4shared

Powered By Blogger

Selasa, 17 April 2012

Candida albicans


MIKROBIOLOGI PANGAN
TUGAS KHAMIR
Candida albicans






Disusun Oleh :


Rahma Teta Amelinda          22030110120013
Amalia Nita Widyastuti        22030110120020
Liri Handayani                      22030110130075
Tiara Puspa                            22030110141001






FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012


Candida albicans

PENDAHULUAN
Candida albicans adalah jamur diploid (bentuk ragi), yang mampu bereproduksi secara seksual tetapi bukan meiosis, dan menjadi penyebab penyakit oportunistik (memanfaatkan kondisi imun yang rendah) pada mulut dan genital (kemaluan) manusia. Infeksi-infeksi fungal sistemik (fungemias) menjadi faktor penyebab kematian dan infeksi utama pada pasien dengan imun yang terganggu (misalnya AIDS, kanker kemoterapi, dan transplantasi organ tubuh).
C. albicans adalah anggota flora normal terutama saluran pencernaan, selaput mukosa saluran pernapasan, vagina dan uretra. Pada keadaan normal, 80% dari populasi C. albicans hidup di manusia tanpa efek yang merugikan, walaupun begitu, pertumbuhan yg terlalu cepat dapat menyebabkan candidiasis. Candidiasis juga dikenal sebagai sariawan, ini adalah kondisi umum yang biasanya dengan mudah dapat diobati pada orang-orang yang tidak mengalami kelemahan/kekurangan imun.

KLASIFIKASI
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Saccharomycotina
Class : Saccharomycetes
Ordo : Saccharomycetales
Family : Saccharomycetaceae
Genus : Candida
Spesies : Candida albicans (C.P. Robin) Berkhout 1923
Sinonim : Candida stellatoidea dan Oidium albicans

MORFOLOGI
Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu. Hifa semu terbentuk ketika tunas-tunas terus tumbuh tetapi gagal melepaskan diri, menghasilkan rantai sel-sel yang memanjang yang terjepit atau tertarik pada septasi-septasi di antara sel. Perbedaan bentuk ini tergantung pada faktor eksternal yang mempengaruhinya. Sel ragi (blastospora) berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5 μ x 3-6 μ hingga 2-5,5 μ x 5-28 μ .
C. albicans memperbanyak diri dengan membentuk tunas yang akan terus memanjang membentuk hifa semu. Hifa semu terbentuk dengan banyak kelompok blastospora berbentuk bulat atau lonjong di sekitar septum. Pada beberapa strain, blastospora berukuran besar, berbentuk bulat atau seperti botol, dalam jumlah sedikit. Sel ini dapat berkembang menjadi klamidospora yang berdinding tebal dan bergaris tengah sekitar 8-12 μ.
Morfologi koloni C. albicans pada medium padat agar Sabouraud Dekstrosa, umumnya berbentuk bulat dengan permukaan sedikit cembung, halus, licin dan kadang-kadang sedikit berlipat-lipat terutama pada koloni yang telah tua. Umur biakan mempengaruhi besar kecil koloni. Warna koloni putih kekuningan dan berbau asam seperti aroma tape. Dalam medium cair seperti glucose yeast, extract pepton, C. albicans tumbuh di dasar tabung.
Pada medium tertentu, di antaranya agar tepung jagung (corn-meal agar), agar tajin (rice-cream agar) atau agar dengan 0,1% glukosa terbentuk klamidospora terminal berdinding tebal dalam waktu 24-36 jam.  Pada medium agar eosin metilen biru dengan suasana CO2 tinggi, dalam waktu 24-48 jam terbentuk pertumbuhan khas menyerupai kaki laba-laba atau pohon cemara. Pada medium yang mengandung faktor protein, misalnya putih telur, serum atau plasma darah dalam waktu 1-2 jam pada suhu 37˚C terjadi pembentukan kecambah dari blastospora.  
C. albicans dapat tumbuh pada variasi pH yang luas, tetapi pertumbuhannya akan lebih baik pada pH antara 4,5-6,5. Jamur ini dapat tumbuh dalam perbenihan pada suhu 28˚C-3C. C. albicans membutuhkan senyawa organik sebagai sumber karbon dan sumber energi untuk pertumbuhan dan proses metabolismenya. Unsur karbon ini dapat diperoleh dari karbohidrat. Jamur ini merupakan organisme anaerob fakultatif yang mampu melakukan metabolisme sel, baik dalam suasana anaerob maupun aerob. Proses peragian (fermentasi) pada C. albicans dilakukan dalam suasana aerob dan anaerob. Karbohidrat yang tersedia dalam larutan dapat dimanfaatkan untuk melakukan metabolisme sel dengan cara mengubah karbohidrat menjadi CO2  dan H2O suasana aerob.
Sedangkan dalam suasana anaerob hasil fermentasi berupa asam laktat atau etanol dan CO2. Proses akhir fermentasi anaerob menghasilkan persediaan bahan bakar yang diperlukan untuk proses oksidasi dan pernafasan. Pada proses asimilasi, karbohidrat dipakai oleh C. albicans sebagai sumber karbon maupun sumber energi untuk melakukan pertumbuhan sel.
C. albicans dapat dibedakan dari spesies lain berdasarkan kemampuannya melakukan proses fermentasi dan asimilasi. Pada kedua proses ini dibutuhkan karbohidrat sebagai sumber karbon.
Pada proses fermentasi, jamur ini menunjukkan hasil terbentuknya gas dan asam pada glukosa dan maltosa, terbentuknya asam pada sukrosa dan tidak terbentuknya asam dan gas pada laktosa. Pada proses asimilasi menunjukkan adanya pertumbuhan pada glukosa, maltosa dan sukrosa namun tidak menunjukkan pertumbuhan pada laktosa.
Dinding sel C. albicans berfungsi sebagai pelindung dan juga sebagai target dari beberapa antimikotik. Dinding sel berperan pula dalam proses penempelan dan kolonisasi serta bersifat antigenik. Fungsi utama dinding sel tersebut adalah memberi bentuk pada sel dan melindungi sel ragi dari lingkungannya. C. albicans mempunyai struktur dinding sel yang kompleks, tebalnya 100 sampai 400 nm. Komposisi primer terdiri dari glukan, manan dan khitin. Manan dan protein berjumlah sekitar 15,2-30 % dari berat kering dinding sel, 1,3-D-glukan dan 1,6-D-glukan sekitar 47-60 %, khitin sekitar 0,6-9 %, protein 6-25 % dan lipid 1-7 %. Dalam bentuk ragi, kecambah dan miselium, komponen-komponen ini menunjukkan proporsi yang serupa tetapi bentuk miselium memiliki khitin tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan sel ragi. Dinding sel C. albicans terdiri dari lima lapisan yang berbeda.
Membran sel C. albicans seperti sel eukariotik lainnya terdiri dari lapisan fosfolipid ganda. Membran protein ini memiliki aktifitas enzim seperti manan sintase, khitin sintase, glukan sintase, ATPase dan protein yang mentransport fosfat. Terdapatnya membran sterol pada dinding sel memegang peranan penting sebagai target antimikotik dan kemungkinan merupakan tempat bekerjanya enzim-enzim yang berperan dalam sintesis dinding sel. Mitokondria pada C. albicans merupakan pembangkit daya sel. Dengan menggunakan energi yang diperoleh dari penggabungan oksigen dengan molekul-molekul makanan, organel ini memproduksi ATP.
Seperti halnya pada eukariot lain, nukleus C. albicans merupakan organel paling menonjol dalam sel. Organ ini dipisahkan dari sitoplasma oleh membran yang terdiri dari 2 lapisan. Semua DNA kromosom disimpan dalam nukleus, terkemas dalam serat-serat kromatin. Isi nukleus berhubungan dengan sitosol melalui pori-pori nucleus. Vakuola berperan dalam sistem pencernaan sel, sebagai tempat penyimpanan lipid dan granula polifosfat. Mikrotubul dan mikrofilamen berada dalam sitoplasma. Pada C. albicans mikrofilamen berperan penting dalam terbentuknya perpanjangan hifa. C. albicans mempunyai genom diploid. Kandungan DNA yang berasal dari sel ragi pada fase stasioner ditemukan mencapai 3,55 μg/108 sel. Ukuran kromosom C. albicans diperkirakan berkisar antara 0,95-5,7 Mbp. Beberapa metode menggunakan Alternating Field Gel Electrophoresis telah digunakan untuk membedakan strain C. albicans. Perbedaan strain ini dapat dilihat pada pola pita yang dihasilkan dan metode yang digunakan. Strain yang sama memiliki pola pita kromosom yang sama berdasarkan jumlah dan ukurannya. Steven dkk (1990) mempelajari 17 strain isolat C. albicans dari kasus kandidosis. Dengan metode elektroforesis, 17 isolat C. albicans tersebut dikelompokkan menjadi 6 tipe. Adanya variasi dalam jumlah kromosom kemungkinan besar adalah hasil dari chromosome rearrangement yang dapat terjadi akibat delesi, adisi atau variasi dari pasangan yang homolog. Peristiwa ini merupakan hal yang sering terjadi dan merupakan bagian dari daur hidup normal berbagai macam organisme. Hal ini juga seringkali menjadi dasar perubahan sifat fisiologis, serologis maupun virulensi. Pada C. albicans, frekuensi terjadinya variasi morfologi koloni dilaporkan sekitar 10-2 -4 dalam koloni abnormal. Frekuensi meningkat oleh mutagenesis akibat penyinaran UV dosis rendah yang dapat membunuh populasi kurang dari 10%. Terjadinya mutasi dapat dikaitkan dengan perubahan fenotip, berupa perubahan morfologi koloni menjadi putih smooth, gelap smooth, berbentuk bintang, lingkaran, berkerut tidak beraturan, berbentuk seperti topi, berbulu, berbentuk seperti roda, berkerut dan bertekstur lunak.

PATOGENESIS
Sumber utama infeksi candida adalah flora normal dalam tubuh pada pasien dengan sistem imun yang menurun. Dapat juga berasal dari luar tubuh, contohnya pada bayi baru lahir mendapat candida dari vagina ibunya (pada waktu lahir atau masa hamil) atau dari staf rumah sakit, dimana angka terbawanya candida sampai dengan 58% meskipun masa hidup spesies candida di kulit sangat pendek.
Menempelnya mikroorganisme dalam jaringan sel pejamu menjadi syarat mutlak untuk berkembangnya infeksi. Secara umum diketahui bahwa interaksi antara mikroorganisme dan sel pejamu diperantarai oleh komponen spesifik dari dinding sel mikroorganisme, adhesin dan reseptor. Manan dan manoprotein merupakan molekul-molekul Candida albicans yang mempunyai aktifitas adhesif. Khitin, komponen kecil yang terdapat pada dinding sel Candida albicans juga berperan dalam aktifitas adhesive. Setelah terjadi proses penempelan, Candida albicans berpenetrasi ke dalam sel epitel mukosa. Dalam hal ini enzim yang berperan adalah aminopeptidase dan asam fosfatase. Apa yang terjadi setelah proses penetrasi tergantung dari keadaan imun dari pejamu.
Pada umumnya Candida albicans berada dalam tubuh manusia sebagai saproba dan infeksi baru terjadi bila terdapat faktor predisposisi pada tubuh pejamu, baik faktor endogen maupun eksogen.
Faktor endogen :
1.    Perubahan fisiologik :
a.    Kehamilan, karena perubahan pH dalam vagina.
b.    Kegemukan, karena banyak keringat.
c.    Debilitas.
d.   Iatrogenik, misal kateter intravena, keteter saluran kemih.
e.    Endokrinopati, misal penyakit Diabetes Mellitus, gangguan gula darah.
f.     Penyakit kronik, seperti tuberkulosis, lupus eritematosus dengan keadaan umum yang buruk.
g.    Pemberian antimikroba yang intensif (yang mengubah flora bakteri normal).
h.    Terapi progesteron.
i.      Terapi kortikosteroid.
j.      Penyalahgunaan narkotika intravena.
2.    Umur : orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status imunologinya masih belum sempurna.
3.    Imonologik (imunodefisiensi).

Faktor eksogen :
1.    Iklim panas dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat.
2.    Kebersihan kulit.
3.    Kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi dan memudahkan masuknya jamur.

Faktor predisposisi berperan dalam meningkatkan pertumbuhan Candida albicans serta memudahkan invasi jamur ke dalam jaringan tubuh manusia karena adanya perubahan dalam sistem pertahanan tubuh. Blastospora berkembang menjadi hifa semu dan tekanan dari hifa semu tersebut merusak jaringan, sehingga invasi ke dalam jaringan dapat terjadi. Virulensi ditentukan oleh kemampuan jamur tersebut merusak jaringan serta invasi ke dalam jaringan. Enzim-enzim yang berperan sebagai faktor virulensi adalah enzim-enzim hidrolitik seperti proteinase, lipase dan fosfolipase.

TES DIAGNOSTIK LABORATORIUM
Metode yang paling umum untuk mengidentifikasi spesies candida adalah tes untuk isolat Candida albicans, karena organisme ini yang paling banyak ditemukan tumbuh dari sampel klinik. Tes-tes ini merupakan tes yang sederhana dan cepat, termasuk :
1.    Profil asimilasi karbohidrat yang memungkinkan untuk mengidentifikasi sampai level spesies.
2.    Tes germ tube yang bergantung pada kemampuan Candida albicans untuk memproduksi germ tube pada serum.
Waktu yang dibutuhkan untuk identifikasi spesies Candida dapat diperpendek dengan pendekatan ini, yaitu :
1.    Menggunakan media agar yang memungkinkan untuk mendiferensiasi spesies candida dari warna koloni.
2.    Metode molekular yaitu Candida albicans Peptide Nucleic Acid Flouroscence in situ Hybridization (PNA FISH), tes yang memungkinkan identifikasi yang sangat cepat (2,5 jam) untuk membedakan spesies Candisa albicans dari spesies non albicans dari botol kultur darah. Tes ini sangat sensitif dan spesifik, di luar dari sistem kultur darah atau formula kaldu yang digunakan. Dengan tes ini dapat menghemat biaya karena hasil dapat diperoleh lebih cepat dan terapi antijamur dapat menjadi lebih spesifik.

DAFTAR PUSTAKA
1.    Bonang, G., Mikrobiologi Kedokteran, 43, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1979.
2.    Oswari, E., Penyakit dan Penanggulangannya, 146-147, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1995.
3.    Tian, H. T., Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek Sampingnya, 93-95, PT Gramedia, Jakarta, 2002.
4.    Simatupang, M. M., Candida albicans, Departemen Mikrobiologi Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009.

1 komentar:

  1. Unfortunately there are a lot of AIDS/Herpes denials on Herbal cures still out there. I did research on them after I was tested HIV/Herpes positive I was so worried am I going to die soon. I continue my search again on herbal remedy for Std, then I found lots of testimony on how Dr Itua Herbal Medicine Cured HIV/Aids, Herpes Virus,Copd,HPV,Cancer, Hepatitis,Shingles, Diabetes,Epilepsy,Infertility, On websites sharing their testimonies, which made much more sense to me. All the authors pronounce Dr Itua As a man with Good Heart, I pick interest in their testimonies and I contact him about my situation then he gave me procedure how it works, I proceed after one week he courier his Herbal Medicine to me and instruct me on how to drink it for two weeks to cure. I receive His Herbal Medicine so I drank it for two weeks as I was told then after 2 days I go for a test I found out I was cured from HIV/Aids & Herpes Virus, I pay homage to him 2 months ago to his country to celebrate with him on his African festival which he told me it usually happens every year. I know there are lots of (HIV)/Aids Herpes Virus denials of Herbal Remedy movement the same few doctors and they represent a very small fraction of the community. I could have died because I refused Natural Herbs Cures for so long, but luckily, by the grace of God I am alive to tell my story. Contact Info...Whatsapp Number...+2348149277967,Email...drituaherbalcenter@gmail.com/My Instagram Username...avat5634 Just in case you need someone to talk with.

    BalasHapus