yang sering terkontaminasi Shigella adalah salad, sayuran segar
(mentah), susu dan produk susu, serta air yang terkontaminasi. Sayuran segar
yang tumbuh pada tanah terpolusi dapat menjadi faktor penyebab penyakit,
seperti disentri basiler atau Shigellosis yang disebabkan oleh Shigella.
Menurut USFDA (1999), diperkirakan 300.000 kasus Shigellosis terjadi di Amerika Serikat setiap tahun. 6
Dengan perlakuan secara biokimia
shigella relative menjadi tidak aktif bila dibandingkan dengan spesies Escherichia. Studi-studi yang berkaitan
tentang DNA telah menunjukkan bahwa mereka masuk dalam genus yang sama, nmaun
pengelompokan keduanya tetap dipertahankan karena tidak seperti Escherichia, kebanyakan Shigella adalah patogen dan berpotensi menyebabkan penyakit yang
parah.1
A. Organisme
dan karakteristik
Bentuk : Cocobasil
Susunan : tunggal
Warna : merah
Sifat : gram negative
1.
Sistematika dan klasifikasi Shigella
dysenteriae
Sistematika
dari Shigella dysenteriae adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Bacteria
Phylum
: Proteobacteria
Ordo
: Enterobacteriales
Famili
: Enterobacteriaceae
Genus
: Shigella
Spesies
: Shigella dysenteriae (Anonimc, 2010).7
Spesies shigella diklasifikasi menjadi empat serogroup:
· Serogroup A: S. dysenteriae (12 serotypes)
· Serogroup B: S. flexneri (6 serotypes)
· Serogroup C: S. boydii (23 serotypes)
·
Serogroup D: S.
sonnei (1 serotype). 9
Gambar : spesies dan serogroup dari Shigella 1
Genus Shigella
meliputi empat spesies: S. dysenteriae,
S. flexneri, S. boydii dan S. sonnei, masing – masing juga disebut sebagai
Grup A, B, C dan D. Tiga spesies pertama meliputi beberapa serotipe. S. sonnei dan S. boydii biasanya menyebabkan penyakit yang relatif ringan dalam
diare yang mungkin berair atau berdarah. S.
flexneri adalah penyebab utama dari shigellosis yang endemik di negara
berkembang. Imunitas adalah serotypespesifik.1
Shigella
dysenteriae tipe 1, juga dikenal sebagai bacillus Shiga, berbeda dari Shigella
lain dalam 4 hal yaitu :
1. menghasilkan
cytotoxin ampuh (Shiga racun)
2. menyebabkan
penyakit yang lebih parah, lebih berkepanjangan , dan lebih sering fatal
daripada penyakit yang disebabkan oleh Shigella
lain.
3. Perlawanan
terhadap antimicrobials terjadi lebih sering daripada antara lain Shigella
4.
menyebabkan epidemi besar
yang sering terjadi didaerah, sering dengan angka serangan yang tinggi dan kasus kematian yang lebih tinggi. 1
2. Morfologi
Shigella dysenteriae merupakan
bakteri Gram negatif yang tipis atau ramping, tidak berkapsul, tidak membentuk
spora, bentuk Coccobacilli
terjadi pada perbenihan muda. Bakteri ini
merupakan salah satu bakteri fakultatif anaerob, tetapi dapat tumbuh dengan baik
secara aerob. Koloni Shigella cembung,
bundar, transparan dengan diameter sampai kira-kira 2 mm dalam 24 jam. Semua Shigella memfermentasi glukosa. Shigella membentuk asam dari karbohidrat
tetapi jarang memproduksi gas. 7
Gambar
: intraseluler Shigella
Bakteri ini tidak meragi laktosa, kecuali Shigella
sonnei. Ketidakmampuannya untuk meragikan laktosa membedakan bakteri Shigella pada perbenihan diferensial. Shigella
juga dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu bagian yang dapat memfermentasi
manitol dan yang tidak dapat memfermentasi manitol (Jawetz et al., 2005).
7
Shigella sp
mempunyai susunan antigen yang kompleks. Terdapat banyak tumpang tindih dalam
sifat serologi berbagai spesies dan sebagian besar bekteri ini mempunyai
antigen O yang juga dimiliki oleh bakteri enteric lainnya. Antigen somatic O
dari Shigella sp. adalah lipopolisakarida.
Kekhususan serologiknya tergantung pada polisakarida dan terdapat lebih dari 40
serotipe. Klasifikasi Shigella
sp didasarkan pada sifat-sifat biokimia dan antigeniknya (
Jawetz et al.,2005). 4
Semua spesies Shigella menyebabkan diare berdarah yang akut dengan menyerang dan
menyebabkan kehancuran dari colonic epitelium. Hal ini menyebabkan
pembentukan micro-ulcers dan peradangan exudates, dan menyebabkan peradangan
sel (polymorphonuclear leucocytes, PMNS
) dan darah muncul pada feses. Feses
diarrhoeal yang berisi 106- 108 Shigellae
per gram. Sekali diekskresikan, organisme yang sangat peka terhadap kondisi
lingkungan akan hidup dan mati dengan cepat , terutama ketika kondisi
lingkungan kering atau terkena sinar matahari langsung . 1
3.
Fisiologi
Sifat pertumbuhan adalah aerob dan fakultatif anaerob, pH
perrtumbuhan 6,4 – 7,8 suhu pertumbuhan optimum 370C kecuali S. sonnei dapat
tumbuh pada suhu 450 C. Sifat biokimia yang khas adalah negative pada reaksi adonitol tidak
membentuk gas pada fermentasi glukosa, tidak membentuk H2S kecuali S.flexneri,
negative terhadap sitrat, DNase, lisin, fenilalanin, sukrosa, urease, VP,
manitol, laktosa secara lambat, manitol, xylosa dan negative pada test
motilitas. Sifat koloni kuman adalah sebagai berikut : kecil, halus, tidak
berwarna, bila ditanam pada media agar SS, EMB, Endo, Mac Conkey. 9
4.
Variasi
Mutan-mutan
dengan sifat-sifat biokimia, antigen dan pathogen yang berbeda sering timbul
dari strain induk. Variasi dari bentuk koloni halus (H) menjadi kasar (K)
dihubungkan dengan hilangnya daya invasi. 9
5. Habitat
Habitat
alami Shigella dysenteriae terbatas pada usus besar manusia dan binatang
menyusui, dimana Shigella dysenteriae memproduksi eksitoksin yang tidak tahan
panas yang mempengaruhi usus dan susunan saraf pusat. Penyebaran Shigella dysenteriae
selalu terbatas pada saluran pencernaan, penyebaran ke dalam aliran darah
sangat jarang. Bakteri Shigella dysenteriae dapat menimbulkan penyakit
yang sangat menular (Jawetz et al., 2005). 7
6.
Daya
tahan
Shigella sp yang kurang tahan
terhadap agen fisik dan kimia dibandingkan Salmonella. Tahan dalam ½ % fenol
selama 5 jam dan dalam 1% fenol dalam ½ jam. Tahan dalam es selama 2 bulan.
Dalam laut selama 2-5 bulan. Toleran terhadap suhu rendah dengan kelembaban
yang cukup. Garam empedu konsentrasi yang tinggi mengambat pertumbuhan strain
tertentu. Kuman akan mati pada suhu 55⁰C. 9
B. Patogenesis
dan patologi
Shigellosis
disebut juga Disentri basiler, disentri sendiri artinya salah satu dari berbagai
gangguan yang ditandai dengan peradangan usus, terutama kolon dan disertai
nyeri perut, tenesmus dan buang air besar yang sering mengandung darah dan
mucus. Habitat alamiah bakteri disentri adalah usus besar manusia, tempat
bakteri tersebut dapat menyebabkan disentri basiler. Infeksi S.dysenteriae praktis selalu terbatas
pada saluran pencernaan, dan invasi bakteri ke dalam darah sangat jarang. S.dysenteriae menimbulkan penyakit yang
sangat menular dengan dosis infektif dari bakteri S.dysenteriae adalah kurang dari 103 organisme dan
merupakan golongan Shigella sp yang
cenderung resisten terhadap antibiotic (Jewetz et al., 2005).
Proses patologik yang penting adalah invasi
epitel selaput lender, mikroabses pada dinding usus besar dan ileum terminal
yang cenderung mengakibatkan nekrosis selaput lender, ulserasi superficial,
pendarahan, pembentukan “pseudomembran” pada daerah ulkus. Ini terdiri dari
fibrin, leukosit, sisa sel, selaput lender yang nekrotik dan bakteri. Waktu
proses patologik berkurang, jaringan granulasi akan mengisis ulkus sehingga
terbentuk jaringan parut (Jewetz et al., 2005). S. dysenteriae dapat menyebabkan 3 bentuk diare :
·
Disentri klasik dengan tinja
yang konsisten lembek disertai darah, mucus dan pus
·
Watery diarrhea
·
Kombinasi antara disentri
klasik dengan tinja yang konsisten lembek disertai darah, mucus, pus dengan
watery diarrhea. 8
Secara klasik, Shigellosis
timbul dengan gejala adanya nyeri abdomen, demam, BAB berdarah, dan feses
berlendir. Gejala awal terdiri dari demam, nyeri abdomen, dan diare cair tanpa
darah, kemudian feses berdarah setelah 3 – 5 hari kemudian. Lamanya gejala
rata-rata pada orang dewasa adalah 7 hari, pada kasus yang lebih parah menetap
selama 3 – 4 minggu. Shigellosis kronis dapat menyerupai kolitis
ulseratif, dan status karier kronis dapat terjadi.
Manifestasi ekstraintestinal Shigellosis dapat terjadi,
termasuk gejala pernapasan, gejala neurologis seperti meningismus, dan Hemolytic
Uremic Syndrome. Artritis oligoartikular asimetris dapat terjadi hingga 3
minggu sejak terjadinya disentri. Pulasan cairan feses menunjukkan
polimorfonuklear dan sel darah merah. Kultur feses dapat digunakan untuk
isolasi dan identifikasi dan sensitivitas antibiotik. 5
Penata laksanaan Shigellosis dengan pemberian antibakteri
seperti kotrimoksazol, ciprofloksasin, ampisilin, asam nalidixic atau
ceftriaxone dapat membantu memperpendek masa sakit dan sekresi patogen serta
meringankan penyakit. Obat-obat antibakteri tersebut harus digunakan pada
situasi tertentu dengan indikasi yang jelas, indikasi tersebut antara lain
untuk mengurangi beratnya penyakit, untuk melindungi kontak dan indikasi
epidemiologis. Resistensi bakteri Shigella
sp terhadap antibiotic dengan segala aspeknya bukanlah merupakan suatu hal
yang baru, dimana selama 5 dekade terakhir bakteri Shigella sp telah
resisten terhadap berbagai antibakteri baru yang pada awalnya sangat efektif
terhadap infeksi Shigella sp yang
resisten terhadap multiantibiotik, seperti S.
dysenteriae tipe 1, ditemukan di seluruh dunia dan timbul sebagai akibat
pemakaian antibiotika yang tidak rasional. Akibat sering terjadinya resistensi
terhadap suatu antibakteri maka pemilihan antibakteri yang tepat perlu dilakukan,
dimana pemilihan antibakteri tergantung kepada gambaran resistensi bakteri
setempat sesuai prevalensi infeksi yang terjadi pada daerah tersebut (James,
2001). 8
Sesudah
masa inkubasi yang pendek (1-2 hari), ada serangan tiba-tiba berupa sakit perut,
demam, dan diare cair. Diare terjadi akibat pengaruh eksotoksin dalam usus
kecil. Eksotoksin merupakan sebuah protein antigenik (merangsang produksi antitoksin)
dan mematikan pada binatang percobaan. Pada manusia, eksotoksin dapat menghambat
penyerapan gula dan asam amino pada usus kecil (Jawetz et al., 2005).7
Gambar : invasi shigella
dysenteriae
·
Toksin
Shigella
sp menghasilkan toksin yang disebut Shigatoksin
dan mengadakan multiplikasi tanpa invasi di dalam jejunum kemudian memproduksi
toksin. Toksin ini kemudian berikatan dengan reseptor dan menyebabkan aktivasi
proses sekresi sehingga terjadi diare cair yang tampak pada awal penyakit, hal
ini merupakan tanda dari sifat enterotoksik shigatoksin. Selanjutnya,
perjalanan penyakit melibatkan usus besar dan invasi jaringan dimana aksi
shigatoksin akan memperberat gejalanya. Efek enterotoksin shigatotoksin lebih
pada penghambatan absorpsi elektrolit, glukosa, dan asam amino dari lumen
intestinal (Dzen dkk, 2003).8
Toksin shigella dysenteriae dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1.
Endotoksin
Pada waktu terjadi autolisis, semua Shigella mengeluarkan
lipopolisakaridanya yang toksik. Endotoksin ini mungkin menambah iritasi pada
dinding usus.
2.
Eksotoksin (Shigella dysentriae)
S. Dysentriae tipe 1 (basil Shiga)
memproduksi eksotoksin tidak tahan panas yang dapat mempengaruhi saluran
pencernaan dan sistem saraf pusat. Eksotoksin merupakan protein yang bersifat
antigenik (merangsang produksi antitoksin) dan mematikan hewan percobaan.
Sebagai enterotoksin, zat ini dpat menimbulkan diare, sebagaimana halnya
enterotoksin. 9
Terapi dengan rehidrasi yang
adekuat secara oral atau intravena, tergantung dari keparahan penyakit. Derivat
opiat harus dihindari. Terapi antimikroba diberikan untuk
mempersingkat berlangsungnya penyakit danpenyebaranbakteri.Trimetoprim-sulfametoksazole
atau fluoroquinolon dua kali sehari selama 3 hari merupakan antibiotik
yang dianjurkan. 5
Antibiotik terpilih untuk infeksi Shigella adalah
ampisilin, kloramfenikol, sulfametoxazol-trimetoprim. Beberapa sumber lain
menyebutkan bahwa kanamisin, streptomisin dan neomisin merupakan antibiotik
yang dianjurkan untuk kasus-kasus infeksi Shigella. Masalah resistensi
kuman Shigella terhadap antibiotik dengan segala aspeknya bukanlah
merupakan suatu hal yang baru. Shigella yang resisten terhadap
multiantibiotik (seperti S. dysentriae 1) ditemukan di seluruh dunia dan
sebagai akibat pemakaian antibiotika yang tidak rasional.
·
Gambaran Klinik
Setelah masa inkubasi yan g pendek (1-3 hari) secara mendadak
timbul nyari perut, deman dan tinja encer. Tinja encer tersebut berhubungan
dengan kerja eksotoksin dalam usus halus. Sehari atau beberapa hari kemudian,
karena infeksi meliputi ileum dan kolon, maka jumlah tinja meningkat; tinja
kurang encer tetapi sering mengandung lendir dan darah.
Tiap
gerakan usus disertai dengan ‘mengejan’ dan tenesmus (spasmus rektum), yang
menyebabkan nyeri perut bagian bawah. Demam dan diare sembuh secara spontan
dalam 2-5 hari pada lebih dari setengah kasus dewasa. Namun, pada anak-anak dan
orang tua, kehilangan air dan elektrolit dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis,
dan bahkan kematian. Penyakit yang disebabkan oleh S.dysenteriae dapat
sangat berat.
Kebanyakan orang pada tahap penyembuhan,mengeluarkan
kuman disentri dalam waktu yang singkat, tetapi beberapa diantaranya tetap
menjadi pembawa kuman usus hingga menahun dan dapat mengalami serangan penyakit
berulang-ulang. Pada penyembuhan infeksi, kebanyakan orang membentuk antibody
terhadap Shigella dalam darahnya,
tetapi antibody ini tidak melindungi terhadap reinfeksi.
·
Cara
penularan
Shigella
tersebar oleh kontak langsung dengan orang yang terinfeksi, atau makan makanan
terkontaminasi atau minum air yang terkontaminasi. Lalat mungkin juga menjadi
penyebab tumbuhnya organisme. Dosis infektif yang rendah, sedikitnya 200
organisme yang dapat memfasilitasi penyebaran dari orang yang satu dengan orang
yang lain. Manusia dan beberapa primata hanya menjadi reservoir Shigella. 1
C. Isolasi
dan identifikasi
Kurangnya perhatian shigella sebagai
pathogen keracunan makanan menyebabkan proses isolasi dan identifikasi dari
makanan menjadi relative tidak berkembang. Teknik identifikasi yang cepat
didasarkan pada:
·
metode immunoassays yang
mendeteksi virulensi penanda antigen.
·
metode reaksi rantai
polymerase untuk mendeteksi plasmid virulensi oleh DNA hibridasi. 2
D. Hubungan
shigella dengan makanan
Kasus-kasus keracunan makanan yang menyebabkan shigellosis dianggap jarang
dan beberapa orang menganggap suatu permasalahan yang tidak bermakna.
Kasus-kasus keracunan lebih dikaitkan dengan salmonella. Pada kasus keracunan
makanan yang menyebabkan shigellosis
biasanya disebabkan oleh adanya kontaminasi shigella
pada tahap persiapan makan. Adanya kontaminasi dihubungkan dengan sistem
pembuangan tinja yang tidak sempurna dan organism (vector) yang mendukung
terjadinya kontaminasi adalah lalat (tinja dari orang karier).
Makanan yang tidak dimasak dengan benar
seperti cocktail udang dan salad tuna diidentifikasi telah terlibat dalam
sejumlah wabah. Di Cambridgeshire,
Inggris, pada tahun 1992 diadakan pesta
dengan hidangan makanan prasmanan,
didapati 107 dari 200 tamu terinfeksi diare dan sh. sonnei diisolasikan
81 dari 93 sampel tinja yang ambil .
Organisme ini juga terisolasi dari
penyedia catering. Penyelidikan mengungkapkan hubungan yang kuat antara
penyakit dan konsumsi dua piring udang dimana kontaminasi terjadi pada tahap
persiapan yang terjadi di tempat penyedia catering tadi. 2
E. Pencegahan
Pencegahan penyakit disentri yang disebabkan
oleh Shigella dapat dilakukan dengan langkah-langkah yang meliputi :
·
Cuci tangan dengan sabun
·
Menjamin ketersediaan air
minum yang aman
·
Pembuangan limbah kotoran
manusia yang aman
·
Pemberian ASI eksklusif pada
bayi
·
Penanganan dan pengolahan
makanan yang aman
·
Pengendalian alat
Langkah-langkah tersebut tidak hanya akan
mengurangi kejadian Shigellosis, tapi penyakit diare juga. Dalam semua kasus,
pendidikan kesehatan dan kerjasama masyarakat dalam melaksanakan tindakan
pengendalian sangat penting.
·
Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah kunci untuk
kesadaran masyarakat akan kesehatan, sehingga dapat mencegah transmisi
penyakit. Masyarakat diberi pengetahuan tentang bagaimana Shigella dapat
menyebabkan diare dan bagaimana pencegahan transmisinya. Masyarakat juga
diberitahu jika terjadi diare berdarah untuk segera melakukan pengobatan di
tempat fasilitas kesehatan terdekat.
·
Cuci tangan
Cuci tangan dengan sabun adalah langkah yang
sederhana dan efektif untuk mencegah penyebaran Shigella, cuci tangan juga
harus dipromosikan di setiap rumah tangga. Cuci tangan dengan sabun setelah
buang air besar, sebelum menyiapkan atau menangani makanan dan sebelum makan.
·
Ketersediaan air
Shigella dapat mencemari air pada semua tahap
distribusi, dari sumber air sampai saat di konsumsi. Air minum harus dipastikan
aman, termasuk selama transportasi dan penyimpanan. Tempat pembuangan air besar
tidak dibolehkan 10 meter dari sumber air.
·
Sistem pembuangan tinja
Sistem pembuangan tinja harus aman dan
bersih, system yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang baik agar
tetap terjaga kesehatan masyarakat.
·
Menyusui
Anak yang mendapatkan ASI akan lebih sedikit
resiko terkena diare atau disentri karena Shigella. ASI eksklusif dapat
memberikan perlindungan atau daya tahan terhadap resiko diare karena Shigella.
·
Keamanan makanan
Makanan dapat terkontaminasi oleh Shigella
pada semua tahap produksi dan persiapan. Termasuk di tempat umum seperti pasar,
selama persiapan makanan di rumah atau di restoran dan makanan tanpa pendingin
setelah disiapkan.
Langkah-langkah
agar konsumsi makanan aman :
·
Cuci tangan dengan sabun
setelah buang air besar dan sebelum menyiapkan atau saat akan makan
·
Jangan makan makanan mentah,
kecuali buah-buahan dan sayuran yang dikupas dan dimakan langsung
·
Masak makanan sampai
mendidih dan matang
·
Makanlah makanan selagi
panas atau panaskan makanan sebelum dimakan
·
Cuci peralatan makan dan
memasak lalu keringkan sampai benar-benar kering
·
Jauhkan makanan yang telah
dimasak dan perlatan yang bersih dari bahan mentah dan perlatan yang berpotensi
kontaminasi.
·
Lindungi makanan dari lalat.
1
BAB III
PENUTUP
·
Kesimpulan
Shigella merupakan kuman patogen usus yang telah lama dikenal sebagai agen
penyebab penyakit disentri basiller. Sampai saat ini terdapat 4 spesies
Shigella yaitu: Shigella dysenteriae, shigella flexneri, shigella boydii, dan
shigella sonnei.
Shigella sangat menular dan membutuhkan
dosis kurang dari 103 organisme untuk menimbulkan infeksi. Proses patologik
yang penting adalah invasi epitel mukosa, mikroabses pada dinding usus besar
dan ileum terminal yang menyebabkan nekrosis selaput mukosa, ulserasi superfisial,
perdarahan dan pembentukan pseudomembran pada daerah ulkus.
DAFTAR PUSTAKA
1.
World
Health Organization, 2005, Guidelines for the control of shigellosis, including
epidemics due to Shigella dysenteriae type 1.
2. M.R. Adams and M.O. Moss, food microbiology second edition.
3.
Zein Nurrizkiawan.
0611010089. Isolasi Bakteriofag Dan
Aplikasinya Dalam Mengendalikan Bakteri Patogen Untuk Meningkatkan Keamanan
Pangan. SKRIPSI.
4. Devi Nathania, 2008, Shigella
dysenteriae, mikrobia.files.wordpress.com.
5.
Umar Zein,Khalid Huda Sagala, Josia Ginting, Diare Akut Disebabkan
Bakteri. Fakultas Kedokteran Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Bagian Ilmu
Penyakit Dalam Universitas Sumatera Utara.
6. tekpan.unimus.ac.id
7. ums.ac.id
8. www.library.upnvj.ac.id