Tugas
Mata Kuliah Mikrobiologi Pangan
Saccharomyces Tuac

Disusun
oleh:
Zainab
Sholihah 22030110120054
R.
Farah Amalia 22030110120058
Zana
O. Fitriana 22030110130069
Nidya
Witosari 22030110130070
Program
Studi Ilmu Gizi Universitas Diponegoro
2012
Saccharomyces adalah genus dalam kerajaan jamur yang
mencakup banyak jenis ragi. Saccharomyces
berasal dari bahasa latin yang berarti gula jamur. Banyak anggota dari genus
ini dianggap sangat penting dalam produksi makanan. Salah satu contoh adalah Saccharomyces cerevisae yang digunakan dalam pembuatan anggur, roti, dan bir.
Anggota lain dalam genus ini adalah Saccharomyces
bayanus, digunakan dalam pembuatan
anggur, dan Saccharomyces boulardii, digunakan dalam obat –
obatan. Koloni dari Saccharomyces tumbuh
pesat dan jatuh tempo dalam tiga hari. Ketidakmampuan memanfaatkan nitrat dan
kemampuan untuk fermentasi berbagai macam karbohidrat adalah karakteristik khas
dari Saccharomyces.
Saccharomyces
termasuk ke dalam golongan Ascomycotina. Tubuhnya hanya terdiri dari sel bulat
atau oval. Jamur ini tidak memiliki hifa
sebagaimana jamur yang lain dan tidak mempunyai tubuh buah. Reproduksi dilakukan
secara seksual dan aseksual. Selama reproduksi aseksual, khamir memperbanyak
diri dengan pertunasan, sedangkan selama reproduksi seksual, dua sel dari tipe
matang berbeda bergabung menjadi satu, membentuk askus. Melalui proses meiosis
terbentuk 4 buah spora haploid, yang kemudian akan bergerminasi membentuk sel
vegetatif. Askospora yang dibentuk oleh berbagai sel khamir bervariasi dalam
hal bentuk, ukuran, warna dan jumlah spora per askus. Saccharomyces menghasilkan spora berbentuk bulat atau oval dengan
permukaan halus. Gambar reproduksi Saccharomyces:

Salah
satu species yang dimanfaatkan dalam produksi makanan dan akan dibahas dalam
makalah ini adalah Saccharomyces tuac.
Saccharomyces
tuac merupakan khamir yang bermanfaat
dalam industri pengolahan minuman, berikut adalah taksonominya :
Specific descriptor: tuac
Scientific name: - Saccharomyces tuac
Saccharomyces
tuac atau yang lebih dikenal sebagai
ragi tuak adalah fermenter yang terdapat
di dalam minuman tradisional tuak. Tuak yaitu suatu jenis minuman
tradisional yang dihasilkan dari proses fermentasi air nira dengan memanfaatkan
mikroorganisme atau ragi yang dihasilkan secara tradisional. Tuak ini dijadikan
lebih kental dan berwarna putih seperti susu encer, mempunyai rasa sedap agak
sepet dan tidak pahit. Pada dasarnya, nira segar mempunyai rasa manis, berbau
harum, tidak berwarna, dengan PH antara 5,5 hingga 6,0. Rasa manis pada nira
disebabkan adanya gula (sukrosa, glukosa, fruktosa, dan maltosa). Selain gula,
juga terkandung dalam nira bahan lain seperti protein, lemak, air, pati dan abu
serta asam-asam organik (sitrat, malat, siksinat, laktat, fumarat,
piroglutamat) yang berperan dalam pembentukan cita rasa gula merah yang
spesifik. Komposisi nira secara umum terdiri dari : air (80 - 90%), sukrosa (8
-12%), gula reduksi (0,5 -1%) dan bahan lainnya (1,5 - 7%). Dengan komposisi
tersebut, nira merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme
seperti bakteri Acetobacter aceti,
sel – sel ragi Saccharomyes tuac.
Saccharomyces
tuac sebagai fermenter yang bersifat
lokal jenius memerlukan waktu untuk melakukan fermentasi terhadap bahan yang
akan difermentasikan. Jika dibiarkan berminggu – minggu, air nira yang mula –
mula berbau alkohol akan menjadi masam rasanya karena adanya asam cuka. Hal ini
disebabkan alkohol yang terbentuk telah diubah menjadi asam cuka oleh bakteri.
Proses fermentasi yang dilakukan Saccharomyces
tuac ini bertujuan untuk memecah
karbohidrat menjadi asetaldehid dan etanol. Fermentasi ini dikenal dengan
sebutan fermentasi alkohol yaitu fermentasi yang memanfaatkan karbohidrat
sebagai sumber makanan dengan
menghasilkan produk akhir berupa alkohol.
Pada
awal fermentasi nira aren secara alami, maka Saccharomyces akan lebih aktif untuk mensintesa gula (glukosa) dan
menghasilkan alkohol dan gas CO2. Oleh karena itu nira aren memiliki peluang
untuk digunakan sebagai bahan pengembangan adonan roti dan cake. Pada
fermentasi adonan roti yang dilakukan oleh Saccharomyces
tuac, glukosa akan diuraikan menjadi
asam piruvat dan melalui tahap glikolisis. Piruvat yang terbentuk mengalami
derkarboksilasi menjadi asetaldehid dengan bantuan enzim piruvat dehidrogenase.
Asetaldehid kemudian mengalami reduksi menjadi alkohol dengan bantuan enzim
alcohol dehidrogenase dengan menghasilkan produk sampingan yang berupa
karbondioksida. Karbondioksida ini akan terjebak dalam adonan roti sehingga
adonan roti akan mengembang. Pada saat fermentasi berlangsung lebih lanjut,
alkohol akan dihasilkan dalam jumlah yang semakin tinggi sehingga keasamaan
media meningkat dan Acetobacter aceti
akan lebih aktif untuk mengubah alkohol menjadi asam asetat sehingga keasamaan
nira aren akan semakin tinggi dan dapat berpengaruh terhadap kualitas produk
roti bila nira tersebut digunakan sebagai bahan pengembang.
Reaksi kimia yang terjadi dalam
proses fermentasi nira adalah sebagai berikut :



Pada reaksi ini terjadi proses fermentasi
yang menghasilkan alkohol dan dilepaskannya CO2.

Pada reaksi ini terjadi penguraian sejumlah
alkohol menjadi asam asetat apabila terjadi oksidasi atau adanya aktivitas Acetobacter sp. Perubahan atau reaksi
(1) sampai (2) merupakan kegiatan mikroorganisme (ragi) Saccharomyces sp. Sedangkan produk C2H5OH dari proses (2) sampai
(3) merupakan kegiatan bakteri Acetoacter
sp.
Tuak
dibuat secara konvensional, sehingga tidak diketahui kadar alkohol dan jumlah
sel ragi Saccharomyces tuac di dalam tuak tersebut. Tuak yang merupakan
minuman beralkohol yang tidak jauh berbeda dengan miras (minuman keras)
lainnya. Nira Aren yang merupakan bahan dasar pembuatan tuak mengandung alkohol
dengan kadar 4 %.
Untuk terjadinya alkohol nira memerlukan syarat khusus
yaitu harus disekap dalam sebuah wadah dan selama proses tidak boleh kontak oksigen
(anaerob). Prosesnya ini dilakukan dalam bumbung yang tertutup rapat. Namun
cara ini sering tidak berhasil dalam pengolahan tradisional, sehingga yang
terjadi adalah proses fermentasi tersebut akan berjalan lebih lanjut dengan
terbentuknya asam cuka. Lahang kemudian terasa asam dan kadar
alkohol kembali turun.
Namun, kalau
tujuannya memang membuat cuka aren, lahang (nira aren) justru harus dibiarkan
begitu saja di udara terbuka. Kurang lebih 8 hari seluruh nira sudah berubah
menjadi cuka. Setelah disaring dan dibersihkan dari semua kotoran yang mengendap di dasar wadah, cuka
aren boleh dipakai sebagai bumbu masak. Kadar asam asetat (zat yang memberi
rasa asam pada cuka itu) hanya 3% . Karena itu
tidak tahan lama disimpan,
lalu busuk, sehingga cuka tak bermutu ini disebut sebagai "cuka
jawa".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar