TUGAS
MIKROBIOLOGI PANGAN
SPESIES
KHAMIR
Brettanomyces bruxellensis

DISUSUN OLEH :
Rintis
Widya Utami 22030110120030
Nisrina
Hanisa 22030110120018
Yuhud
Tri Hapsari 22030110120051
Uswatun
Hasanah 22030110141003
PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
2012
Brettanomyces bruxellensis
RAGI
PEMBUSUK PADA ANGGUR
Keterlibatan ragi dalam proses pembuatan anggur mendapat
perhatian yang meningkat selama bertahun-tahun karena mereka memainkan peran
sentral dalam menentukan kualitas anggur. Ragi dari genus Brettanomyces atau Teleomorph dekkera merupakan ragi jenis alami yang banyak terdapat
dalam proses pembuatan anggur. Namun, ragi Brettanomyces tertentu, dianggap sebagai mikroorganisme pembusuk.
Brettanomyces
bruxellensis adalah khamir asli yang ditemukan di Lembah Senne dekat
Brussels, Belgia. Khamir ini merupakan salah satu dari beberapa
anggota genus yang ditemukan di tempat pembuatan bir Calsberg tahun 1904 oleh
N. Hjelte Claussen. Brettanomyces bruxellensis
adalah khamir non saccharomyces yang memilki tingkat korelasi tinggi terhadap
wine atau anggur ini adalah hasil gabungan dari sejumlah senyawa oleh
bruxellensis ragi Brettanomyces, dan
kerabat dekat Dekkera bruxulensis.
Brettanomyces bruxellensis adalah
mikroba utama yang menyebabkan pembusukan anggur di seluruh dunia dan
menyebabkan kerugian ekonomi yang besar dalam industri anggur. Ragi tersebut
menyebabkan bau khas yang tidak disukai yaitu bau fenol yang dihasilkan oleh
spesies ini, yang tinggi etanol toleran dan fakultatif anaerob. Brettanomyces dikenal sebagai ragi yang
sensitive terhadap ketersediaan oksigen. Pada tahun 1940, Custer menemukan
bahwa sel-sel Brettanomyces
beristirahat selama fermentasi glukosa pada tingkat aerobic yang lebih tinggi
daripada katika tidak anaerobik. Meskipun Brettanomyces
bruxellensis penting akan tetapi masih sedikit yang digolongkan dalam
spesies ini. Hasil dari identifikasi ada sekitar 3000 gen yang produknya
rata-rata 49% asam amino yang menjadi ciri khas Saccharomyces. Di alam liar, ragi ini tumbuh di kulit buah.
Brettanomyces bruxellensis mempunyai
beberapa cara untuk beradaptasi yang memungkinkan untuk betahan hidup dalam
lingkungan fisiologis yang menantang seperti dalam fermentasi anggur dan
pematangan anggur. Brettanomyces
bruxellensis kurang efisien dalam memanfaatkan glukosa dan tumbuh jauh
lebih lambat jika dibanding S. cerevisiae
tetapi dapat mengasimilasi lebih banyak sumber karbon alternatif. Karakteristik
ini menjelaskan ekologi khas suksesi yang diamati selama ferementasi alkohol
yang dikontaminasi oleh Brettanomyces
bruxellensis. Selama fase fermentasi utama S. cereviseae mendominasi kemudian dalam tahap pematangan
digantikan oleh Brettanomyces
bruxellensis ketika konsentrasi etanol tinggi dan hanya dalam beberapa
menit jumlah residu tetap.
Produksi bir
Brettanomyces
bruxellensis mempunyai peran penting dalam fermentasi spontan dari gaya khas bir Belgia seperti Lambic, Flanders
red ales, Gueuze, Kriek. Ragi ini bersaing dengan khamir dan mikroorganisme lain
dalam fermentasi wort dan memberi rasa bir yang khas yang menjadi bagian dari
style.
Produksi
wine (anggur)
Dalam industri wine, Brettanomyces bruxellensis umumnya
dianggap sebagai khamir pembusuk dan sering disebut sebagai Brett. Wine yang terinfeksi Brettanomyces bruxellensis dikatakan
mempunyai karakter Brett atau seperti
bau tikus, obat-obatan, wol basah, plastik yang dibakar atau seperti kencing
kuda. Bau tikus merupakan hasil dari piridina yang disintesis oleh Brettanomyces bruxellensis dari lisin
dan etanol, sedangkan bau obat disebabkan oleh fenol volatile 4-ethyguaiacol
dan 4-ethyphenol yang merupakan hasil metabolit sekunder dari Brettanomyces bruxellensis dari asam
fenolik yang secara alami ada di anggur.
Khamir
dari genus Brettanomyces atau Teleomorphnya dekkera merupakan jenis
alami yang banyak terjadi pada pembuatan wine. Namun khamir Brettanomyces bruxellansis dianggap
sebagai mikroorganisme pembusuk dengan potensi yang drastis mengubah hasil
akhir dari red wine dalam kondisi yang tidak terkendali. Khamir ini sangat disesuaikan untuk pertumbuhan dan
ketahanan pada red wine dan dapat memberikan efek kerugikan pada kualitas
visual dan organoleptik wine dengan menyebabkan pembentukan film, kekeruhan,
kehilangan warna, produksi asam volatile, dan perubahan rasa. Perubahan rasa
dianggap indikator yang paling penting pada aktivitas B. bruxellasis pada red wine.
Brettanomyces
bruxellansis dapat beradaptasi dengan baik untuk bertahan hidup selama
proses wine terutama karena konsentrasi etanol relatif tahan terhadap
konsentrasi normal dari sulfur dioksida yang ditemukan dalam anggur. Kondisi
tertentu yang diketahui mendukung pertumbuhan Brettanomyces adalah jika
rendah kadar sulfur dioksida bebas yang digabungkan dengan pH anggur yang
tinggi dan suhu hangat selama pematangan barel.
Sulfur dioksida adalah agen anti-mikroba yang ditambahkan dalam
pembuatan wine atau anggur. Jika ditambahkan dalam jumlah yang cukup, dan pH
anggur cukup tinggi (SO2 lebih efektif pada tingkat keasaman yang lebih
tinggi), maka pertumbuhan Brett akan
terhambat.
Beberapa pembuat wine di Perancis
dan dibeberapa tempat lain, menganggapnya sebagai tambahan yang dibutuhkan
dalam membuat wine misalnya di Château de Beaucastel,
tetapi New World Vintners dianggap cacat. Beberapa pihak
menganggap Brett sebagai penyebab 90%
masalah dalam pembusukan anggur merah premium. Salah satu pertahanan terhadap Brett adalah membatasi potensi sumber kontaminasi. Hal ini
lebih sering terjadi pada beberapa kebun anggur, jadi produsen dapat
menghindari pembelian anggur dari sumber tersebut. Sebaiknya barel anggur
dibeli dari pegadang anggur lainnya. Beberapa produsen membersihkan barel
menggunakan ozon. Lainnya dengan menggunakan uap, direndam selama berjam-jam
dalam air yang sangat panas atau mencucinya dengan baik menggunakan asam sitrat
atau peroxycarbonate.
Jika anggur telah terkontaminasi oleh Brett, beberapa penjual anggur
mensterilkan dengan:
- Memfilternya
- Penambahan SO2 atau
- Diberi perlakuan
dengan dimethyl dicarbonate.
Baik
pengetahuan dan pengalaman sangat membantu dalam menghindari Brett dan masalah-masalah yang dapat
menyebabkannya.
Biokimia
B. bruxellensis
mengandung enzim vinylphenol
reductase. Keterlibatan khamir dalam pemrosesan wine mendapatkan
perhatian yang meningkat selama bertahun-tahun karena mereka mempunyai peran
penting dalam menentukan kualitas wine.
Ragi ini merupakan salah satu yang
terbaik, karena tahan terhadap konsentrasi etanol tinggi dan sulfur diokside
dan kebutuhan nutrisinya rendah. Keberadaannya
menyebabkan kerusakan sensorik, dengan produksi dari volatile fenol,
kadang dikombinasikan dengan peningkatan keasaman volatile. Volatil phenol yang
mudah menguap melibatkan konversi berurutan dari asam-asam substrat hydroxycinnamic, yang kemudian dikurangi
menjadi turunan etil. Tingkat produksi turunan etil dapat dihasilkan secara
tidak langsung dipengaruhi oleh beberapa praktek wine, pemilihan kultivar
(konsentrasi prekursor yang berbeda) tetapi terutama dengan jumlah dari
metabolik aktif B. bruxellensis.
Devisiasi dari penciuman yang
optimal paling terasa pada premium wine yang telah disimpan dalam waktu yang
panjang di tong kayu dimana Brettanomyces
dapat tinggal dipori-pori kayu setelah dibersihkan atau di sterilisasi. Ragi
dapat tumbuh selama penuaan anggur merah dan setelah pembotolan. Beberapa
penelitian melaporkan langkanya keberadaan Brettanomyces
pada anggur cluster dan di gudang anggur . Namun mereka sering ditemukan pada
tong, pompa dan pada peralatan yang sulit untuk disterilkan.
Identifikasi
Metode tradisional untuk
mengidentifikasikan ragi ini menggunakan selektif media yang mengandung etanol
sebagai sumber karbon tunggal, cycloheximide, dan asam p-coumaric untuk membuktikan phenolic off-flavour producers (POFs).
dan Bromocresol untuk membuktikan adanya produksi asam asetat. Teknik ini
kadang-kadang kurang tepat , sejak tidak dapat mendeteksi hidup tapi sel non
kultur (VNC) dan membutuhkan waktu inkubasi yang lama (7-10 hari) sampai
mendapat hasil.
Brettanomyces dapat berproliferasi dalam
kondisi hangat sekitar 20 0 C yang merupakan suhu ideal, dengan penurunan
kecil pada suhu dapat menghambat pertumbuhannya. Beberapa penelitian terbaru
menunjukkan bahwa di bawah kondisi laboratorium menunjukkan bahwa Brett tidak tumbuh pada tingkat alkohol
di atas 13%. Namun, hasil ini tidak konsisten dengan pengamatan bahwa banyak
anggur dengan alkohol jauh melebihi ini telah ditumbuhi Brettanomyces dalam kondisi sudah menjadi anggur. Selanjutnya
diperkirakan bahwa Brett juga dapat
memperbanyak diri setelah pembotolan jika anggur banyak mengandung gula yang difermentasi,
situasi ini membuat lebih mungkin jika anggur itu minimal disaring. Penyaringan
anggur sebelum pembotolan dapat mengurangi jumlah sel Brettanomyces yang berkembang di dalam botol. Namun, ada bukti
bahwa anggur yang disaring pada saat
pembotolan secara acak dapat terinfeksi Brettanomyces
setelah jangka waktu tertentu, mungkin sebagai akibat dari botol anggur yang
mengandung gula sisa dan disimpan dalam kondisi hangat.
Brettanomyces hampir
banyak terdapat pada anggur merah, hal ini dikarenakan anggur merah memilki
kadar tanin yang cukup tinggi dan semacam zat yang disebut coumaric dan asam
ferrulic yang banyak terdapat pada
anggur merah dibandingkan pada anggur putih yang diekstraksi hanya dari bagian
kulitnya selama proses fermentasi anggur merah. Khamir saccharomyces dan bakteri asam laktat seperti Lactobacillus memiliki enzim yang disebut 4-vinyl
phenol and 4-vinyl guaiacol yang dapat mendegradasi asam untuk intermediet
berbau lemah. Senyawa ini kemudian secara enzimatik terdegradasi selama 1 bulan
oleh Brettanomyces ke guaiakol
beraroma kuat.
Brettanomyces adalah nama mikro-organisme dalam anggur yang
memiliki kemampuan untuk mengubah 4-vinil-fenol. Oleh karena itu 4-etil fenol
secara benar dianggap sebagai aroma pertumbuhan Brettanomyces dalam anggur. Di mana apabila menemukan 4-etil fenol maka
akan ditemukan Brett, dan sebaliknya.
Survei anggur di Australia
telah menunjukkan bahwa anggur yang terdeteksi 4-etil fenol lebih terlihat
dalam anggur yang berwarna gelap, alasan
ini tidak jelas, tetapi mungkin melibatkan coumarates yang merupakan
bentuk antosianin yang ditemukan dalam anggur merah. Frekuensi dan beratnya
kontaminasi anggur oleh Brettanomyces
meningkat dalam beberapa dekade terakhir.
Gambar untuk Brettanomyces
bruxellensis


DAFTAR PUSTAKA
- Woolfit, Megan., Elzbieta Rozpedowska, Jure
Piskur, and Kenneth H.Wolfe.2007. Genome Survey Sequencing
of the Wine Spoilage Yeast Dekkera (Brettanomyces) bruxellensis. American Society
for Microbiology.
- W.J. du Toit,
I.S. Pretorius, and A. Lonvaud-Funel.2005. The
effect of sulphur dioxide and oxygen on the viability and culturability of
a strain of Acetobacter pasteurianus and a strain of Brettanomyces
bruxellensis isolated from wine. Journal of Applied
Microbiology 2005, 98, 862–871.
- Delaherche, O. Claisse and A.
Lonvaud-Funel.2004. Detection and
quantification of Brettanomyces bruxellensis and ‘ropy’ Pediococcus
damnosus strains in wine by real-time polymerase chain reaction.Journal
of Applied Microbiology 2004, 97, 910–915.
- M. G. Aguilar Uscanga, M.-L. D_lia, P.
Strehaiano.2003. Brettanomyces bruxellensis:
effect of oxygen on growth and acetic acid production. Appl Microbiol
Biotechnol (2003) 61:157–162.
- V. Renouf, M. Falcou, C. Miot-Sertier, M.
C. Perello, G. De Revel and A. Lonvaud-Funel.2006. Interactions between Brettanomyces bruxellensis and other yeast
species during the initial stages of winemaking. Journal of Applied
Microbiology 100 (2006) 1208–1219.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar