TUGAS MIKROBIOLOGI PANGAN
ZYGOSACCHAROMYCES
SOYAE
Disusun
Oleh:
Santi
Mayasari 22030110120039
Anggi Irna Mantika 22030110130053
Fidela Zahradika Fatimah 22030110141015
Lovindy
Putri Lebalado 22030110141018
Program
Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran
Universitas
Diponegoro
Semarang
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Khamir (yeast) merupakan
jasad renik (mikroorganisme) yang pertama yang digunakan manusia dalam industri
pangan. Orang-orang Mesir zaman dahulu telah menggunakan yeast dan
proses fermentasi dalam memproduksi minuman beralkohol dan membuat roti pada
lebih dari 5000 tahun yang lalu.
Setelah ditemukannya mikroskop Louis
Pasteur pada akhir tahun 1860 menyimpulkan bahwa yeast merupakan mikroba hidup
yang bertindak sebagai agen dalam proses fermentasi dan digunakan sejak zaman
dahulu untuk menaikan adonan roti. Tidak lama setelah penemuan tersebut,
dilakukan upaya untuk mengisolasi khamir secara murni. Dengan kemampuan ini
mulailah dilakukan produksi khamir secara komersial untuk keperluan pembuatan roti. Jenis yang
dikembangkan adalah Saccharomyces cerevisiae yang disebut dengan Baker’s
yeasts.
Sejak saat itu, perusahan roti,
minuman dan para ahli mulai berupaya untuk memproduksi strain murni khamir yang tepat untuk keperluan industri
yang disesuaikan dengan rasa dan keperluan kualitas serta karateristik lainnya.
Sedangkan di Indonesia yang dikenal dengan ragi untuk tape sebenarnya ada yang
tidak murni dari jenis khamir saja akan tetapi dicampur dengan jenis bakteri
dimana disesuaikan dengan kebutuhan produk yang akan dihasilkannya.
Khamir termasuk dalam kingdom fungi.
Khamir berbeda dengan kapang. Perbedaan ini terletak pada beberapa hal:
uniseluler, bentuknya yang berbentuk string yang berikatan dengan suatu
tunas menggunaka pseudohifa/ hifa semu. Pada umumnya, khamir beukuran
3-4 µm sampai denggan 40 µm. Untuk mengamati khamir, digunakan teknik straining
atau pewarnaan dan diamati dengan menggunakan mikroskop epifluorescence. Cara
lain yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan mikroskop elektron. Cara
ini biasanya digunakan untuk mengamati pertunasan dan bagian dalam khamir.
Khamir dapat dibedakan atas dua kelompok
berdasarkan sifat metabolismenya yaitu bersifat fermentatif dan oksidatif.
Jenis fermentatif dapat melakukan fermentasi alkohol yaitu memecah gula
(glukosa) menjadi alkohol dan gas contohnya pada produk roti.
Sedangkan oksidatif (respirasi) maka akan menghasilkan CO2
dan H2O. Keduanya bagi yeast adalah dipergunakan untuk energi
walaupun energi yang dihasilkan melalui respirasi lebih tinggi dari yang
melalui fermentasi.
Reproduksi vegetatif pada khamir
terutama dilakukan dengan cara pertunasan.sebagai sel tunggal, khamir tumbuh
dan berkembang biak lebih cepat dari kapang. Khamir juga lebih efektif dalam
memecah komponen kimia dibandingkan kapang karena mempunyai perbandingan luas
permukaan dan volume yang lebih besar.
Dibandingkan dengan bakteri, khamir
dapat
tumbuh dalam larutan yang pekat misalnya larutan gula atau garam lebih juga
menyukai suasana asam dan lebih bersifat menyukai adanya oksigen. Khamir
juga
tidak mati oleh adanya antibiotik dan beberapa yeast mempunyai sifat
antimikroba sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan mold.
Adanya sifat-sifat yang tahan pada
lingkungan yang stress (garam, asam dan gula) maka dalam persaingannya dengan
mikroba lain khamir
lebih bisa hidup normal.
Zygosaccharomyces merupakan genus
dari khamir family Saccharomycetaceae. Ketika pertama kali ditemukan,
zygosaccharomyces ini dimasukkan dalam genus saccharomyces, tetapi pada tahun
1983 terjadi pengklasifikasian ulang, dan zygosaccharomyces dimasukkan dalam
genus terpisah dari saccharomyces. Khamir ini umum ditemukan dalam industry
pengawetan makanan disebabkan karakteristiknya yang toleran terhadap banyak
metode pengawetan makanan. Zygosaccharomyces tahan terhadap konsentrasi gula
yang tinggi (50-60%), konsentrasi etanol yang tinggi (hingga 18%), asam asetat
tinggi (2.0-2.5%), dan juga tahan terhadap kadar asam sorbat dan asam benzoat
yang tinggi (hingga 800-1000 mg/L), toleransi terhadap molekul SO2
yang sangat tinggi (lebih dari 3 mg/L).
Berikut ini taksonomi lengkap dari
Zygosaccharomyces.
·
Domain : Eukaryota (Whittaker
dan Margulis, 1978 – eukaryotes)
·
Kingdom : Fungi (T.L. Jahn & F.F. Jahn, 1949 ex R.T. Moore 1980)
·
Subkingdom : Dikarya (D.S.
Hibbett et al., in D.S. Hibbett et al., 2007)
·
Phylum : Ascomycota
(H.C.
Bold, 1957 ex T. Cavalier-Smith, 1998 – Sac Fungi)
·
Subphylum : Saccharomicotina (O.E.
Eriksson & K. Winka, 1997)
·
Class : Saccharomycetes
(G.
Winter, 1881)
·
Order : Saccharomycetales
(Kudrjanzev,
1960)
·
Family : Saccharomycetaceae
(G.
Winter, 1881)
·
Genus : Zygosaccharomyces
(Barker)
Dalam makalah ini, kami akan membahas
salah satu species Zygosaccharomyces yang memiliki peran penting dalam industri
makanan berbahan dasar kedelai, yaitu Zygosaccharomyces soyae.
BAB II
ISI
Zygosaccharomyces
soyae, atau yang sering kita dengar sebagai Zygosaccharomyces
rouxii, merupakan khamir yang berperan dalam permbuatan
kecap yang berbahan dasar kedelai. Zygosaccharomyces
soyae merupakan species ragi yang biasanya haploid
dan heterothallic. Bersifat osmophilik sehingga bersifat xerotoleran yang
mengakibatkan pertumbuhannya terhambat pada medium berair. Zygosaccharomyces
soyae merupakan ragi hemiascomycetes yang toleran terhadap tekanan osmotic
(Fribilova, 2007).
Hal yang berbeda dikatakan oleh Montigny et al (2000) Zygosaccharomyces
soyae homothallic diploid yang sangat erat kekrabatanya dengan Saccharomyces
bila dilihat dari sequence dari rDNA.
Gambar 1: Zygosaccharomyces rouxii
Gambar 2: Koloni Zygosaccharomyces rouxii (gambar a)
A.
KARAKTER FISIOLOGI ZYGOSACCHAROMYCES SOYAE
Zygosaccharomyces soyae ragi yang
toleran kadar garam yang tinggi. Zygosaccharomyces soyae menghasilkan
isoamil alcohol (3 methyl-1-butanol), aktif amil alcohol (2 methyl-1-butanol)
dan isobutyl alcohol (2-methyl-1-propanol), yang disebut dengan fusel alkohol
yang penting untuk menentukan aroma kecap. Zygosaccharomyces soyae dan S.
cerevisiae memiliki jalur yang sama dengan jalur biosintesis fusel
alkohol. Rangkaian asam amino berhubungan dengan produksi fusel alcohol
Zygosaccharomyces soyae merupakan ragi
hemiascomycetes yang toleran terhadap tekanan osmotic (Fribilova, 2007).
Sehingga dapat digunakan dalam industry makanan terutama makanan fermentasi.
Secara phylogenetik, Zygosaccharomyces soyae berhubungan
erat dengan Saccharomyces cerevisiae.
Kultivasi Zygosaccharomyces soyae pada 0,3 mol/L NaCl meningkatkan
transformasi dinding sel.
B.
PERAN
ZYGOSACCHAROMYCES SOYAE DALAM PEMBUATAN KECAP DAN TAUCO
Khamir ini digunakan dalam proses
fermentasi kecap tahap kedua, yaitu fermentasi moromi dalam larutan garam kadar
tinggi bersama beberapa mikroorganisme lain dari jenis bakteri dan khamir seperti
Lactobacillus delbrueckii, Hansenula sp., Pseudomonas soyae,
dan Saccharomyces rouxii. Jenis bakteri dan khamir tersebut digunakan
sebab toleran terhadap konsentrasi garam tinggi.
Sebagaimana diketahui, fermentasi kecap terdiri dari dua
tahap, yaitu fermentasi kapang (solid stage fermentation) dan
dilanjutkan dengan fermentasi moromi (brine fermentation). Dalam
fermentasi kapang, starter yang digunakan adalah dari strain Aspergilus
oryzae atau Aspergilus sojae. Kapang ini menghasilkan enzim-enzim
seperti protease, lipidase, dan lipidase untuk memecah makromolekul dari bahan
baku menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana. Hasil ini fermentasi ini
adalah koji atau tempe yang kemudian digunakan untuk fermentasi moromi. Berhasil
tidaknya proses ini menentukan kualitas kecap yang dihasilkan, seperti misalnya
lamanya fermentasi, jika terlalu cepat maka komponen pembentuk cita rasa pada
kecap tidak terbentuk, sedangkan bila terlalu lama, akan terbentuk amoniak
sehingga akan dihasilkan produk yang kurang enak dan berbau busuk.
Tahap
fermentasi yang kedua adalah fermentasi garam atau moromi. Di sinilah peran
aktif Zygosaccharomyces soyae berlangsung. Pada perlakuan dengan
fermentasi moromi, kedelai hasil fermentasi kapang direndam dalam larutan NaCl
15-20% selama kurang lebih 4 minggu. Garam merupakan senyawa yang selektif
terhadap pertumbuhan mikroba. Hanya mikroba tahan garam saja yang tumbuh pada
rendaman kedelai tersebut, salah satunya adalah Zygosaccharomyces soyae.
Khamir ini merombak protein menjadi asam-asam amino dan komponen rasa dan aroma
serta menghasilkan asam.
Metabolisme
Zygosaccharomyces soyae merombak protein kedelai menjadi asam-asam
amino, sedangkan karbohidrat dan gula akan diubah menjadi asam organik.
Senyawa-senyawa tersebut kemudian akan bereaksi dengan senyawa lainnya yang
merupakan hasil dari proses fermentasi asam laktat dan alcohol. Reaksi antara
asam-asam organik dan etanol atau alkohol lainnya akan menghasilkan ester-ester
yang merupakan senyawa pembentuk cita rasa dan aroma. Adanya reaksi antara asam
amino dengan gula akan menyebabkan terjadinya pencoklatan yang akan mempengaruhi
mutu produk secara keseluruhan. Warna coklat terbentuk dari hasil reaksi
browning antara gula reduksi dengan gugus amino.
Selain
dalam pembuatan kecap, Zygosaccharomyces soyae juga berperan dalam
fermentasi tahap kedua pembuatan tauco. Tauco adalah produk berbentuk pasta
atau cair yang berwarna kekuning-kuningan, rasanya agak asin dan dibuat dengan
cara fermentasi (Marliyati, 1992). Tauco merupakan produk fermentasi kedelai
yang dibantu oleh aktivitas berbagai mikroba, antara lain kapang, bakteri dan
khamir, mirip dengan taosi di Filipina dan miso di Jepang.
Pembuatan kecap dan tauco kurang
lebih sama, terdiri juga dari dua tahap fermentasi, yaitu fermentasi kapang dan
fermentasi dalam perendaman garam. Zygosaccharomyces soyae digunakan
dalam fermentasi tahap kedua. Dalam konsentrasi rendah, garam digunakan sebagai
pembentuk cita rasa, sedang dalam konsentrasi tinggi garam berperan sebagai
pengawet bahan pangan atau penghambat yang bersifat toksis bagi
mikroba, mengurangi kelarutan oksigen dalam air, menurunkan ketahanan mikroba
terhadap COselektif pada mikroba tertentu (Winarno dan Jenie, 1974). Frazier
(1976) menyebutkan bahwa garam juga mampu menarik air, memiliki ion Cl- 2 dan
menghambat enzim proteolitik. Larutan garam yang digunakan untuk perendaman
antara 20% - 25% dan diketahui optimal pada kadar garam 20% (Limbong, 1981;
Rahayu dan Sudarmadji, 1989).
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
http://www.mycobank.org
http://www.websters-online-dictionary.org
Isnariani, A.J. 1993. Mikroflora
dan Aflatoxin pada Kedelai Hitam dan
Koji dalam Proses Pembuatan
Kecap. [Skripsi].Yogyakarta: FTP UGM.
Kasmidjo, R.B. 1990.Tempe:
Mikrobiologi dan BiokimiaPengolahan serta Pemanfaatannya.
Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi.
Rahayu, E.S., R. Indrati, T. Utami,
E. Harmayani, dan M.N.Cahyanto, 1993. Bahan
Pangan Hasil Fermentasi.Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi UGM.
Septiani Y., Tjahjadi P., Pangastuti A. Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap
dari Tempe (Carbohydrate, lipid, and protein contents in soy sauce of tempe). Jurusan
Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta 57126. Diterima:
27 Oktober 2004. Disetujui: 10 Nopember 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar